Liputan6.com, Jakarta Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana menyediakan transportasi umum di 117 titik kawasan elit di Jabodetabek. Tahun ini ditargetkan ada 40 titik yang terlayani.
Plt Kepala BPTJ Kemenhub Suharto mengatakan program ini dikejar dalam waktu 3 tahun. Tiap tahunnya akan fokus sebanyak 40 titik kawasan elit hingga ditarget rampung pada 2026 mendatang.
Advertisement
"Tentunya tidak semuanya selesai di 2024, maka kami susun ke dalam beberapa staging. Tahun 2024, kami akan fokus ke 40 kawasan, 2025 juga akan dikembangkan untuk 40 kawasan. Sisanya akan kami layani di 2026," ungkap Suharto dalam keterangannya, Rabu (14/1/2024).
Setelah target di tahun ini selesai, kata Suharto, selanjutnya adalah meningkatkan integrasi dengan layanan transportasi di Jakarta. Disamping itu, pihaknya juga melihat kemungkinan adanya subsidi yang diberikan.
"Tahapan berikutnya, maka perlu adanya subsidi atau intervensi dari pemerintah, dan salah satunya melalui account based ticketing (ABT)," ungkap Suharto.
Selanjutnya, dalam rapat koordinasi dengan pengelola kawasan elit, mal, dan jasa transportasi, Suharto mencari upaya pengembangan layanan. Misalnya untuk JR Connexion dam Transjabodetabek
"Tidak hanya itu, kami juga perlu mendapat masukan penentuan titik naik turun penumpang JRC pada area pemukiman dan Transjabodetabek pada mall . Apakah didalam area pemukiman/pusat perbelanjaan, diluar atau dipinggiran," ujar Suharto.
Pandangan Pengelola
Peran pengembang pemukiman, operator dan mall untuk penyediaan layanan transportasi di Jabodetabek menjadi penting.
Dalam kesempatan tersebut, para pengembang dan operator menyatakan ketertarikannya untuk bersama-sama menyediakan layanan JRC.
"Kami apresiasi kepada BPTJ, dengan adanya pertemuan seperti ini kami optimis 117 pemukiman yang akan dikembangkan layanannya dapat memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum massal," ucap oprator Bus Alfaomega, Onny Febriananto.
Dalam kesempatan yang sama pengembang pemukiman Lippo Cikarang, Marcus menyatakan bahwa sangat mendukung rencana perluasan layanan JRC.
"Kami sangat support dengan program BPTJ ini dan hal tersebut _inline_ dengan visi dan misi kami selaku pelaku pembangunan pemukiman. Kedepan kami berharap JRC, JAC dan Transjabodetabek dapat terus diperluas jangkauannya. Hal ini tentunya agar dapat memindahkan penghuni perumahan di area kami dari kendaraan pribadi ke angkutan umum", jelas Marcus.
Advertisement
Potensi Layanan
Berdasarkan analisa BPTJ terdapat potensi layanan angkutan umum di Jabodetabek sebanyak 7,9 juta. Namun, saat ini baru 7,3 juta yang tercover dengan angkutan umum. Di DKI Jakarta sudah lebih dari 65%, sementara di luar Jakarta baru 5%", jelas Suharto.
Dari data tersebut terlihat jelas bahwa kendaraan pribadi masih mendominasi, sehingga wajar jika saat hari dan jam kerja jalanan di Jakarta menjadi padat.
Konsekuensinya, polusi dan emisi kendaraan bermotor di Jakarta menjadi tinggi. Di Jabodetabek, potensi bangkitan ada di pusat pemukiman, mulai dari pemukiman sederhana hingga mewah.
Prioritas saat ini untuk meningkatkan target moda share 60% di tahun 2029 adalah memprogramkan kembali ke angkutan umum dan _shifting_ kendaraan pribadi pada pemukiman yang dianggap potensial.