Liputan6.com, Jakarta Perusahaan media sosial asal China, TikTok mengungkapkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 60 karyawannya, menjadi perusahaan teknologi terbaru yang melakukan pemangkasan tenaga kerja pada awal tahun 2024.
Dikutip dari CNBC International, Rabu (24/1/2024) seorang juru bicara TikTok mengatakan semua orang yang diberhentikan kemungkinan akan melamar untuk posisi internal yang masih terbuka, yang saat ini ada lebih dari 120 posisi serupa yang diposting.
Advertisement
PHK di TikTok pertama kali dilaporkan pada Senin malam oleh NPR. Divisi ByteDance mencirikan PHK di NPR sebagai bagian dari reorganisasi rutin yang memengaruhi staf penjualan dan periklanan yang bekerja di kantor Los Angeles, New York, dan Austin, Texas, serta pos terdepan global lainnya.
Perusahaan teknologi global seperti Amazon, Alfabetx Discord dan Trend Micro juga telah memangkas stafnya pada bulan Januari, melanjutkan tren dari tahun lalu, ketika industri ini mengalami penurunan dan memangkas biaya menyusul booming yang berkepanjangan.
Awal pekan ini, perusahaan teknologi lainnya di China, yakni unit Riot Games milik Tencent, mengatakan akan memangkas 11 lersen tenaga kerjanya yang mewakili sekitar 530 karyawan.
Dalam sebuah surat kepada karyawan yang diterbitkan sebagai postingan blog, CEO Riot Games Dylan Jadeja mengatakan pemutusan hubungan kerja diperlukan untuk "menciptakan fokus dan menggerakkan kita menuju masa depan yang lebih berkelanjutan".
Pada tahun 2023, TikTok mempekerjakan sekitar 7.000 pekerja di Amerika Serikat. Sementara itu, ByteDance memiliki lebih dari 150.000 karyawan secara global.
Pada November 2023, ByteDance memangkas ratusan pekerja di divisi game perusahaannya, Nuverse.
PHK tersebut menunjukkan bahwa ByteDance mengurangi upaya gamingnya, sebuah area di mana ia bersaing dengan pesaingnya di China, Tencent dan NetEase.
E-commerce Ini PHK Massal 1.650 Karyawan
Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kini melanda perusahaan e-commerce di Amerika Serikat, Wayfair.
Dikutip dari CNN Business, Senin (22/1/2024) Wayfair mengungkapkan akan melakukan PHK terhadap 1.650 karyawannya, atau memangkas 13 persen dari tenaga kerja globalnya, ketika ritel digital itu berjuang untuk pulih setelah keberhasilannya di tengah pandemi COVID-19.
CEO Wayfair Niraj Shah, yang baru -baru ini menjadi viral karena memberi tahu karyawannya untuk bekerja lebih keras, mengatakan dalam sebuah surat terbuka yang bahwa perusahaan telah "secara berlebihan dalam perekrutan selama periode ekonomi yang kuat.
Dia merujuk pada tahun 2020 ketika belanja online melonjak di AS, sehingga memicu "gelombang dramatis" dalam permintaan yang menggandakan penjualan Wayfair menjadi USD 18 miliar.
"Saya percaya kita harus tetap fokus sebagai perusahaan tentang apa yang dapat dicapai oleh tim kecil yang berkomitmen," tulis Shah.
"Dalam banyak hal, memiliki terlalu banyak orang hebat lebih baik daripada memiliki terlalu sedikit," ujarnya.
Hampir 20 persen dari karyawan yang terdampak PHK berada di tiap divisi perusahaan, dengan total pengurangan pekerja Wayfair sekitar USD 280 juta per tahun.
Semua pekerja akan menerima email pada hari Jumat tentang masa depan mereka dengan perusahaan dan pesangon akan ditawarkan kepada mereka yang terkena dampak, jelas Wayfair keterangannya.
Perusahaan yang berbasis di Boston itu memiliki sekitar 14.000 karyawan pada tahun 2023. Saham Wayfair (W) melonjak hampir 16 persen dalam perdagangan premarket.
Advertisement
Pekerja Kena PHK di Raksasa Perbankan Global Sentuh 61.905 Selama 2023
Perbankan besar global telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap lebih dari 60.000 pekerja selama tahun 2023.
Tahun 2023 pun disebut-sebut sebagai salah satu tahun pemangkasan terberat di sektor perbankan global, sejak krisis keuangan tahun 2008 dan pembatalan perekrutan setelah melewati pandemi Covid-19.
Melansir Financial Times, Rabu (27/122023) 20 bank terbesar di dunia telah memangkas setidaknya 61.905 pekerja selama tahun 2023.
Hitungan Financial Times menunjukkan, lebih dari 140.000 lapangan pekerjaan telah dipangkas oleh bank pemberi pinjaman selama krisis keuangan global tahun 2007-2008.
FT menggunakan pengungkapan perusahaan dan pelaporannya sendiri untuk mengumpulkan data dan tidak memasukkan bank-bank kecil atau pengurangan staf dalam jumlah kecil sehingga total kehilangan pekerjaan secara keseluruhan di sektor ini kemungkinan lebih tinggi.
Kantor berita asa Inggris itu menyoroti terjadinya penurunan biaya bank-bank investasi selama dua tahun berturut-turut, karena berkurangnya kesepakatan dan pencatatan saham publik, sehingga Wall Street berusaha melindungi margin keuntungan dengan mengurangi jumlah karyawan.
“Tidak ada stabilitas, tidak ada investasi, tidak ada pertumbuhan di sebagian besar bank, dan kemungkinan akan ada lebih banyak PHK,” kata Lee Thacker, pemilik perusahaan pengayauan jasa keuangan Silvermine Partners.
Selain biaya yang berkurang, terjadi juga pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS. Pembelian ini mengakibatkan berkurangnya setidaknya 13.000 pekerja di bank gabungan tersebut, dengan putaran redundansi besar-besaran diperkirakan terjadi pada 2024 mendatang.
Credit Suisse sendiri telah merencanakan untuk melakukan PHK terhadap 9.000 pekerjanya, namun UBS diperkirakan akan memangkas lebih banyak dan lebih cepat karena perusahaan tersebut menghilangkan posisi duplikat dan menutup sebagian besar bank investasi milik pesaingnya.