Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) akan menggelar Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) II atau rights issue. Aksi ini merupakan bagian dari skema penerimaan Penyertaan Modal Negara (PMN).
Pada aksi tersebut, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 92,24 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per lembar. Saat ini, perseroan belum menyampaikan harga pelaksanaan dalam prospektus yang disampaikan ke Bursa.
Advertisement
Namun, sebagai gambaran, Wijaya Karya berencana mengalokasikan sebanyak-banyaknya Rp 6 triliun yang diterima dari negara melalui PMN untuk modal kerja penyelesaian proyek strategis nasional (PSN) dan Ibu Kota Nusantara (IKN). Sedangkan sisanya akan digunakan untuk modal kerja proyek perseroan dan atau refinancing.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (24/1/2024), pemegang saham utama Wijaya Karya adalah Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia memiliki 1 saham Seri A Dwiwarna dan 5,83 miliar saham Seri B. Negara Republik Indonesia akan melaksanakan HMETD yang menjadi porsinya melalui PMN, sesuai dengan PP yang akan diterbitkan kemudian.
Beleid tersebut akan mengatur Negara Republik Indonesia melakukan penambahan penyertaan modal ke dalam modal saham WIKA yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2024 sebagaimana ditetapkan kembali dalam Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2024.
Apabila saham baru tidak seluruhnya diambil atau dibeli oleh pemegang saham atau pemegang HMETD, maka sisanya akan dijatahkan secara proporsional berdasarkan jumlah HMETD yang dilaksanakan oleh masing-masing pemegang saham yang meminta penambahan saham berdasarkan harga pemesanan kepada pemegang HMETD yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya.
Sementara pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD yang ditawarkan sesuai dengan porsi sahamnya, maka proporsi kepemilikan sahamnya dalam perseroan akan mengalami penurunan (dilusi) sampai dengan maksimal 91,14 persen.
Jadwal Rights Issue
Berikut jadwal rights issue yang akan dilakukan oleh WIKA:
Tanggal efektif pernyataan pendaftaran HMETD: 5 Maret 2024
Tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD (cum-rights) di pasar reguler dan pasar negosiasi: 15 Maret 2024 Tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD (cum-rights) di pasar tunai: 19 Maret 2024
Tanggal mulai perdagangan saham tanpa HMETD (ex-right) di pasar reguler dan pasar negosiasi: 18 Maret 2024
Tanggal mulai perdagangan saham tanpa HMETD (ex-right) di pasar tunai: 20 Maret 2024
Tanggal terakhir pencatatan (recording date) untuk memperoleh HMETD: 19 Maret 2024
Distribusi HMETD: 20 Maret 2024
Pencatatan HMETD di Bursa Efek Indonesia: 21 Maret 2024
Periode perdagangan HMETD: 21-28 Maret 2024
Periode pelaksanaan HMETD: 21-28 Maret 2024
Periode penyerahan saham hasil pelaksanaan HMETD: 25 Maret-2 April 2024
Tanggal terakhir pembayaran pemesanan saham tambahan: 2 April 2024
Penjatahan pemesanan saham tambahan: 3 April 2024
Pengembalian uang pemesanan: 4 April 2024
Advertisement
Menadah Berkah Proyek IKN, Wijaya Karya Cetak Kontrak Baru Rp 29,1 Triliun pada 2023
Sebelumnya diberitakan, emiten konstruksi BUMN, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencetak kontrak baru sebesar Rp 29,1 triliun pada 2023. Bila dirinci, sebesar Rp 23 triliun atau 80% dari total kontrak baru tersebut didapatkan pada periode April - Desember di mana Perseroan sedang menjalani masa restrukturisasi.
Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito mengatakan, raihan ini merupakan tanda positif bagi perusahaan karena stakeholder tetap meletakan kepercayaannya kepada Wijaya Karya sebagai mitra strategis untuk pembangunan konstruksi Tanah Air.
Dalam periode yang penuh tantangan tersebut, WIKA tetap membuktikan kemampuannya kepada stakeholders untuk dapat terus menjalankan aktivitas usahanya dengan baik, hal ini tercermin dari catatan penjualan hingga kuartal III 2023 Perseroan sebesar Rp15,1 triliun setara dengan 29,2% kapasitas produksi terhadap kontrak yang telah digenggam naik dibandingkan kuartal III 2022 sebesar Rp12,8 triliun setara dengan 25,7% kapasitas produksi.
Ia melanjutkan, capaian ini juga tidak terlepas dari dukungan stakeholder termasuk pihak perbankan untuk keberlanjutan usaha WIKA.
Deretan Kontrak Baru
"Pihak perbankan telah menunjukan dukungan dengan tetap menyediakan kebutuhan penjaminan Perseroan sebagai persyaratan dalam kepesertaan tender, pelaksanaan konstruksi hingga tahapan pemeliharaan," kata Agung dalam keterangan resminya, Senin (22/1/2024).
Masuk ke dalam deretan kontrak baru tersebut yaitu pembangunan Jaringan Perpipaan Air Limbah 1 dan 3 Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Negara (KIPP IKN). Proyek IPAL 1 dan 3 KIPP IKN diraih oleh WIKA-HK KSO pada November 2023 dengan porsi WIKA sebesar Rp 239,5 Miliar atau sebesar 55% dari KSO.
Pembangunan IPAL 1 dan 3 KIPP IKN ini bertujuan untuk menyediakan pelayanan jaringan perpipaan air limbah domestik sekaligus sebagai sarana prasarana pengolahan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan perkotaan di KIPP.
Jaringan perpipaan air limbah 1 dan 3 ini melayani Istana Presiden, Plaza Yudikatif, Bangunan Kemenko, Rusun ASN, Rumah Tapak Jabatan Menteri, Istana Wakil Presiden, Bangunan Otorita IKN dan Masjid Negara.
"Didapatkannya proyek ini turut menambah portofolio WIKA dalam membangun IKN sekaligus memotivasi WIKA untuk terus mengoptimalkan sumber daya yang ada dan melakukan berbagai terobosan sehingga pelaksanaan proyek di IKN dapat selesai dengan kualitas yang baik dan pada waktu yang tepat," tandasnya.
Advertisement
Kinerja Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengumumkan kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Perseroan membukukan peningkatan pendapatan dan masih mencatatkan rugi bersih pada periode tersebut.
Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (1/12/2023), Wijaya Karya membukukan pendapatan neto sebesar Rp 15,07 triliun per kuartal III 2023. Hasil ini naik 17,88 persen dibandingkan pendapatan neto per kuartal III 2022 senilai Rp 12,79 triliun.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan Wijaya Karya membengkak 18,59 persen menjadi Rp 13,86 triliun per kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok pendapatan perusahaan pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 11,69 triliun.
Per kuartal III 2023, WIKA meraih rugi neto senilai Rp 6,45 triliun dibandingkan laba neto WIKA per kuartal III 2022 senilai Rp 5,53 miliar.
Alhasil, WIKA mengantongi rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,84 triliun per kuartal III 2023. Pada periode yang sama tahun sebelumnya rugi bersih tercatat Rp 27,96 miliar.
Hingga kuartal III 2023, total aset WIKA tercatat sebanyak Rp 66,65 triliun atau menurun dibandingkan total aset perusahaan pada akhir 2022 senilai Rp 75,06 triliun.
Liabilitas WIKA per kuartal III 2023 tercatat sebesar Rp 55,67 triliun atau turun dibandingkan liabilitas perusahaan pada akhir tahun lalu senilai Rp 57,57 triliun. Ekuitas WIKA turun dari Rp17,49 triliun pada akhir 2022 menjadi Rp 10,97 triliun per kuartal III 2023.