Liputan6.com, Jakarta Analis politik dari Universitas Jember Muhammad Iqbal menilai calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka belum matang dan belum mempunyai kecerdasan emosional yang memadai.
Itu ia simpulkan setelah menyaksikan jalannya debat keempat Pilpres 2024 yang digelar di JCC Senayan, Jakarta, Minggu 21 Januari 2024.
Advertisement
Dalam debat tersebut, Iqbal mengatakan, Gibran cenderung sibuk menampilkan gimik dan menyerang personal lawan-lawan politiknya. Di lain sisi, dua cawapres lainnya Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar justru terlihat lebih substansial dalam beradu gagasan.
"Cara yang dilakukan Pak Mahfud dan Cak Imin itu tampak jelas sudah berupaya untuk menguasai paradigma dari kebijakan dari tema debat yang tentang pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, agraria, pertanian, masyarakat adat dan desa. Gibran, menurut saya tidak dalam menyampaikan sudut pandang paradigma kebijakan atau level pada policy maker," ucap Iqbal kepada wartawan di Jakarta, Rabu (25/1/2024).
Dalam komunikasi debat, menurut Iqbal, terdapat dua strategi yang lazim digunakan, yakni komunikasi suportif dan komunikasi defensif.
Komunikasi suportif lebih mendorong diskusi yang setara dan terbuka. Komunikasi defensif menonjolkan siasat menjatuhkan lawan ketimbang adu gagasan.
"Apa yang dilakukan oleh Gibran dengan lebih banyak menanyakan terminologi itu justru cenderung kepada defensif. Artinya, strategi untuk bagaimana melontarkan istilah atau terminologi yang sifatnya cenderung demonstratif, berupaya untuk menjebak Mahfud dan Muhaimin dengan beberapa pertanyaan itu," ucap Iqbal.
Dalam salah satu segmen debat, Gibran sempat melontarkan pertanyaan mengenai greenflation atau inflasi hijau kepada Mahfud tanpa merinci penjelasan terminologi itu. Gibran juga sempat "mengolok-olok" Mahfud yang ia anggap sama sekali tak menjawab pertanyaan.
Serupa, pada segmen kelima debat, Gibran menanyakan alasan tim kampanye paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) menggaungkan soal maksimalisasi penggunaan lithium ferrophosphate (LFP) dalam baterai kendaraan listrik. Gibran juga irit penjelasan soal LFP.
Iqbal memandang taktik Gibran dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan jebakan itu menunjukkan kecongkakan. Pasalnya, Gibran terlihat seolah sudah menyiapkan gimik untuk melecehkan Mahfud dan Cak Imin di panggung debat.
"Dia banyak main gimik, tapi tim suksesnya memfabrikasi. Misalnya, soal Gibran salaman dengan Mahfud (usai debat). Itu dianggap kesopanan sebagai anak muda. Itu bagian upaya untuk mengelabui persepsi publik, untuk dikacaukan. Padahal, memang dia tidak matang secara pengalaman," ucap Iqbal.
Iqbal melihat Mahfud terlihat memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang lebih mumpuni ketimbang para cawapres lainnya. Muhaimin tampak memperlihatkan kecerdasan situasional. Itu terlihat saat Mahfud dan Muhaimin tetap tenang saat menerima sindiran dari Gibran. Keduanya secara elegan juga bisa mengembalikan serangan Gibran dengan kritik tersirat.
Wajar Gibran Dapat Sentimen Negatif
"Prof Mahfud memang sempat terpancing emosi ketika ditanya greenflation. Tetapi, dia dengan kematangannya tetap sabar dan tidak mau meladeni. Gibran juga menyerang Cak Imin yang menjawab dengan contekan. Justru dengan sangat tenang dan santai, Cak Imin menjawab, 'Iya, saya memang melihat catatan. Tapi, yang penting ini bukan catatan Mahkamah Konstitusi'," ujar Iqbal.
Menurut Iqbal, nasib bangsa bakal dipertaruhkan jika sosok seperti Gibran memenangi Pilpres 2024 dan dibiarkan berkuasa. Selain tak matang dan kualitas kecerdasan emosionalnya rendah, gagasan-gagasan Gibran dalam debat juga terkesan sama sekali tak menyentuh persoalan di lapangan.
"Dengan segala hormat, dia (Gibran) belum matang ketika menghadapi satu situasi yang sifatnya spontan, apalagi krisis dan chaotic. Tentu dalam sektor apa pun, kalau kualitasnya semacam itu, akan sangat dipertaruhkan masa depan bangsa ini," kata dia.
Lebih jauh, Iqbal menganggap wajar jika performa debat Gibran berbuah sentimen negatif dan banjir kritik sebagaimana terekam di sejumlah survei pascadebat. Dia meyakini sentimen itu bakal menggerus elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran.
"Debat itu paling tidak punya pengaruh tiga sampai tujuh persen. Publik yang bersentimen negatif saya kira wajar. Secara pengalaman, Gibran memang belum cukup matang dan terlihat belum memiliki kecerdasan emosional yang matang," kata dia.
Advertisement
Jual Beli Serangan Gibran dan Mahfud Md
Sebelumnya pada segmen keempat debat calon wakil presiden, jual-beli serangan pertama terjadi saat cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka memberikan pertanyaan kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud Md.
"Bagaimana cara mengatasi greenflation?" tanya Gibran.
Menanggapi hal itu, Mahfud Md meminta penjelasan terlebih dahulu apa itu greenflation.
Menurut Mahfud, itu adalah istilah asing yang sudah dilarang dalam aturan debat. Jika ingin diteruskan, maka pemberi pertanyaan harus menjelaskannya terlebih dahulu.
"Tidak saya jelaskan karena kan beliau kan seorang profesor," sindir Gibran.
Gibran lalu menjelaskan secara singkat soal greenflation. Menurut Gibran, greenflation adalah inflasi hijau.
Mengetahui penjelasan itu, Mahfud menjelaskan soal apa yang dimaksud Gibran sesuai dengan pengetahuannya.
Namun menurut Gibran hal itu tidak menjawab apa yang ditanyakan Gibran. Dia pun langsung memperagakan gerakan tengah mencari sesuatu di forum debat cawapres.
"Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud. Saya nyari-nyari, di mana ini jawabannya, kok enggak ketemu jawabannya?" jawab Gibran sambil celingak-celinguk.
"Saya tanya masalah inflasi hijau, kok malah menjelaskan ekonomi hijau? Prof Mahfud, yang namanya greenflation itu, inflasi hijau itu, ya kita kasih contoh yang simpel saja. Intinya, transisi menuju energi hijau itu musti super hati-hati. Jangan sampai membebankan RnD yang mahal, proses transisi yang mahal ini kepada masyarakat, pada rakyat kecil. Itu maksud saya inflasi hijau," jelas Gibran.
Sindiran Balik Mahfud Md
Mendengar hal itu, Mahfud pun langsung mengembalikan sindiran Gibran. Mahfud dengan tegas menyatakan bahwa jawaban Gibran Rakabuming Raka ngawur dan gayanya recehan.
"Saya juga ingin mencari tuh, jawabannya ngawur juga tuh. Gila nih, ngarang ndak karuan, mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada, gitu ya," kata Mahfud.
Sebagai akademisi, Mahfud merasa pertanyaan Gibran receh dan tidak layak dijawab. Dia lalu bilang ke moderator tidak ada gunanya untuk menjawab pertanyaan Gibran itu.
Gini loh, kalau akademis itu gampangnya, kalau bertanya yang kayak gitu, itu recehan, recehan, recehan. Oleh sebab itu, itu tidak layak dijawab menurut saya," Mahfud Md memungkasi.
"Dan oleh sebab itu saya kembalikan saja moderator ini tidak dijawab pertanyaan kayak gini, enggak ada ini jawabannya. Terima kasih," Mahfud menegaskan.
Advertisement