Awas! 4 Penyakit Hati yang Bisa Hapus Amalan Baik di Bulan Rajab

Jangan Sampai Amalan Baik Hilang,Gara-gara Tak Mampu Hindari Penyakit Hati di Bulan Rajab

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jan 2024, 08:30 WIB
Ilustrasi Seseorang Sedang Meraih Pahala dengan Berdoa dan Membaca Alquran (freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Menjaga hubungan baik dengan Allah SWT atau Habluminallah maupun hubungan dengan sesama manusia atau habluminannas di bulan Rajab merupakan sebuah kewajiban seluruh umat muslim.

Menjaga hubungan baik juga akan menjadikan lingkungan disekitar kita lebih nyaman, damai, dan terhindar dari konflik dan penyakit hati.

Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik, terutama dengan sesama manusia adalah dengan menghindari penyakit hati.

Sebab penyakit hati dapat menimbulkan konflik dan merupakan sebuah sifat yang sangat dibenci oleh Rasulullah SAW.

Tak hanya itu, kerugian paling besar yang akan diterima oleh orang-orang yang memiliki penyakit hati adalah amalan baik yang ia lakukan selama hidup akan terancam terhapus tanpa terkecuali.

Nah sudahkan kamu tahu apa saja penyakit hati yang dapat menghapus amalan baik dan dianjurkan untuk dihindari di bulan Rajab?

]

 

Simak Video Pilihan Ini:


Pahala akan Musnah Jika Syirik

Umat muslim memperbanyak membaca al quran pada bulan datang ke Sekolah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Simak penjelasan lengkapnya berikut ini, dikutip dari Muslim.or.id pada Rabu (24/01/2024).

1. Syirik

Menyekutukan Allah dengan berbagai model dan bentuknya merupakan bentuk kezaliman yang paling besar dan penghinaan kepada Allah Ta’ala. Bahkan, orang yang mati membawa dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah jika belum bertobat darinya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

”Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am: 88)

Di antara kesyirikan yang banyak terjadi di masyarakat kita adalah mendatangi dukun, peramal, tukang sihir, atau memakai jimat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka salatnya tidak akan diterima selama 40 hari.” (HR. Muslim)

Dalam sabda yang lain,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan dia membenarkan ucapannya, maka dia berarti telah kufur pada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Ahmad)

Dalam riwayat lain disebutkan,

مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat), maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad, 4: 156. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah no. 492)


2. Riya’

Ilustrasi doa. (Photo by Rendy Novantino on Unsplash)

Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal ibadah agar dipuji orang lain. Sedangkan sum’ah adalah menceritakan amal ibadah dan kebaikan yang ia kerjakan dengan tujuan agar dipuji.

Allah Ta’ala berfirman,

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾ الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ﴿٥﴾ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

“Maka, celakalah bagi orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya’.” (QS. Al Ma’un: 4-6)

Dalam firman-Nya yang lain,

كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

“Seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka, perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ

“Siapa yang memperdengarkan amalannya (kepada orang lain), Allah akan memperdengarkan (bahwa amal tersebut bukan untuk Allah). Dan siapa saja yang ingin mempertontonkan amalnya, maka Allah akan mempertontonkan aibnya (bahwa amalan tersebut bukan untuk Allah).” (HR. Bukhari)

 


3. Durhaka kepada Orang Tua dan Mengungkit Pemberian

Ilustrasi Islami, muslim, mengaji, membaca Al-Qur'an. (Foto oleh Timur Weber: https://www.pexels.com/id-id/foto/duduk-anak-orang-tua-membaca-9127593/)

Allah menggandengkan perintah untuk mentauhidkan-Nya (mengesakan-Nya) dengan amalan berbakti kepada kedua orang tua, sebagaimana firman-Nya,

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra: 23)

Durhaka kepada kedua orang tua dapat mengapuskan amal. Selain durhaka, al-mann (mengungkit-ngungkit sedekah), dan al-adza (menyakiti perasaan penerima) juga dapat membatalkan amal dari sedekahnya.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264)

Demikian juga, yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat berikut,

ثلاثة لا يقبل اللّٰه منهم صرفا ولا عدلا : عاق ،ومنان ومكذب بالقدر

“Tiga golongan yang Allah tidak terima amal ibadahnya, yang wajib dan yang sunah: anak yang durhaka kepada orang tuanya, orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya, dan orang yang mendustakan takdir.” (Hadis hasan, HR. Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab As-Sunnah no. 323, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir no. 7547, dengan sanad yang dihasankan oleh Al-Mundziri dan Syekh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1785)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

لايدحل الجنة عاق لوالديه

“Tidak akan masuk surga orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, ….” (HR. ‘Abdurrazzaaq no. 13859; Ahmad, 2: 203; Ath-Thabaraniy dalam Majma’uz-Zawa’id, 6: 257; Al-Khathib, 11: 191; dan yang lainnya. Lihat Silsilah Ash-Shahihah no. 673)


4. Bid'ah

Ilustrasi Islami, muslim, membaca Al-Qur'an. (Foto oleh Ahmed akacha: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-book-membaca-teks-19263896/)

Bid'ah atau mengada-adakan dalam urusan agama

Berbuat suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah dan para sahabatnya, maka amalan tersebut tidak ada nilainya, tiada pahalanya, bahkan pelakunya akan mendapatkan dosa.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim)

Jika bid’ah tersebut dilakukan di Madinah, maka selain amalannya tertolak, ia juga akan mendapatkan laknat. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

المَدِينَةُ حَرَمٌ مِنْ عَيْرٍ إِلَى كَذَا، فَمَنْ أَحْدَثَ فِيهَا حَدَثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا وَلاَ عَدْلًا

“Madinah adalah haram dari ‘Air hingga tempat ini. Siapa yang melakukan bid’ah di dalamnya, maka dia mendapatkan laknat Allah, para malaikat-Nya, dan seluruh manusia (mukminin). Allah tidak menerima ibadah sunahnya dan wajibnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Demikian 4 macam penyakit hati yang harus dihindari oleh seluruh umat muslim saat veribadah di bulan rajab. Sebab hal tersebut akan mendatangkan kerugian hingga menghapus amalan baik yang telah kita lakukan selama hidup. Wallahu A'lam

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya