Luhut Ungkit OSS BKPM di Era Tom Lembong: Kami yang Menyelesaikan

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap kinerja dari Tom Lembong dalam kabinet Jokowi. Dia mempertanyakan beberapa program kerjanya. Termasuk diantaranya ketika Tom menjadi Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

oleh Arief Rahman H diperbarui 24 Jan 2024, 20:00 WIB
Kepala BKPM Thomas Lembong (Dok Foto: Yayu Agustini Rahayu Achmud/Merdeka.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap kinerja dari Tom Lembong dalam kabinet Jokowi. Dia mempertanyakan beberapa program kerjanya. Termasuk diantaranya ketika Tom menjadi Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Menko Luhut menyinggung soal proyek Online Single Submission (OSS) yang tak rampung ditangan Tom Lembong.

"Tapi anda harus refleksi juga, apa sih yang ada lakukan sebagai Menteri Perdagangan? Coba tanya dirimu. Waktu anda BKPM, apa yang anda lakukan coba? Anda kan yang ditugaskan untuk OSS," tanya Menko Luhut.

"Saya ingat betul itu bagaimana anda curhat ke saya, tapi itu kan sampai anda meninggalkan kabinet tidak pernah selesai. Sekarang kami yang menyelesaikan itu. Online single submission (OSS) itu yang sudah digadang-gadang bakal selesai begini begono dan segala macam itu," sambungnya.

Dia pun meminta Tom Lembong tak perlu mengungkit hal-hal yang kurang baik di masa lalu. Lebih lagi, menurutnya, keberhasilan itu bukan sebatas pada satu orang, tapi kerja tim

"Ya saya hanya ingin sampaikan kita sudahlah. Kalau sudah selesai masa kita, sudah. Semua ada waktunya. Tidak perlu kita ceritakan kita yang paling bagus. Karena kita itu terjadi, tidak. Semua itu karena hasil kerja teamwork," pungkasnya.


OSS Sempat Polemik Era Tom Lembong, Bahlil Pamer BKPM Bisa Terbitkan 11.096 NIB per hari

Presiden Joko Widodo didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Kepala BKPM Thomas Lembong meninjau layanan konsultasi Online Single Submission (OSS) BKPM di PTSP BKPM, Jakarta, Senin (14/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, menyoroti terkait proyek Online Single Submission (OSS) yang sempat menjadi polemik pada era Kepemimpinan BKPM Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong.

Pasalnya, Tom Lembong pada saat menjabat sebagai Kepala BKPM periode 2016-2019 menolak penggunaan OSS untuk mempermudah perizinan usaha.

"Nah, pada 2018-2019, ini adalah tahun yang sangat polemik karena pemipin BKPM terdahulu menolak OSS ada di BKPM, makannya sempat di Kemenko, waktu itu trouble, dan banyak pengusaha yang mengeluh terhadap hal ini," kata Bahlil usai konferensi pers realisasi investasi 2023, di Kantor Kementerian Investasi, Rabu (24/1/2024).

Diketahui, OSS merupakan system Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) merupakan Perizinan Berusaha yang diterbitkan Lembaga OSS untuk dan atas nama Menteri, pimpinan lembaga, Gubernur, atau Bupati/Walikota kepada pelaku bisnis melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

Kemudian, setelah Bahlil Lahadilia menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM, akhirnya sistem kebijakan OSS diambil alih dan dikelola oleh BKPM.

Nomor Induk Berusaha

Alhasil pada 2019, Nomor Induk Berusaha (NIB) yang diproses dari OSS mencapai 1.927 izin per hari, dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2020 menjadi 4.143 izin per hari, tahun 2021 terdapat 5.932 izin yang terbit. Lalu, tahun 2022 sebanyak 6.785 izin yang terbit, hingga puncaknya pada tahun 2023 Kementerian Investasi berhasil mengeluarkan 11.096 izin per hari.

"Alhamdulillah sekarang OSS sudah bisa mengelurkan NIB per hari 11.096 dan untuk 2023 kita mampu mencetak 4.061.883 NIB," pungkas Bahlil Lahadalia.


Beda Kubu Dukungan Capres, Bahlil Lahadalia Ogah Sebut Nama Tom Lembong

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia konferensi pers Capaian realisasi investasi kuartal III 2023, di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Jumat (20/10/2023). (Tira/Liputan6.com)

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, enggan menyebut langsung nama Thomas Trikasih Lembong atau lebih dikenal dengan nama Tom Lembong saat memaparkan capaian realisasi investasi pada periode Kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Diketahui Tom Lembong pernah menjabat sebagai Kepala BKPM periode 2016-2019 menggantikan Franky Sibarani. Dalam paparannya, terlihat Bahlil dengan semangat menyebutkan nama Franky, namun saat membahas Kepala BKPM selanjutnya, ia enggan menyebut nama Tom Lembong.

Tom Lembong sendiri dalam Capres-Cawapres Pemilu 2024 mendukung pasangan Anies Baswedan-Cak Imin. Sementara Bahlil Lahadalia sendiri berada di kubu Prabowo Subanto-Gibran Rakabuming Raka.

Bahlil mengatakan, sejak era Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani periode 2014-2016 dalam Kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla, target investasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebesar Rp 519,50 triliun pada tahun 2015 tercapai Rp 545,40 triliun.

"Kalau kita lihat 2015, zamannya pak Franky RPJM itu Rp 519,50 triliun, Alhamdulillah tercapai sebesar Rp 545,40 triliun," kata Bahlil dalam konferensi pers kinerja investasi tahun 2023, di Kantor Kementerian Investasi, Rabu (24/1/2024).

Realisasi Investasi Era Tom Lembong Tercapai

Kemudian, pada zaman Kepala BKPM periode 2016-2019, Thomas Trikasih Lembong atau lebih dikenal dengan nama Tom Lembong, target investasi dalam RPJM sebesar Rp 594,80 triliun mampu terealisasi Rp 612,80 triliun.

"Saya tidak sebutkan namanya, nanti kepalanya besar (maksudnya Tom Lembong), itu 2016 target RPJM Rp 594,80 triliun realisasinya Rp 612,80 triliun," ujarnya.

 


Bantah Tom Lembong soal LFP

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Jumat (21/7/2023). Bahlil mengungkap realisasi investasi di berbagai wilayah Indonesia. (Arief/Liputan6.com)

Disisi lain, Bahlil juga menyoroti terkait pernyataan Tom Lembong yang menyebut Lithium Ferrophosphate (LFP) sebagai alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik ketimbang nikel.

Bahlil tidak terima dengan pernyataan Tom Lembong. Pasalnya nikel hingga kini masih digunakan untuk bahan baku baterai mobil listrik.

"Ini sumber polemik, saya ingin katakan tidaklah benar kalau ada seorang mantan pejabat atau pemikir atau siapapun yang katakan nikel ga lagi jadi bahan yang dikerja investor untuk buat baterai mobil," pungkas Bahlil.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya