Liputan6.com, Beijing - China dan Nauru menjalin kembali hubungan diplomatik pada Rabu (24/1/2024), setelah negara kepulauan kecil di Pasifik itu tiba-tiba memutuskan hubungan dengan bekas sekutunya, Taiwan.
Amerika Serikat (AS) menggambarkan keputusan Nauru sebagai tindakan yang disayangkan.
Advertisement
Pasifik telah menjadi sumber persaingan yang ketat untuk mendapatkan pengaruh antara AS yang selama ini memandang Pasifik sebagai halaman belakangnya dan China, yang menargetkan sekutu diplomatik Taiwan di sana.
Bertempat di Beijing, Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi dan Menlu Nauru Lionel Aingimea secara resmi menandatangani dokumen untuk memulihkan hubungan bilateral dan hubungan di tingkat duta besar akan segera dilanjutkan kembali.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (25/1), menurut dokumen tersebut, Nauru mengakui bahwa hanya ada satu China di dunia yang diperintah oleh Republik Rakyat China dan bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China.
"Memutuskan hubungan dengan Taiwan adalah keputusan politik independen yang dibuat oleh pemerintah Nauru," kata Menlu Wang Yi kepada wartawan setelah upacara penandatanganan.
"Kami bersedia berbagi dengan Nauru peluang pembangunan yang dibawa oleh modernisasi gaya China."
Aingimea mengatakan negaranya menantikan hubungan baru mereka.
"Perjanjian ini akan dibangun berdasarkan kekuatan, dibangun berdasarkan strategi pembangunan. Perjanjian ini akan memiliki sinergi kebijakan. Perjanjian ini akan memiliki kolaborasi yang baik dan prinsip-prinsip pemerintahan yang sama yang dinikmati oleh kedua negara kita," tutur Aingimea.
"Prospeknya cerah."
Taiwan Sangat Berduka
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan mereka "sangat berduka atas kejadian ini".
"Pemerintah Nauru tidak peduli dengan iming-iming bantuan keuangan dan tetap mengikuti manipulasi China, mengabaikan bantuan pembangunan dan persahabatan yang diberikan oleh negara kami selama bertahun-tahun," sebut Kementerian Luar Negeri.
Taiwan yang diperintah secara demokratis kehilangan Nauru, salah satu dari sedikit sekutu diplomatiknya yang tersisa, ke China pada 15 Januari, hanya dua hari setelah presiden baru Taiwan terpilih.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan tidak memiliki hak untuk menjalin hubungan antar negara, posisi yang sangat dibantah oleh Taiwan.
Pemerintah Nauru menuturkan pihaknya mengupayakan dimulainya kembali hubungan diplomatik dengan China demi kepentingan terbaik negara dan rakyatnya.
Nauru telah mengakui China sebelumnya, antara tahun 2002 dan 2005.
Advertisement
Sekutu Diplomatik Taiwan Tersisa 12 Negara
AS, yang hanya mengakui China namun merupakan pendukung Taiwan yang paling penting, mengatakan pekan lalu bahwa keputusan Nauru disayangkan dan mengecewakan. AS memperingatkan Nauru bahwa janji-janji China sering kali tidak terpenuhi.
Kini hanya tersisa 12 sekutu diplomatik Taiwan, termasuk Vatikan, Guatemala dan Paraguay, ditambah Palau, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall di Pasifik.
Wang Yi menggarisbawahi bahwa hubungan diplomatik dengan Taiwan bertentangan dengan kepentingan negara-negara tersebut, melanggar kedaulatan China, dan harus diperbaiki cepat atau lambat.
"Kami mendesak negara-negara ini untuk mengenali tren zaman, memanfaatkan peluang sejarah, memenuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, mendukung komunitas internasional, dan menyelaraskan diri dengan sejarah," ujarnya.
Tuvalu berencana meninjau kembali hubungan diplomatiknya dengan Taiwan setelah pemilu pada Jumat, kata Menteri Keuangan Seve Paeniu kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa para pemilih menginginkan lebih banyak dukungan finansial dari komunitas internasional untuk perubahan iklim dan pembangunan.
Kantor kepresidenan Taiwan mengungkapkan presiden terpilih William Lai berbicara pada Rabu dengan Presiden Kepulauan Marshall Hilda Heine dan mengundangnya untuk menghadiri pelantikannya pada 20 Mei.
"Bagi masyarakat Taiwan, kunjungan Presiden Heine akan menjadi simbol persahabatan erat antara kedua belah pihak," kata Lai.
Setelah Nauru menyatakan pihaknya memutuskan hubungan dengan Taiwan, Kepulauan Marshall menyatakan dukungan tegas terhadap Taipei.
Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan Heine meyakinkan Wiliam Lai bahwa hubungan keduanya solid dan dia berterima kasih atas bantuan pembangunan Taiwan.