Liputan6.com, Jakarta - Warga Palestina di Gaza terpaksa mengonsumsi roti berbahan pakan ternak di tengah kelangkaan makanan yang disebabkan pemboman bertubi-tubi Israel. PBB sebelumnya telah melaporkan kelaparan di wilayah kantong itu karena Israel terus menghalangi bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza, lapor Middle East Eye, dikutip Kamis (25/1/2024).
Di video yang dibagikan publikasi itu, seorang pria yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa ada "kelaparan yang sesungguhnya" di Gaza utara. "Saya bersumpah orang-orang menertawakan saat kami mengatakan mulai membuat roti dari pakan hewan," katanya.
Advertisement
Sambil memperlihatkan selembar roti bulat tipis, ia berkata, "Kalian pikir (roti) ini terbuat dari gandum? Tidak, ini terbuat dari jelar, jagung, dan pakan hewan."
Israel terus mengebom Gaza ketika PBB memperingatkan bahwa wilayah kantong yang terkepung itu sudah "tidak layak huni" pada awal 2024. Para diplomat Barat tengah berada di wilayah tersebut sebagai bagian dari upaya baru meningkatkan aliran bantuan kemausiaan ke Gaza dan mengatasi meningkatnya kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Melansir New Arab, 9 Januari 2024, pertempuran tersebut telah meningkatkan ketegangan di seluruh kawasan, dan beluma da tanda-tanda mereda. Warga Palestina di Jalur Gaza dilaporkan jadi pihak yang paling terdampak kekerasan ini karena skala kehancuran yang terjadi telah memicu pengungsian massal dan krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Dengan sebagian besar bangunan wilayah tersebut jadi puing-puing, kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan "Gaza jadi tidak bisa dihuni." Belum lagi bicara minimnya barang kebutuhan pokok, risiko kelaparan, dan menyebarnya ragam penyakit karena kualitas hidup yang jauh dari kata layak.
Anak-Anak di Gaza Sekarat
Anak-anak di Gaza juga "sekarat dalam segala hal," Tanya Haj-Hassan, seorang dokter di Doctors Without Borders memperingatkan. "Sekitar tiga bulan setelah perang di Ukraina, PBB menyatakan bahwa kehidupan anak-anak telah mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II," sebutnya pada Al Jazeera.
Ia menyambung, "Saat itu, rata-rata dua anak terbunuh setiap hari. Tapi, anak-anak yang terbunuh per hari di Gaza mencapai lebih dari 100 anak."
Pada Desember 2023, Human Rights Watch (HRW) menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang di Gaza. Organisasi non-profit internasional itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, 18 Desember 2023, dikutip dari Al Jazeera, 19 Desember 2023, bahwa Israel sengaja merampas akses warga Palestina terhadap makanan, air, dan kebutuhan dasar lain.
Penggunaan rasa lapar terhadap penduduk sipil adalah kejahatan perang, kata HRW, dan menyerukan para pemimpin dunia bertindak. Keterangan LSM itu juga mengutip pernyataan dari para pejabat Israel, wawancara dengan para penyintas, dan laporan dari organisasi bantuan kemanusiaan.
Advertisement
Merampas Makanan dan Air Warga Gaza
HRW juga menyertakan "bukti citra satelit" yang menunjukkan bahwa Israel terlibat dalam "penggunaan kebijakan yang sengaja merampas sumber daya yang diperlukan warga Palestina untuk kehidupan sehari-hari." "Selama lebih dari dua bulan, Israel telah merampas makanan dan air bagi penduduk Gaza," kata direktur HRW Israel dan Palestina, Omar Shakir.
Ia menyebut bahwa itu merupakan kebijakan yang didorong atau didukung pejabat tinggi Israel dan mencerminkan niat membuat warga sipil kelaparan sebagai metode peperangan. "Para pemimpin dunia harus bersuara melawan kejahatan perang yang menjijikkan ini, yang berdampak buruk pada penduduk Gaza," tambahnya.
Sejak awal serangan pada Oktober 2023, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa Israel "mengepung Gaza sepenuhnya ... Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas, semuanya tertutup," membenarkan tindakan tersebut dengan menggambarkan orang-orang Palestina sebagai "orang-orang yang kejam."
Statuta Roma tentang Pengadilan Kriminal Internasional menetapkan bahwa sengaja membuat warga sipil kelaparan dengan "merampas benda-benda yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka, termasuk dengan sengaja menghalangi pasokan bantuan," adalah kejahatan perang, kata HRW dalam pernyataannya.
Korban Meninggal Serangan Israel
Warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat telah jadi korban serangan Israel selama lebih dari 100 hari. Korban tewas warga Palestina dalam serangan Israel di Gaza telah melampaui 25 ribu orang, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut, lapor Al Jazeera.
Juru bicara kementerian Ashraf al-Qudra mengatakan pada Minggu, 21 Januari 2024, bahwa 178 orang telah dipastikan tewas dalam 24 jam sebelumnya, dengan jumlah korban tewas dalam lebih dari tiga bulan perang Israel di Gaza mencapai 25.105 orang.
Dilaporkan dari Rafah di Gaza selatan, Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengatakan, ada pertempuran darat yang intens di dekat rumah sakit utama di Khan Younis pada Minggu.
"Penembak jitu telah mengambil posisi di gedung-gedung tinggi, menembak orang-orang di jalan di bawahnya. Orang-orang di rumah sakit (Nasser) tidak punya tempat untuk pergi," kata Mahmoud, seraya menambahkan, "Ini adalah pertempuran jalanan, dari rumah ke rumah."
Sehari sebelumnya, penembakan Israel di sebelah timur kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara menewaskan empat warga Palestina dan melukai 21 lainnya, menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina.
Advertisement