Suka Blusukan, Siti Atikoh dan Ganjar Saling Bantu Cari Cara Atasi Masalah Rakyat

Istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti selalu blusukan dan menyapa warga saat mengunjungi daerah. Dari pasar sampai para pelaku UMKM didatanganinya.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 25 Jan 2024, 14:27 WIB
Ganjar bersama istrinya Siti Atikoh dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PPP sekaligus Ketua Dewan Pakar TPN Ganjar-Mahfud Sandiaga Uno. (merdeka.com/ Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti selalu blusukan dan menyapa warga saat mengunjungi daerah. Dari pasar sampai para pelaku UMKM didatanganinya.

Menurut Atikoh, dia menjadi telinga, mata, lidah bagi masyarakat untuk menyampaikan keluh kesah dan masukan bagi Ganjar Pranowo ke depannya. Sehingga berbagai aspirasi dari blusukannya pasti disampaikan ke Ganjar.

“Kalau untuk aspirasi, iya. Tapi kalau untuk implementasi tentu bukan ranah saya. Saya bagian dari kepanjangan lidah masyarakat, sebagai orang yang juga menyampaikan aspirasi kepada Mas Ganjar,” kata Atikoh usai blusukan di Pasar Induk Bondowoso, Jawa Timur, Kamis (25/1/2024).

Kegiatan itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Safari Politik yang dilakukannya di Jawa Timur, sejak kemarin. Atikoh mengaku pasti langsung menyiapkan laporan hasil blusukan ketika usai melaksanakan safari. Lalu biasanya, ia dan Ganjar langsung berdiskusi.

“Saya juga kayak, dalam tanda kutip membuat laporan. Aspirasi apa aja, kondisinya seperti apa di setiap kota itu, saya juga sampaikan. Kemudian ketika bertemu, kita akan mendiskusikan lebih detail, inilah permasalahan yang paling banyak,” cerita Atikoh.

Mantan jurnalis ini pun menuturkan, semua keluh kesah masyarakat yang ditemui saat blusukan memang beragam. Namun, baik Atikoh dan Ganjar, tak pernah bosan membahasnya.

“Saya kan panggil diri sendiri bunda. Saya cerita, bunda temui banyak hal terutama untuk masalah harga kebutuhan pokok. Itu kalau masalah rumah tangga ya. Saya ya pasti pahamlah untuk repotnya me-manage uang, mungkin pendapatan tetap, tapi pengeluaran itu tambah  terus. Jadi ini yang perlu dapat perhatian,” cerita Atikoh.

“Kemudian yang lain ada juga yang terkait dengan penyerapan tenaga kerja, ‘bu anak saya udah lulus kok belum kerja-kerja’. Ada juga yang seperti itu, terkait pendidikan dan sebagainya,” sambungnya.


TPN: Ganjar Mirip Jokowi, Gibran Lebih Mirip Prabowo

Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Chico Hakim kembali menyinggung debat cawapres. Ia menyebut, dalam komunikasi debat, elemen pembawa pesan menjadi lebih penting daripada pesan yang disampaikan itu sendiri.

Termasuk saat debat calon presiden dan calon wakil presiden, ia menyebut janji yang disampaikan capres dan cawapres tak bisa lepas dari rekam jejak sosok yang membawakan pesan itu.

“Jadi saat Ganjar Pranowo dan Mahfud bicara tentang kerakyatan, sangat tepat, karena mereka memang lahir dari keluarga miskin. Di masa sebelum usia kerja pun mereka bekerja keras menyambung hidup dan membantu keluarganya. Ini berbeda dengan Gibran Rakabuming Raka yang sejak kecil lahir dari anak seorang pengusaha mebel kaya raya yang kemudian jadi pejabat,” kata Chico dalam keterangan tertulis, Rabu (24/1/2024).

Chico menegaskan, figur Ganjar Pranowo sangat mirip dengan Joko Widodo. Pernah tinggal di tempat yang kemudian digusur, dan sama-sama berjuang keras dari bawah.

“Baik Ganjar dan Jokowi sama-sama bekerja keras ‘from zero to hero’, ‘from nobody to somebody’. Berbeda dengan Gibran, yang sejak lahir sudah disiapkan dengan ‘silver spoon’. Jadi, Gibran itu lebih dekat dengan sosok Prabowo Subianto. Dari sejarah kehidupannya tidak pernah susah,” kata Chico.


Soroti Penampilan Gibran

Pada dua kali debat cawapres, Chico menyoroti penampilan Gibran Rakabuming sebagai sosok yang minim secara substansi, namun menutupinya dengan gaya bicara dengan rasa percaya diri berlebihan.

“Kalau seseorang secara substansi kurang, mau difeeding sedemikian rupa dalam beberapa minggu tetap tak akan cukup. Orang bisa ekspert tak hanya karena dia pernah kuliah, tapi juga karena pengalaman, serta kemauan menjadi pembelajaran. Nah, Gibran ini selain bukan ‘scholar’, tanpa pengalaman, juga tak mau belajar,” ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya