Harga Bitcoin Terkoreksi, Analis Sebut Masih Ada Katalis Melonjak

Analis kripto Reku, Fahmi Almuttaqin menuturkan, koreksi harga bitcoin terjadi akibat tekanan jual Bitcoin pasca disetujuinya ETF Bitcoin Spot.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 26 Jan 2024, 06:00 WIB
Harga aset kripto dan bitcoin alami koreksi dalam beberapa hari terakhir. Harga Bitcoin sempat berada di level USD 39.000 atau setara Rp 618,3 juta. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Harga aset kripto dan bitcoin alami koreksi dalam beberapa hari terakhir. Harga Bitcoin sempat berada di level USD 39.000 atau setara Rp 618,3 juta (asumsi kurs Rp 15.854 per dolar AS). 

Analis kripto Reku, Fahmi Almuttaqin menjelaskan penurunan harga ini terjadi akibat tekanan jual Bitcoin pasca disetujuinya ETF Bitcoin Spot. Tekanan jual ini tidak hanya bersumber dari ETF Bitcoin milik Grayscale (GBTC), tetapi juga kalangan investor kripto secara umum baik ritel maupun institusi.

“Salah satunya dapat dilihat dari lebih banyaknya Bitcoin yang didepositkan ke centralized exchanges, dibandingkan yang ditarik dari centralized exchanges ke wallet pribadi,” kata Fahmi kepada Liputan6.com, Jumat (26/1/2024).

Fahmi menambahkan, selain tekanan jual, inflasi Amerika Serikat (AS) yang berada pada angka lebih tinggi dari ekspektasi pada level 3,4 persen, atau lebih tinggi 0,3% dari inflasi Desember 2023 lalu juga mendorong investor cenderung lebih berhati-hati menjelang penentuan kebijakan suku bunga The Fed pada 31 Januari 2024.

Potensi Rebound

Fahmi menuturkan, dalam jangka pendek, FOMC pekan depan dapat berpotensi menjadi katalis untuk rebound pada Bitcoin. Dengan catatan, hasil rapat memutuskan suku bunga tidak dinaikkan dan para pejabat The Fed mengindikasikan rencana penurunan suku bunga dalam waktu dekat. 

Adapun, ETF Ethereum Spot juga menjadi salah satu sentimen yang berpotensi dapat berkembang dan berpotensi menjadi pendorong harga aset-aset kripto termasuk Bitcoin. 

“Selain itu, halving Bitcoin yang akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang, juga dapat menjadi faktor pendorong harga dalam jangka waktu yang lebih panjang apabila koreksi berlanjut dalam waktu yang lebih lama,” ujar Fahmi.

 


Fase Bullish

Ilustrasi kripto (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Pasar Sudah Berada Pada Fase Bullish

Menurut Fahmi, saat ini pasar kripto sudah berada pada fase bullish. Sehingga koreksi pada Bitcoin tidak akan berada terlalu jauh dari area resistance psikologis, yaitu di angka USD 40.000 atau setara Rp 634,2 juta. 

Fahmi mengungkapkan sangat kecil kemungkinan Bitcoin akan kembali menyentuh area di bawah USD 30.000. Dirinya menghimbau investor untuk tetap memantau kondisi pasar secara berkala dan mengevaluasi strategi investasi dan tradingnya. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


CEO JPMorgan Wanti-wanti Investor Jauhi Aset Kripto

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Andre Francois M.)

Sebelumnya diberitakan, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, kembali menyarankan investor untuk menjauhi Bitcoin. Komentarnya muncul di tengah meningkatnya minat institusional terhadap kripto dan persetujuan ETF Bitcoin Spot oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

“Saran pribadi saya adalah jangan terlibat. Tetapi saya tidak ingin memberi tahu siapapun apa yang harus dilakukan. Ini adalah negara bebas,” kata Dimon, dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (20/1/2024).

Eksekutif tersebut menambahkan dia juga tidak peduli dengan Blackrock, manajer aset terbesar di dunia, yang menggunakan bitcoin. Dimon tetap bersikeras kasus penggunaan cryptocurrency adalah aktivitas terlarang.

BlackRock meluncurkan ETF bitcoin spot, Ishares Bitcoin Trust, minggu lalu dengan JPMorgan sebagai peserta resmi utama. Dimon telah lama menjadi seorang yang skeptis terhadap bitcoin dan kripto. Dia mengatakan pada Desember tahun lalu dia akan menutup kripto jika dia menjadi pemerintah.

Meskipun memberikan kritik pada Bitcoin, tetapi Dimon tetap memuji teknologi blockchain yang mendasari aset kripto. 

“Blockchain itu nyata. Itu adalah sebuah teknologi. Kami menggunakannya. Ini akan memindahkan uang, akan memindahkan data, dan efisien. Kami juga telah membicarakan hal itu selama 12 tahun,” jelas dia. 

Dimon menambahkan, pada bitcoin ada kasus penggunaan untuk penipuan, anti pencucian uang, penghindaran pajak, perdagangan seks dan itu adalah kasus penggunaan kripto yang nyata.


Harga Bitcoin Anjlok 20% Sejak Peluncuran ETF Bitcoin Spot

Ilustrasi bitcoin (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bitcoin telah anjlok hampir 20% sejak peluncuran ETF Bitcoin Spot pada 11 Januari karena investor menjadi lebih berhati-hati terhadap potensi dampak produk tersebut.

Bitcoin sempat melonjak menjadi USD 49.021 atau setara Rp 767,4 juta (asumsi kurs Rp 15.655 per dolar AS) pada hari pertama ETF Bitcoin Spot diluncurkan. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (23/1/2024), namun pada Selasa, 23 Januari 2024, harga Bitcoin turun ke level USD 39.718 atau setara Rp 621,8 juta.

Sembilan dana spot Bitcoin baru di AS mulai diperdagangkan pada 11 Januari, iShares Bitcoin Trust milik BlackRock dan Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund mengumpulkan sebagian besar arus masuk, sementara USD 2,8 miliar atau setara Rp 43,8 triliun keluar dari dana Grayscale. 

Salah satu penyebab keluarnya dana dari Grayscale adalah properti pertukaran kripto FTX yang bangkrut, melepaskan sebagian besar sahamnya di Grayscale. Namun Pelepasan oleh FTX berpotensi menghilangkan kelebihan pasokan, menunjukkan tekanan jual yang kuat dari GBTC akan segera mereda.

Selain itu, selama dua minggu terakhir, Bitcoin telah ditantang oleh kondisi makro yang lebih ketat dibuktikan dengan kenaikan suku bunga dan penguatan dolar dan tekanan jual yang signifikan dari para pedagang yang melepaskan posisi arbitrase GBTC mereka bersama dengan aset kebangkrutan FTX.

Bitcoin melonjak hampir 160% tahun lalu, mengungguli aset tradisional seperti saham, di tengah spekulasi ETF akan mengkatalisasi adopsi  kripto yang lebih luas oleh investor institusi dan individu. Token tersebut telah mengalami kemunduran sejak pergantian tahun dan tertinggal di pasar global.

Token seperti Ether dan BNB juga mengalami kesulitan bersama dengan Bitcoin, aset digital terbesar. 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya