Dunia Industri dan Perusahaan Diminta Berperan Tutup Kesenjangan Dunia Kerja dengan Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi

Kesenjangan atau gap antara kualitas lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja yang terjadi saat ini, menjadi sorotan dari sejumlah pihak.

oleh Tim Regional diperbarui 26 Jan 2024, 11:29 WIB
Talk show "Closing The Achievement Gap", KADIN Education Hub, di BINUS University International - JWC Campus Jakarta, Rabu 24 Januari 2024. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kesenjangan atau gap antara dunia kerja dengan kualitas lulusan perguruan tinggi yang terjadi saat ini, menjadi sorotan dari sejumlah pihak.

Deputy President Director PT BCA Armand W Hartono mengatakan, untuk menutup gap tersebut, tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada kurikulum perguruan tinggi, banyak faktor yang harus diperhatikan.

Menurutnya, industri dan perusahaan-perusahaan juga harus turut berperan dalam menutup gap dengan cara berbagai cara seperti beasiswa, pelatihan, dan kerjasama dengan perusahaan.

"Kalau bicara closing the gap, itu harus dari semua sisi, bukan hanya dari kurikulum, tidak ada kurikulum yang sempurna,” ujarnya pada acara talk show "Closing The Achievement Gap", KADIN Education Hub, di BINUS University International - JWC Campus Jakarta, Rabu 24 Januari 2024.

Dia menyatakan, di BCA ada prinsip, bahwa perusahaan yang harus proaktif bekerja sama dengan universitas dan SMA untuk mempersiapkan calon pegawai.

"Minimal sudah siap bekerja saat masuk di BCA,” sambungnya.

Armand menyampaikan bahwa pendidikan juga harus menekankan pada pengembangan karakter dan nilai budaya sehingga setiap individu bisa bertanggung jawab, proaktif, dan mandiri.

“Manusia itu membutuhkan komunitas, butuh saling menularkan virus-virus ide positif untuk menjadi inspirasi. Ekosistem seperti itu dibutuhkan untuk membangun sebuah industri,” kata dia.

Dari perspektif sumber daya manusia, Dharma Syahputra memberikan pengertian terkait perubahan lintasan di lanskap pekerjaan.

Perusahaan mengalami kesulitan dalam merekrut calon pekerja karena cepatnya perubahan kebutuhan yang terjadi dan semakin spesifiknya keahlian yang dibutuhkan, misalnya data science analyst, bio engineering specialist, digital health care provider, dan sebagainya.

"Benar jika dikatakan ada bonus demografi. Dari sisi supply, angkatan pekerja dan yang mencari kerja itu banyak sekali,” kata Dharma.

Dari sisi demand sebenarnya memang berdasarkan riset, tantangan yang dihadapi perusahaan itu mencari talent yang bagus itu susah.

"Apa yang sebenarnya yang terjadi? Menurut saya karena kecepatan perubahan itu luar biasa. Saya melihat tren bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan itu semakin spesifik,” sambungnya.


Pendidikan Harus Perkuat Keterampilan Dasar

Pakar ekonomi dan juga dosen Faisal Basri menyampaikan, pendidikan harus memperkuat keterampilan dasar seperti matematika, membaca, dan menulis terlebih dahulu, agar siswa dapat menggunakan hal tersebut dalam berbagai konteks. 

"Sadarilah bahwa secara keseluruhan universitas itu menghadapi kesulitan karena harus mengolah bahan baku (sumber daya) yang rendah, jadi prosesnya cenderung lebih berat untuk mengolah mahasiswanya agar berhasil menjadi sarjana," kata dia.

Faisal Basri menyatakan, 2022 reading literacy, math, dan science di Indonesia itu skornya di bawah tahun 2000. Penurunan ini terjadi sejak 2015, jadi turun terus.

"Terakhir ada peningkatan itu dari 2009 ke 2015. Ini juga menjadi pembelajaran barangkali pembangunan itu kembali harus diutamakan manusianya, bukan fisik. Tidak ada artinya jalan tol ribuan kilometer kalau manusianya tidak digarap, papar Faisal.

Selain itu, terjadi juga persaingan antara pendidikan formal dengan micro-credentials, dimana berbagai lembaga seperti Google memfasilitasi pendidikan dan sertifikasi lewat kursus-kursus pendek.

Founder dan CEO HighScope Indonesia Institute Antarina SF Amir menyampaikan, untuk menutup kesenjangan atau gap antara dunia kerja dengan kualitas lulusan, sistem pendidikan harus berubah sesuai dengan yang dibutuhkan dunia kerja.

"Sistem pendidikan saat ini belum mengikuti perubahan dan perkembangan dunia, kita masih menggunakan sistem yang sama sejak 100 tahun yang lalu," ujarnya.

Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan menekankan pada pengembangan keterampilan hidup esensial yang dilakukan by design–terencana dan sistematis. Keterampilan hidup esensial adalah fondasi utama bagi para siswa yang selanjutnya ditunjang dengan technical skills sehingga para siswa siap menghadapi tantangan global.

Infografis 5 Warna Surat Suara Pemilu 2019. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya