BEI Minta Investor Rasional Hadapi Pemilu

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengimbau agar investor tetap rasional dalam memperhitungkan strategi investasinya.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Jan 2024, 20:18 WIB
Gelaran pesta demokrasi tahun ini rupanya ikut mempengaruhi pandangan investor pasar modal. (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - Gelaran pesta demokrasi tahun ini rupanya ikut mempengaruhi pandangan investor pasar modal. Umumnya, investor melakukan wait and see terkait langkah investasi selanjutnya, memperhatikan kebijakan yang ditelurkan pemimpin baru. Sebagai gambaran, belum lama ini sejumlah perusahaan terafiliasi partai politik ramai melakukan IPO di Bursa.

Beberapa petinggi emiten juga tampak memiliki tendensi ke salah satu pasangan calon presiden (capres)-calon presiden (cawapres). Merujuk kondisi tersebut, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengimbau agar investor tetap rasional dalam memperhitungkan strategi investasinya.

"Kita sampaikan kepada publik untuk selalu mengambil keputusan investasi secara rasional, itu yang paling penting. Dan untuk bisa mengambil keputusan secara rasional tentu dibutuhkan skill dan dibutuhkan data,” kata Jeffrey dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (25/1/2024).

Rasionalitas, lanjut Jeffrey, harus tetap dijaga meski pasar dalam keadaan sideways, market bearish, maupun market bullish. Dalam catatannya, investor cenderung lengah saat market atau pasar sedang bullish.

Selain itu, investor juga harus memperhatikan pengumuman atau notifikasi khusus yang disampaikan bursa seperti unusual market activity (UMA) hingga pemberhentian perdagangan saham atau suspensi.

"Kalau memang para investor memutuskan mau wait and see, atau ada beberapa investor yang justru mengatakan ini adalah waktunya untuk mengambil keputusan dengan mengantisipasi apapun yang akan terjadi di depan, itu adalah keputusan masing-masing investor. Investor harusnya melihat prospek jangka panjang," kata Jeffrey.

 

 


Kinerja IHSG

Pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara historis mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu. Sebagai gambaran, pada 1999 IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar. Pada 20229, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen.

Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.

"Kegiatan pemilu adalah kegiatan yang sudah kita lakukan berkali-kali sepanjang keberadaan Bursa Efek Indonesia. Dan tetap banyak investor kita yang sukses sampai dengan hari ini. Artinya bagaimana investor melakukan analisis," tutup Jeffrey.

 


Menengok Prospek Investasi di BEI saat Pemilu

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pasar modal tanah air masih menarik di tengah gelaran pemilihan umum (pemilu).

Head of Research Mirae Asset, Robertus Hardy mengatakan peningkatan minat investasi publik di pasar saham tahun ini juga didukung optimisme prediksi pasar saham yang akan menguat pada semester II dengan dukungan dari saham-saham unggulan (blue chips).

"Ada potensi penurunan suku bunga bank sentral di tingkat global, termasuk BI rate, yang terutama disebabkan oleh inflasi yang terkendali dan sudah ada kejelasan hasil pemilu. Kami masih memprediksi nilai wajar IHSG akan berada pada level 8.100,” kata Robertus dalam Mirae Asset Media Day, Rabu (24/1/2024).

Dua faktor lain, lanjut Robert, adalah investor domestik yang diprediksi masih akan jadi penopang IHSG serta total kapitalisasi saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar yang masih kecil.

Robert mengatakan total kapitalisasi pasar saham lima emiten terbesar di pasar saham Indonesia sangatlah kecil dibanding pasar saham Asia lain seperti Korea Selatan, Jepang, dan India.

Lima saham blue chips terbesar di Indonesia yaitu BBCA, BREN, BBRI, BYAN, BMRI hanya sekitar USD 273 miliar, jauh di bawah lima perusahaan terbesar di bursa Korea Selatan, Jepang, dan India yaitu USD 628 miliar, USD 672 miliar, dan USD 691 miliar.

"Dengan optimisme pasar saham tersebut. Saham-saham yang dapat menjadi pilihan adalah BBCA, BBRI, ACES, MAPI, TLKM, ISAT, dan ASII," ungkap Robertus.


Pemilu 2024, Bos BEI Optimistis Pasar Modal Bergairah

Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman optimistis pasar modal akan tetap resilien pada perhelatan pemilihan umum (pemilu) tahun depan. Secara historis, Iman mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu sebelumnya.

"IHSG secara historis sebenarnya di tahun-tahun politik, di saat pemilihan, justru IHSG kita menunjukan peningkatan. Menghadapi pemilu di Februari tahun depan, mudah-mudahan ini mulai terlihat di akhir di penutupan indeks kita meningkat," kata Iman dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023, Jumat (29/12/2023).

Sebagai gambaran, pada 1999, IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar. Pada 20229, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen.

Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.


Sektor yang Bakal Tumbuh

Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kinerja pasar modal pada periode tersebut salah satunya ditopang kenaikan tingkat konsumsi yang didorong oleh pengeluaran partai politik maupun calon kandidat terpilih akan meningkat menjelang tahun politik. Kinerja beberapa sektor berpotensi tumbuh positif, seperti sektor barang konsumen, layanan komunikasi, keuangan, dan lain-lain.

"Pergerakan IHSG dari (pemilu) 1999 semuanya positif sampai dengan tahun 2019. Kalau kita bicara transaksi perdagangan semuanya net buy positif.Kita berharap di tahun politik ini akan ada peningkatan kinerja dari emiten yang tumbuh positif. Terutama di sektor konsumsi, komunikasi, dan sektor perbankan," imbuh Iman.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 28 Desember 2023 yang ditutup pada level 7.303,89 atau meningkat 6,62 persen dari penutupan perdagangan tahun 2022. rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tercatat berada pada posisi Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,8 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali. Kapitalisasi pasar mencapai angka Rp 11.762 triliun pada 28 Desember 2023.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya