Liputan6.com, Jakarta - Ivan Gunawan pamit dari Indonesia. Dalam waktu dekat, ia memutuskan untuk mencoba peruntungan di luar negeri. Ia mencari tempat baru yang lebih memberinya ruang berekspresi tanpa khawatir terkena teguran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Sebelum pergi, ia mempersembahkan koleksi Hari Raya terakhirnya untuk para penggemarnya di Indonesia. Ia menggali rekaman memorinya untuk menciptakan karya yang tak terpengaruh tren mode dunia. Benaknya jatuh pada kenangan masa kecilnya di Rusia.
Advertisement
"Tahun 90an, saya tinggal di Ukraina mengikuti tugas orangtua saya. Tapi karena di sana tidak ada sekolah Indonesia, saya pun ke Rusia. Jarak Ukraina-Moskow itu delapan jam naik kereta," celotehnya tentang pengalaman masa kecilnya tersebut dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 24 Januari 2024.
Dalam kenangannya, ia mengingat bahwa perkembangan agama Islam di ibu kota Rusia itu cukup pesat saat itu. Salah satu yang tak terlupakannya adalah ikut sholat jumat berjemaah. Itu pula yang melatarinya memberi tema untuk 50 koleksi Mandja Hijab Ivan Gunawan Raya Collection 2024 dengan Light of Treasure.
"Pengalaman hidup adalah harta karun berharga, enggak semua orang bisa buka. Setiap memori, setiap cerita, setiap kenangan terekam sebagai memori," kata Ivan.
Desainer yang mengaku belajar fesyen secara otodidak itu masih setia dengan permainan motif sebagai ciri khasnya. Motifnya diambil dari kenangan paling melekat dari Rusia. Kita bisa melihat matryoshka alias boneka bertumpuk khas Rusia berdampingan dengan gambar kubah Gereja Katedral Rusia yang ikonis. Ia juga memodifikasi tulisan Mandja dengan huruf-huruf Rusia.
Bukan Semata untuk Muslimah
Meski namanya koleksi Hari Raya alias baju lebaran, Ivan tak mendandani semua modelnya memakai hijab. Kalau pun ada yang memakai kerudung, bagian depan rambut dibiarkan terlihat, mengingatkan saya pada karakter Marsha di serial kartun Marsha and The Bear.
"Aku ambil kenangan oma-oma di Rusia. Oma itu dalam bahasa Rusia disebut baboushka. Ada yang Islam dan Kristen Ortodok. Mereka biasa pakai penutup kepala," ia menerangkan.
Kerudung segi empat tak sepenuhnya dipakai model sebagai penutup rambut, tetapi hanya sebagai aksesori pelengkap, selain aksesori-aksesori berukuran besar, untuk menyempurnakan gaya bak perempuan gipsi. Beberapa model bahkan membebaskan rambutnya dari penutup kepala apapun atau hanya memakai pita. Ivan punya alasan soal ini.
Ivan juga menjelaskan soal tak semua model tak dipakaikan kerudung lantaran ia menyasar pasar yang lebih besar. "Setelah mempelajari pasar, pembeliku tuh bukan 100 persen wanita muslimah berhijab. Saya harus bisa fasilitasi kalau enggak dipake kerudung seperti apa," ucapnya.
Meski begitu, ia menegaskan tetap setia dengan siluet busana yang longgar untuk mengakomodasi kebutuhan muslimah berbusana secara syari. Model busananya tak jauh dari gamis, kaftan, blus dengan cape, blus dengan lengan bishop, hingga celana palazzo. Di sisi lain, model basic tersebut dinilai masih relevan untuk dipakai di luar lebaran. "Enggak hanya hari raya, ngantor juga bisa," ujarnya.
Advertisement
Masih Kembangkan Bahan Ramah Lingkungan
Material yang dipakai tetap didominasi poliester yang berarti material sintetik. Salah satu pertimbangannya agar lebih terjangkau di kantong dan mudah dalam perawatan. "Untuk bahan ramah lingkungan, kita masih develop karena bahan ramah lingkungan ini lebih pricey. Kita pelajari terus dan konsumen harus diedukasi," ucapnya.
Ivan juga memanfaatkan tulle, renda, dan kristal sebagai variasi bahan untuk memberi tampilan yang lebih glamor di sebagian koleksi. Dengan begitu, pembelinya bisa memakainya untuk menghadiri acara pesta dengan padu padan yang tepat. Dalam kesempatan itu, ia juga menampilkan 20 koleksi tas terbarunya untuk dikeluarkan sebagai bagian koleksi hari raya.
Khusus untuk hijab, ia kembali menggunakan kain voal dan sutra silk. Alasannya karena dua material itu yang paling membuat muslimah nyaman saat memakai kerudung. "Voal itu kalau dipakai enggak bikin budek, disetrika gampang, dicuci gampang. Kerudung aku timeless, enggak tertelan oleh waktu. Trennya enggak bakal habis," ujarnya.
Soal warna, ia tak mau terlalu mengikuti tren. Sage misalnya, ia masih mencampurnya dengan warna lain agar tidak terlalu sama. Hitam, putih, cokelat, dan biru terlihat mendominasi koleksi ini yang dirasa tepat mengingat koleksi Ivan sudah ramai motif. Kalau pun ada warna pastel, motifnya lebih sedikit.
Kembali ke Tempat Awal
Show Ivan bertempat di Hotel Borobudur Jakarta. Ada alasan personal terkait pemilihan lokasi. Ternyata, di tempat itulah ia pertama kali menggelar shownya.
"Pada waktu itu almarhum Ramli membuat, create fashion week di ballroom hotel ini. Ada puluhan fashion show. Pada waktu itu dipercaya paman saya Adjie Notonegoro untuk membuat fashion show. Nah, Mba Lolita Malaiholo menjembatani itu," tuturnya.
Dalam waktu bersamaan, hotel yang berlokasi di Jakarta Pusat itu akan merayakan ulang tahun ke-50. Ivan pun setuju meramaikan jelang pertambahan umur dengan show di tempat ia memulai karier.
Ruang ballroom tempat show Ivan dilapisi serba warna hijau, dari catwalk hingga bangku-bangku penonton. Posisi duduk diatur seperti huruf U, dengan lantai dibiarkan polos tanpa penanda jalan model. Hal itu sempat membuat penasaran bagaimana model akan bergerak.
Sayang, show itu tak terlalu sempurna karena waktu menunggu yang terlalu lama. Dari jadwal yang semestinya dimulai pukul 15.00 WIB, ternyata baru dimulai sekitar pukul 16.50 WIB. Seluruh koleksi ditampilkan hanya sekitar 20 menit saja dengan Ivan menutup show dengan melambaikan tangan pada penonton.
Advertisement