Menyulap Bandara Ahmad Yani Semarang jadi Green Airport

Selain concern dengan pengelolaan sampah organik dan anorganik, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang juga telah menerapkan konsep Eco Airport dan Green Airport dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

oleh Septian Deny diperbarui 26 Jan 2024, 12:15 WIB
Ilustrasi Bandara Ahmad Yani Semarang, Selain concern dengan pengelolaan sampah organik dan anorganik, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang juga telah menerapkan konsep Eco Airport dan Green Airport dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (Foto : Titoisnau)

Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang melakukan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Sampah Daur Ulang dengan PT Mahkota Giovey Abadi. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka pengelolaan lanjutan sebagai upaya meminimalkan sampah yang dihasilkan dari operasional Bandara Ahmad Yani, khususnya sampah Anorganik.

Acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama dilakukan oleh Manajemen Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang dan PT Mahkota Giovey Abadi sebagai bentuk kontribusi positif bandara terhadap kelestarian lingkungan, dan tentunya menjadi salah satu upaya dalam melakukan pengelolaan sampah untuk mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA.

General Manager Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Fajar Purwawidada dalam sambutannya menyampaikan kerjasama ini dilakukan sebagai salah satu upaya bandara dalam berkontribusi pada kelestarian lingkungan.

 

"Saat ini Bandara sudah melakukan pengelolaan sampah dengan pemilahan sampah yang secara langsung dapat mengurangi volume sampah residu yang akan di buang ke TPA” ujar Fajar dikutip Jumat (26/1/2024).

“Saat ini sangat diperlukan penanganan serius terhadap permasalahan sampah agar tidak berdampak buruk pada lingkungan, harapan kedepannya kerjasama dengan PT. Mahkota Giovey Abadi ini dapat mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik dengan memilah sampah Organik sebagai pakan Maggot, dan Anorganik untuk dilakukan pengelolaan lanjut sehingga bisa menghasilkan nilai ekonomis dan mengurangi sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah akhir TPA," lanjut Fajar.

Sebagai tambahan informasi, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang saat ini sudah melakukan pengelolaan sampah dengan nilai residu buangan 50 %, serta menerapkan pengelolaan sampah dengan budaya Magot sebagai pengurai sampah organik, sedangkan sampah anorganik yang mempunyai nilai ekonomis dijual, yang hasilnya yang di pakai untuk pembiayaan operasional TPS di Bandara.

 


Konsep Eco Airport dan Green Airport

Suasana Foto di pintu masuk Bandara Ahmad Yani Kota Semarang (Foto : Titoisnau)

Selain concern dengan pengelolaan sampah organik dan anorganik, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang juga telah menerapkan konsep Eco Airport dan Green Airport dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), pengunaan lampu hemat energi, pengelolaan sampah dan limbah serta melakukan penghijauan penanaman 1000 pohon disekitar Bandara.

Hilary Ignatius Kenneth, Direktur Utama PT Mahkota Giovey Abadi mengatakan kerjasama dengan Manajemen Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang merupakan bagian dari upaya untuk memenuhi kebutuhan supply chain perusahaan.

"Selain mengamankan supply chain, kami secara konsisten melakukan edukasi ke masyarakat terkait pengelolaan sampah plastik yang baik. Penerapan ekonomi sirkular tidak dapat dilakukan sendirian. Kami memerlukan dukungan banyak pemangku kepentingan," kata Kenneth, founder dari PT MGA, produsen botol RPET, atau botol dari sampah plastik daur ulang.

"Edukasi konsep 3R, reuse, reduce, recycle harus dilakukan secara kontinu," kata Kenneth.

Kementerian PUPR telah menyelesaikan pembangunan Flyover Ahmad Yani yang menghubungkan Jalan Madukoro dengan Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya