Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menyambut baik realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV 2023. Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal terakhir 2023 ini didorong oleh belanja rumah tangga dan pemerintah yang kuat.
Menurutnya, angka ekonomi AS menandai peningkatan produktivitas dan belanja yang sehat tanpa peningkatan tekanan inflasi.
Advertisement
Mengutip US News, Jumat (26/1/2024) laporan Departemen Perdagangan menunjukkan bahwa produk domestik bruto AS tumbuh 3,3 persen pada kuartal IV 2023. Namun, angka tersebut menandai penurunan dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya.
Yellen mengatakan angka tersebut termasuk inflasi inti sebesar 2 persen, persis dengan target The Fed.
"Saya melihat ini sebagai hal yang baik, mencerminkan belanja yang kuat dan sehat serta peningkatan produktivitas dan kemungkinan besar tidak menciptakan tantangan inflasi," kata Yellen kepada wartawan setelah pidatonya di Economic Club of Chicago.
Namun, Yellen juga mengungkapkan, belum diketahui secara jelas apakah peningkatan produktivitas akan terus berlanjut, atau apakah teknologi kecerdasan buatan (AI) turut berkontribusi terhadap hal tersebut.
"Mungkin saja kita sedang mengalami periode pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat dibandingkan rata-rata pertumbuhan produktivitas jangka panjang dalam beberapa tahun terakhir di AS," ujar Menkeu AS.
"Ini benar-benar spekulatif. Apakah ini bersifat sementara? Apakah ini bersifat jangka panjang?," sambungnya.
Yellen menambahkan bahwa ada banyak artikel yang ditulis tentang potensi AI untuk mendorong produktivitas, "tetapi akan sangat spekulatif jika membahas hal tersebut."
Harga Emas Dunia Tumbang Dampak Penguatan Data Ekonomi AS
Harga emas dunia melemah pada perdagangan hari Rabu setelah dana ekonomi terbaru Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa aktivitas bisnis berjalan dengan kuat. Bahkan penurunan harga emas dunia ini terjadi ketika dolar AS tengah mengalami tekanan.
Saat ini pelaku pasar tengah menanti lebih banyak indikator ekonomi untuk menilai kapan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) akan menurunkan suku bunga.
Mengutip CNBC, Kamis (25/1/2024), harga emas dunia di pasar spot turun 0,6% menjadi USD 2.016,04 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,48% menjadi USD 2.016, per ounce.
"Harga emas cukup terisolasi dari penyesuaian harga yang hawkish di pasar suku bunga, karena ada tanda-tanda bahwa investor secara historis memiliki posisi yang rendah terhadap emas meskipun pasar memperkirakan siklus pemotongan The Fed akan segera dimulai,” kata analis komoditas TD Securities, Daniel Ghali.
Menurut survei S&P Global, aktivitas bisnis AS meningkat pada bulan Januari dan inflasi terlihat mereda.
Perekonomian AS yang kuat dan penolakan dari pejabat bank sentral membuat beberapa investor memikirkan kembali pertaruhan mereka mengenai seberapa cepat The Fed akan menurunkan suku bunganya tahun ini.
Menurut FedWatch Tool CME, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakan 30-31 Januari dan memundurkan jangka waktu penurunan suku bunga pertama.
Dolar tergelincir 0,5% terhadap para pesaingnya, membuat emas batangan yang dihargakan dalam greenback lebih murah bagi pembeli luar negeri, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga melemah.
Advertisement
Paket Kebijakan China
"Tiongkok menyusun paket yang lebih komprehensif untuk membendung sentimen pesimistis yang telah mengganggu pasar mereka selama berbulan-bulan dan membebani dolar AS," tambah Ghali.
Bank sentral China mengumumkan pemotongan besar cadangan bank yang akan menyuntikkan sekitar USD 140 miliar uang tunai ke dalam sistem perbankan.
Investor kini fokus pada perkiraan awal PDB AS kuartal keempat pada hari Kamis, dan data pengeluaran konsumsi pribadi pada hari Jumat.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.