Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber Kaspersky mengungkapkan prediksi mereka mengenai tren teknologi, yang bakal berpengaruh untuk privasi di ruang digital, pada tahun 2024.
Menurut Kaspersky, ruang lingkup privasi sedang mengalami momen transformatif karena munculnya teknologi baru dan praktik kebijakan yang terus berkembang.
Advertisement
Peristiwa besar di bidang sosial, ekonomi, dan politik pada tahun 2023, serta tren teknologi baru, akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi lanskap privasi pada tahun 2024.
Mengutip siaran persnya, Sabtu (27/1/2024), ada beberapa tren teknologi yang akan berpengaruh pada lanskap privasi di tahun ini:
-
Perdebatan privasi karena perangkat wearable AI
Menurut Kaspersky, maraknya perangkat wearable yang didukung oleh teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), akan memicu perdebatan terkait privasi.
Memang, masyarakat saat ini sudah terbiasa memakai smartphone dan asisten cerdas dengan AI, di rumah mereka. Namun, perangkat-perangkat dengan kamera seperti kacamata atau pin pintar dengan AI, berisiko menimbulkan lebih banyak kewaspadaan.
Sifat dari perangkat ini dapat menimbulkan kekhawatiran bagi individu yang sadar akan privasi, dengan asumsi perangkat tersebut mendapatkan popularitas.
-
Perkembangan AR dan VR jadi standar privasi baru
Peluncuran produk Apple biasanya menarik perhatian publik sehingga memicu diskusi mengenai privasi, terutama terkait teknologi yang belum diregulasi dengan baik.
Dengan diperkenalkannya Apple Vision Pro dan meningkatnya integrasi AR atau VR ke dalam kehidupan sehari-hari, masalah privasi kemungkinan besar akan menjadi pusat perhatian.
Bot Asisten dan Kata Sandi
-
Meningkatkan privasi melalui munculnya bot asisten
Meningkatnya prevalensi asisten bot, yang memanfaatkan pemrosesan bahasa alami (Natural language Processing/NLP), menawarkan peluang menarik untuk meningkatkan privasi pengguna di berbagai sektor.
Bayangkan masa depan di mana asisten bot memainkan peran penting dalam melindungi data pribadi, terutama selama panggilan telepon. Asisten bot yang canggih dapat menangani panggilan pengguna dengan lancar, memastikan informasi sensitif, seperti suara pengguna terlindungi.
-
Kata sandi yang bocor tak lagi mengkhawatirkan
Menurut Kaspersky, alasan berkurangnya kekhawatiran akan kebocoran kata sandi, adalah meningkatnya prevalensi autentikasi dua faktor. Ini berarti, ada kode tambahan untuk mengonfirmasi login pengguna yang dikirim lewat SMS, atau dihasilkan dalam aplikasi pengautentikasi khusus.
Selain itu, beberapa layanan seperti Google, sudah memiliki fitur autentikasi "tanpa kata sandi" melalui kunci sandi, sementara layanan lain memilih autentikasi biometrik dibandingkan sandi tradisional.
Advertisement
Inovasi Teknologi Jadi Bagian Integral Kehidupan
Anna Larkina, pakar keamanan dan privasi di Kaspersky mengatakan, di era teknologi yang terus berkembang, gagasan tentang data pribadi harus melampaui batas-batas tradisional.
"Munculnya perangkat wearable yang didukung AI, pengembangan AR atau VR, dan munculnya bot asisten memerlukan pemahaman yang lebih luas tentang privasi," kata Anna.
"Karena inovasi-inovasi ini menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari, konsep data pribadi harus mencakup tidak hanya apa yang ingin kita bagikan tetapi juga interaksi dan wawasan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh teknologi ini."
Ancaman Siber Masih Intai Asia Pasifik
Sebelumnya, Kaspersky mengungkapkan, Asia Pasifik masih diintai sejumlah ancaman keamanan siber di 2024.
Didorong pergerakan digitalisasi yang cepat di Asia Pasifik dan gesekan geopolitik, para ahli di Kaspersky pun memperkirakan lanskap ancaman siber yang akan datang di wilayah ini.
Kaspersky menyebut, bahaya phishing, penipuan, pelanggaran data, dan serangan siber yang bermotif geopolitik tampaknya bakal terus menyasar organisasi dan individu di wilayah tersebut.
Vitaly Kamluk Kepala Global Research and Analysis Team (GReAT) di Kaspersky mengatakan, ekonomi digital di Asia Pasifik terus tumbuh secara eksponensial, dan diperkirakan akan terus mempertahankan momentumnya dalam lima tahun ke depan.
"Dengan upaya digitalisasi termasuk adopsi teknologi seperti pembayaran digital, Super Apps, IoT, kota pintar, dan kini Kecerdasan Buatan (AI) generatif, keamanan siber akan menjadi kunci utama untuk memastikan seluruh pertahanan di kawasan ini terhadap potensi serangan siber yang merusak," ujarnya.
Kamluk menambahkan, terkait Ancaman Persisten Tingkat Lanjut (Advanced Persistent Threats/APT), mereka melihat spionase dunia maya masih menjadi tujuan utama kelompok-kelompok Asia.
"Kami memperkirakan tren ini akan terus berlanjut pada tahun 2024 karena ketegangan geopolitik yang ada di kawasan ini," kata Kamluk, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (18/1/2024).
Advertisement