Rawat Bumi, Bluebird Operasikan 200 Taksi Listrik, 3.200 Armada CNG, dan Pasang Panel Surya

Bluebird di 2023 penggunaan armada listrik telah berhasil mengurangi hingga 2.600 ton emisi karbon, armada CNG mengurangi hingga 24.800 ton emisi karbon, dan panel surya mengurangi hingga sebanyak 48,3 ton emisi karbon.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Jan 2024, 14:40 WIB
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Adrianto Djokosoetono menunjukkan target Visi Keberlanjutan yang akan dijalankan oleh PT Blue Bird Tbk dalam acara Media Gathering pada Kamis, 25 Januari 2024. (Dok Blue Bird)

Liputan6.com, Jakarta - PT Blue Bird Tbk berkomitmen mengurangi hingga 50% emisi karbon dan limbah operasional pada 2030. Untuk mewujudkannya, Blue Bird melakukan berbagai inisiatif melalui tiga pilar utama, yaitu BlueSky, BlueLife, dan BlueCorps.

BlueSky adalah komitmen terhadap lingkungan, BlueLife merupakan komitmen terhadap kesejahteraan sosial, dan BlueCorps yang menjadi komitmen dalam menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.

Direktur Utama PT Bluebird Tbk Adrianto Djokosoetono mengatakan, sejak didirikan tahun 1972, Blue Bird telah memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan kehidupan sosial.

"Nilai ini yang melandasi kami meluncurkan Visi Keberlanjutan 50:30 dua tahun lalu. Sudah banyak program dan kegiatan yang kami lakukan untuk mendukung tercapainya visi tersebut. Bluebird telah mencatatkan capaian positif dalam perbaikan lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, maupun tata kelola perusahaan.” jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (26/11/2024).

Untuk pilar BlueSky, hingga saat ini Bluebird telah mengoperasikan lebih dari 200 armada taksi listrik, 3.200 armada CNG, serta menggunakan panel surya sebagai alternatif energi bersih.

Hasilnya, selama tahun 2023 penggunaan armada listrik telah berhasil mengurangi hingga 2.600 ton emisi karbon, armada CNG mengurangi hingga 24.800 ton emisi karbon, dan panel surya mengurangi hingga sebanyak 48,3 ton emisi karbon.

Selain itu, Bluebird juga mengimplementasikan program 3R (reduce, reuse, recycle) dimana pengemudi dan karyawan wajib menggunakan botol minum isi ulang dengan proyeksi pengurangan sampah plastik sekali pakai hingga 1 juta ton selama tahun 2023.

 


Pilar BlueLife dan Pilar BlueCorps

Sejumlah taksi mobil listrik parkir terlihat di pool Blue Bird, Jakarta, Selasa (23/4). Jumlah taksi mobil listrik Blue Bird akan terus meningkat hingga menjadi 200 unit pada 2020, dan mencapai 2 ribu unit pada 2025. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sedangkan untuk pilar BlueLife, Bluebird telah membantu meningkatkan akses pendidikan dengan memberikan beasiswa kepada lebih dari 38.000 anak pengemudi berprestasi dan memberdayakan lebih dari 1.000 istri dan putri pengemudi melalui program Kartini Bluebird yang membuka kelas memasak, menjahit, dan make up dengan tujuan memberikan kemampuan tambahan untuk membantu kesejahteraan keluarga.

Selain itu, Bluebird juga terus meningkatkan rasio pengemudi dan karyawan perempuan hingga lebih dari 500 orang, serta menggandeng pengusaha taksi lokal di Bandung dan Yogyakarta dengan mengoperasikan lebih dari 100 armada agar bisa bangkit dan terus tumbuh.

Sementara untuk pilar BlueCorps, selain menjalankan tata kelola perusahaan yang baik melalui transparansi dan akuntabilitas, Bluebird juga selalu meningkatkan kualitas pengelolaan bengkel hingga mendapatkan sertifikasi kelas A. Komitmen Bluebird tersebut mendapatkan pengakuan publik melalui penghargaan yang diterima dari berbagai organisasi terpercaya.

Di tahun 2023, Bluebird meraih banyak penghargaan seperti perusahaan dengan transformasi bisnis terbaik, perusahaan yang mengembangkan dan mengimplementasikan penggunaan kendaraan listrik, serta perusahaan yang memiliki ekosistem dan inovasi digital.


Semangat Jaga Lingkungan Blue Bird Lewat Pasukan Sopir Taksi Penggerak Isi Ulang Botol Minum Sendiri

Mediko Azwar, Chief Marketing Officer PT Blue Bird Tbk, dan Direktur Climate & Market Transformation Yayasan WWF Indonesia, Irfan Bakhtiar, menunjukkan sejumlah produk kriya berbahan sampah plastik. (dok. Blue Bird)

Siapa bilang sopir taksi tidak bisa berperan menjaga lingkungan? Hanya dengan mengubah kebiasaan kecil sehari-hari saja, seperti membawa botol minum sendiri dan mengisi ulangnya, ia sudah bisa mengurangi jumlah sampah botol plastik yang dihasilkan.

Itu pula yang dilakukan Zulhan, seorang sopir taksi Blue Bird, yang mulai membawa botol minum sendiri sejak pandemi Covid-19, awal 2020 lalu. Tapi, hal yang melatarinya awalnya bukan semata peduli lingkungan. Sebagai pekerja lapangan, ia terbiasa berinteraksi dengan banyak orang sepanjang hari.

 Namun, pandemi mengubah cara pandang tentang bersinggungan dengan orang banyak. Di saat itu, interaksi sosial terpaksa diminimalkan demi menekan penyebaran virus. Zulhan tak mau ambil risiko dengan bertukar alat minum publik di pool atau tempat lainnya.

"Saya bawa tumbler yang gede, satu liter. Bisa cukup sampai sore," katanya kepada Liputan6.com, ditemui di sela peluncuran kerja sama Blue Bird dan WWF Indonesia terkait pengolahan sampah plastik di Jakarta, 15 Agustus 2023.

Setelah rutin membawa botol minum sendiri, ia merasa lebih nyaman dengan kebiasaan itu. Banyak manfaat yang didapatnya, seperti lebih hemat. "Di pool juga ada dispenser, tinggal isi ulang," ujarnya.

Selain itu, ia merasa air minum yang dikonsumsinya lebih bersih dan aman. "Kan kita pegang sendiri," kata Zulhan. "Saya juga udah enggak ngopi, enggak ngerokok, jadi enggak beli kopi keliling," imbuh dia.

Zulhan adalah satu dari 1.500 sopir taksi yang terpilih menjadi agen perubahan. Pasukan itu bergerak mempersuasi rekan-rekan sesama sopir untuk mengubah kebiasaan kecil.


Luwes Menyelipkan Pesan

Sopir taksi Blue Bird mengecek kondisi mobil di pool. (dok. Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Pola pendekatan tersebut diklaim berhasil berdampak. Lebih dari 8.000 sopir dan karyawan dari 22.000 sopir yang ada sudah membiasakan diri membawa tumbler sendiri.

"Agenda perubahan ini kita pilih beberapa orang aja yang diharapkan jadi penggerak dalam kegiatan. Di Jakarta ada belasan ribu pengemudi, tapi hanya beberapa saja yang gerakkan teman-temannya," ujar Mediko Azwar, Chief Marketing Officer PT Blue Bird Tbk.

Dilihat dari persentase, baru 36 persen sopir taksi yang terlibat dalam perubahan itu. Belum sampai separuhnya, tapi angka itu berarti bagi perusahaan transportasi lokal itu. Mediko menyebut sopir taksi sangat krusial dalam mengadvokasi perubahan ke arah positif. Ia berinteraksi dengan banyak orang, dari beragam kalangan. Lewat obrolan ringan antara pengemudi dan pelanggan, mereka bisa menyelipkan pesan keberlanjutan.

"Kita mulai dari pengemudi dulu. Kenapa pengemudi? Karena mereka bagian terbesar dari kami, kami mulai dari yang besar dulu. Selama delapan sampai 12 jam di jalan, ada berapa peluang buat mereka sampaikan sesuatu? Peluang dengan berjumpa lebih banyak orang lagi. SOP? Mereka jauh lebih jago bicara dengan penumpangnya," terang Mediko. 


Pendaur Ulang Sampah

Sejauh ini, Bali dianggap yang terbaik dalam mengimplementasikan minim plastik kemasan sekali pakai. Hal itu didukung kebijakan pemerintah daerah yang ketat mengatur soal jenis sampah tersebut. 

"Di Bali itu audit (sampah) dilakukan setiap enam bulan sekali. Memastikan pengemudi enggak boleh pake plastik (sekali pakai). Pool Jimbaran, misalnya. Mereka enggak akan sediakan minuman kalau enggak bawa tumbler. Itu saya harus pastikan selalu bawa tumbler kalau inspeksi ke sana," katanya.

Sejak dirintis 2018, Bluebird mengaku sudah berhasil menekan potensi sampah botol plastik 120 ton per tahun hanya dengan mengubah kebiasaan dari beli air kemasan menjadi isi ulang botol sendiri. Sementara untuk mengatasi sampah plastik yang dihasilkan dari air kemasan dari sopir yang belum berubah, pool menyiapkan sudut pengumpulan sampah.

"Lebih dari 20 pool (yang punya tempat pengumpulan sampah), total sekitar 120 ton (sampah plastik terkumpul) tahun lalu," imbuh Mediko seraya menyebut fasilitas itu dibatasi aksesnya untuk sopir saja dan sampah plastik yang terkumpul diangkut oleh pihak ketiga.

Dengan kemitraan terbaru bersama WWF Indonesia, Blue Bird berharap bisa lebih banyak sampah plastik yang bisa dikumpulkan dan didaur ulang. Direktur Climate & Market Transformation Yayasan WWF Indonesia, Irfan Bakhtiar mengingatkan bahwa jenis plastik PET yang dihasilkan dari sampah botol kemasan lebih menjanjikan karena pasarnya ada dan rantai pasoknya bergulir.

"Rantai pasar untuk PET ini sudah sangat kuat," katanya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya