Membedah Prospek Rights Issue Smartfren Telecom

Rights issue, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 171,45 miliar lembar saham dengan harga penawaran dipatok Rp 50 per lembar.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Jan 2024, 17:33 WIB
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PM-HMETD) V atau rights issue. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) berencana melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PM-HMETD) V atau rights issue.

Pada aksi tersebut, PT Smartfren Telecom Tbk akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 171.458.978.293 lembar saham dengan harga penawaran dipatok Rp 50 per lembar. Dengan demikian, nilai keseluruhan dari rights issue ini mencapai Rp 8,57 triliun. Informasi saja, ini merupakan rights issue ketiga yang dilakukan FREN dalam enam tahun terakhir setelah pada November 2018 dan April 2021.

Rumornya, aksi ini digelar untuk memfasilitasi merger perseroan dengan XL Axiata (EXCL). Praktisi Pasar Modal, William Hartanto menilai rights issue FREN akan menambah likuiditas saham perseroan lantaran jumlah saham beredar akan berlipat. Sebagai gambaran, saat ini jumlah saham FREN yang beredar adalah sebanyak 353,3 miliar.

Apabila rights issue tersebut terserap sepenuhnya, jumlah saham FREN yang beredar akan bertambah menjadi 524,7 miliar saham.

"Untuk saat ini rekomendasinya wait and see, apalagi ada kecenderungan saham-saham rights issue untuk bergerak mendekati harga pelaksanaannya," kata William kepada Liputan6.com, Jumat (26/1/2024).

Untuk itu, William mengatakan penting bagi investor untuk mencermati tujuan rights issue. Selain itu, perlu diperhatikan apakah ada standby buyer dalam rights issue FREN. Tujuannya, untuk memastikan bahwa penerbitan saham baru tidak hanya berakhir untuk dibeli publik saja.

 

Sementara itu, Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Arvin Lienardi mengatakan, secara historis saham FREN mengalami kenaikan harga signifikan setelah merampungkan rights issue.

 


Berpotensi Jadi Sentimen Positif

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Oleh sebab itu, rights issue kali ini juga berpotensi memberikan sentimen positif bagi pergerakan harga saham FREN. Secara fundamental, rights issue ini akan memperbaiki posisi keuangan FREN yang per September 2023 memiliki total utang sekitar Rp 11,6 triliun. Dana dari rights issue ini berpotensi mengurangi hingga 47,3 persen utang tersebut," ujar Arvin dalam risetnya.

Untuk dicatat, perseroan berencana mengalokasikan sekitar Rp 5,49 dari hasil rights issue akan digunakan untuk pembayaran utang dan bunga untuk pinjaman perseroan. Sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan dan atau entitas anak.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 26 Januari 2024, saham FREN melemah 1,92 persen ke posisi Rp 51 per saham. Saham FREN dibuka stagnan Rp 52 per saham. Saham FREN berada di level tertinggi Rp 53 dan terendah Rp 51 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.777 kali dengan volume perdagangan 1.409.798 saham. Nilai transaksi Rp 7,3 miliar.


Rights Issue, Smartfren Telecom Bidik Dana Rp 8,57 Triliun

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) berencana menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PM-HMETD) V atau rights issue.

Pada aksi tersebut, Smartfren Telecom akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 171.458.978.293 lembar saham atau 171,45 miliar dengan nilai nominal Rp 50 per saham.

Rencana aksi ini telah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan pada 24 November 2023. Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (24/1/2024), harga penawaran dipatok Rp 50 per lembar.

Dengan demikian, nilai keseluruhan dari rights issue ini mencapai Rp 8,57 triliun. Setiap pemegang 178 saham lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) perseroan pada 14 Maret 2024 pukul 15.00 WIB, mempunyai 75 HMETD.

Di mana setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru yang ditawarkan dengan harga penawaran Rp 50 per saham yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan pemesanan pelaksanaan HMETD.

HMETD ini diperdagangkan di BEI dan dilaksanakan mulai 18 Maret 2024-22 Maret 2024. HMETD yang tidak dilaksanakan hingga tanggal akhir periode tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.

Jika saham baru yang ditawarkan dalam PMHMETD I ini tidak seluruhnya diambil bagian atau dibeli oleh pemegang saham perseroan atau pemegang HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya.

Alokasi dilakukan secara proporsional berdasarkan atas jumlah HMETD yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pemegang saham yang meminta penambahan efek berdasarkan harga pelaksanaan.

 

 


Tak Ada Pembeli Siaga

Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam PMHMETD I ini tidak terdapat pembeli siaga. Dengan demikian, apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa HMETD yang tidak dilaksanakan, maka saham-saham terhadap atas seluruh HMETD yang tersisa tersebut tidak akan dikeluarkan saham dari portepel.

Untuk catatan, pemegang saham lama yang tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang ditawarkan dalam PMHMETD V ini sesuai dengan HMETD-nya akan mengalami penurunan persentase kepemilikan saham (dilusi) dalam jumlah maksimum sebesar 29,64 persen setelah pelaksanaan HMETD.

Sekitar Rp 5,49 dari hasil rights issue akan digunakan untuk pembayaran utang dan bunga untuk pinjaman perseroan. Sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan dan atau entitas anak.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya