Liputan6.com, Jakarta - Protein nabati tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi oleh bayi. Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Dr dr Meta Hanindita menjelaskan, hal itu karena makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan mengandung anti-nutrien. Diketahui anti-nutrien bisa menghambat penyerapan gizi penting.
"Makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ini mengandung anti-nutrien. Anti-nutrien ini ada macam-macam, ada serat misalnya, ada polifenol, dan lain sebagainya. Anti-nutrien ini bisa menghambat penyerapan berbagai zat gizi penting untuk bayi," katanya dalam diskusi tentang nutrisi yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat, dilansir Antara.
Advertisement
Oleh karena itu, Meta mengimbau para orangtua agar tidak terlalu banyak memberi asupan protein nabati pada bayi, khususnya usia 6-23 bulan sebagai bagian dari Makanan Pendamping Ais Susu Ibu (MPASI). Diharapkan agar tumbuh kembang bayi tidak terganggu atau tidak menyebabkan stunting.
Meta merekomendasikan untuk memberi protein hewani sebagai asupan untuk bayi karena protein jenis ini mengandung asam amino esensial yang baik untuk tumbuh kembang bayi.
Ia juga membolehkan para orangtua untuk mengombinasikan antara protein hewani dan nabati, selama takaran protein nabatinya tidak melebihi protein hewani, karena bayi memiliki ukuran lambung yang kecil.
"Ternyata, dari berbagai penelitian yang ada, anak yang stunting itu kadar asam amino esensialnya lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak stunting," ujarnya.
"Nah, asam aminoesensial sumbernya yang paling lengkap, yang paling komplit, yang paling tinggi kualitasnya adalah ada di protein hewani," tambah dia.
Jenis Protein Hewani yang Boleh Dikonsumsi Bayi Usia 6-23 Bulan
Meta menyebutkan beragam jenis protein hewani boleh dikonsumsi oleh bayi berusia 6-23 bulan, di antaranya seperti daging dan hati ayam, daging dan hati kambing, daging dan otak sapi, telur, dan ikan.
Terkait jenis ikan, ia mengemukakan berbagai jenis ikan baik, seperti ikan kembung, mujair, atau lele, dan tidak perlu menggunakan ikan yang mahal seperti ikan salmon, yang dikenal sebagai ikan yang memiliki kandungan yang paling baik.
Advertisement
Asupan Protein Hewani yang Rendah Bisa Sebabkan Anak Stunting
Senada dengan hal tersebut, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Lovely Daisy mengatakan rendahnya asupan protein hewani dapat menyebabkan stunting pada anak.
"Berdasarkan riset di 49 negara yang dilakukan pada 130.000 anak usia 6-23 bulan ini, ditemukan bahwa stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani," katanya (25/1).
Untuk itu, Daisy menyebutkan pemenuhan konsumsi protein pada bayi berusia 6-23 bulan dapat diintervensi melalui Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI), karena pada waktu tersebut, ASI sudah tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.