Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada perdagangan 22-26 Januari 2023. Koreksi IHSG tersebut dinilai dipengaruhi sentimen global.
Dikutip dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (27/1/2024), IHSG merosot 1,25 persen ke posisi 7.137,08 dari pekan lalu 7.227,40. Koreksi IHSG juga diikuti kapitalisasi pasar bursa. Kapitalisasi pasar terpangkas 0,65 persen menjadi Rp 11.345,77 triliun dari pekan lalu Rp 11.420,46 triliun.
Advertisement
Rata-rata frekuensi transaksi harian saham terperosok 8,73 persen menjadi 1.127.246 kali transaksi dari 1.235.025 kali transaksi pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian saham terbenam 14,75 persen selama sepekan menjadi 15,56 miliar saham dari 18,25 miliar saham pada pekan lalu.
Jelang akhir pekan lalu, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 1,05 triliun. Selama sepekan, investor asing jual saham Rp 535,72 miliar. Sepanjang 2024, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 5,78 triliun.
Di sisi lain, peningkatan dalam sepekan terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian sebesar 6,84 persen menjadi Rp 11,41 triliun dari Rp 10,68 triliun pada pekan lalu.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus menuturkan, pekan ini, IHSG dipengaruhi dari sentimen global. Pertama, dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih positif. Tercatat ekonomi AS tumbuh 2,5 persen YoY lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 2 persen. Hal ini memberikan signal ekonomi AS masih solid sehingga pasar memiliki pandangan bank sentral AS tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga.
“Sementara itu, bank sentral Eropa mempertahankan suku bunga 4,5 persen dan memberikan sinyal pemangkasan mulai pertengahan tahun,” kata Nicodemus.
Selain itu, bank sentral China juga mempertahankan bunga pinjaman tenor 1 dan 5 tahun. Nicodemus menambahkan, pelaku pasar juga mencermati kebijakan moneter bank sentral Jepang dan tingkat inflasi Tokyo. "Tingkat inflasi Tokyo menjadi pertimbangan bank sentral Jepang untuk memutuskan suku bunga. Sejak 2007, bank sentral Jepang tidak menaikkan suku bunga,” kata dia.
Total Emisi Obligasi
Selama sepekan terdapat pencatatan satu obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada Senin, 22 Januari 2024, Obligasi Berkelanjutan IV MNC Kapital Indonesia Tahap I Tahun 2023 yang diterbitkan oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk resmi dicatatkan di BEI.
Obligasi diterbitkan dengan nominal Rp 260 miliar serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat. Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk obligasi adalah idBBB+ (Triple B Plus).
Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat pada tahun 2024 adalah 8 emisi dari 7 emiten senilai Rp6,35 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 547 emisi dari 128 emiten dengan outstanding Rp461,52 triliun dan USD32,362 juta.
Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai Rp8.522,38 triliun dan USD502,10 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp3,25 triliun.
Advertisement
Penutupan IHSG pada 26 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah pada perdagangan saham Jumat, (26/1/2024). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan dan aksi jual saham oleh investor asing.
Dikutip dari data RTI, IHSG merosot 0,57 persen ke posisi 7.137,08. Indeks LQ45 turun 0,87 persen ke posisi 951,49. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.178,12 dan terendah 7.099,08. Sebanyak 346 saham melemah sehingga menekan IHSG. 183 saham menguat. 237 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.098.774 kali dengan volume perdagangan 17,1 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 10,3 triliun.
Investor asing menjual saham Rp 1,05 triliun pada Jumat pekan ini. Sepanjang 2024, investor asing melakukan aksi beli saham Rp 5,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.810.
Mayoritas sektor saham (IDX-IC) tertekan kecuali sektor saham keuangan naik 0,20 persen, sektor saham properti bertambah 0,44 persen dan sektor saham infrastruktur naik 0,12 persen.
Sementara itu, sektor saham transportasi tersungkur 2,42 persen, dan catat penurunan terbesar. Sektor saham energi susut 0,97 persen, sektor saham basic melemah 0,32 persen, sektor saham industri terpangkas 0,34 persen dan sektor saham nonsiklikal terpangkas 0,64 persen.
Selain itu, sektor saham siklikal terbenam 0,71 persen, sektor saham kesehatan susut 0,36 persen, dan sektor saham teknologi tergelincir 1,31 persen.
Bursa Saham Asia Pasifik
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada perdagangan Jumat pekan ini seiring stok kendaraan listrik di wilayah tersebut turun pada hari kedua. Sedangkan investor juga mencerna data inflasi dari Tokyo.
Dikutip dari CNBC, saham Xpeng dan Li Auto masing-masing turun lebih dari 4 persen. Sementara itu, saham BYD turun 4,2 persen. Indeks Hang Seng merosot 1,8 persen, sedangkan indeks Hang Seng teknologi susut 4 persen.
Saham Tesla merosot 12 persen di wall street pada perdagangan Kamis, 25 Januari 2024 setelah raksasa kendaraan listrik itu gagal memenuhi harapan laba dan memperingatkan perlambatan volume kendaraan pada 2024 yang juga memicu aksi jual di saham perusahaan kendaraan listrik di Asia.
Indeks CSI 300 China merosot 0,27 persen dan ditutup ke posisi 3.333,82, dan mundur dari kenaikan dua persen dari sesi perdagangan sebelumnya. Pada pekan ini, indeks Hang Seng naik 4,2 persen.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 merosot 1,34 persen, jatuh di bawah 36.000 dan berakhir ke posisi 35.751,07 setelah rilis inflasi Januari dari Tokyo lebih lemah dibandingkan Desember. Inflasi Tokyo dianggap sebagai indikator utama inflasi nasional. Indeks Topix susut 1,35 persen ke posisi 2.497,65.
Tingkat inflasi utama dan inti di Tokyo pada Januari sebesar 1,6 persen dibandingkan masing-masing 2,4 persen dan 2,1 persen pada Desember.
Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,3 persen ke posisi 2.478,56. Indeks Kosdaq naik 1,64 persen ke posisi 837,24.
Advertisement