Liputan6.com, Bandung - Transportasi efektif dalam kota menjadi tantangan utama di era modern, di mana kemacetan dan polusi telah menjadi dampak negatifnya. Sebagai upaya untuk menanggapi permasalahan ini, Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama PT Industri Kereta Api (INKA) bersinergi dalam proyek pengembangan sistem autonomous tram.
Fokus utama proyek ini adalah meningkatkan efektivitas transportasi dalam kota, mengatasi kemacetan, dan mengurangi tingkat polusi. Feature utama yang dikembangkan dalam proyek ini mencakup asisted driver, adaptif cruise control, driver monitoring sistem, dan fully autonomous system.
Proses penelitian dimulai di lingkungan akademis ITB, di mana para peneliti dan asisten peneliti bekerja keras untuk menghasilkan teknologi autonomous yang handal dan inovatif. Asisted driver menjadi bagian penting dari sistem ini, memungkinkan pengemudi tetap memiliki kendali, sementara teknologi menyediakan bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, adaptif cruise control dirancang untuk mengoptimalkan laju trem, menghindari kecepatan yang tidak stabil, dan mengurangi konsumsi bahan bakar secara efisien. Fitur driver monitoring sistem juga diperkenalkan untuk memantau kondisi pengemudi dan memastikan trem hanya beroperasi saat pengemudi benar-benar siap.
Pengembangan teknologi ini kemudian berlanjut dengan integrasi sistem ke dalam trem oleh tim ITB. Kolaborasi ini menggabungkan keahlian teknis ITB dan pengalaman industri INKA untuk menciptakan autonomous tram yang siap beroperasi di lingkungan perkotaan.
Uji coba awal dilakukan di lingkungan terbatas, termasuk di dalam area INKA dan pada jalur KAI di Jalan Yos Sudarso Madiun yang mencakup kondisi mixed traffic. Hasil uji coba menunjukkan kesuksesan, dengan semua fitur bekerja sesuai yang diharapkan, menciptakan dasar yang kokoh untuk pengembangan lebih lanjut.
Sistem autonomous tram yang sudah dibuat mencapai tonggak kritis dengan melangkah ke tahap pengujian di lingkungan yang lebih realistis, yakni di lintasan Kereta Api Indonesia (KAI) di Jalan Slamet Riyadi Solo. Uji coba ini menjadi momen penting dalam memastikan bahwa teknologi autonomous tram mampu beradaptasi secara efektif dengan kompleksitas kondisi lalu lintas yang lebih nyata, khususnya di lingkungan perkotaan yang padat dan dinamis. Langkah ini dianggap sebagai tolak ukur vital untuk mengukur kesiapan dan kinerja sistem dalam menghadapi tantangan sehari-hari di jalanan.
Rencana pengujian ini dijadwalkan dilaksanakan pada minggu 3-4 Februari 2024, menandai fase krusial dalam perjalanan pengembangan. Selama periode pengujian ini, autonomous tram akan dihadapkan pada beragam situasi lalu lintas, termasuk interaksi kompleks dengan kendaraan bermotor, pejalan kaki, dan dinamika lainnya yang umumnya dijumpai dalam lingkungan perkotaan. Parameter yang diuji mencakup kecepatan adaptasi, respons terhadap perubahan keadaan lalu lintas secara mendadak, dan kemampuan navigasi yang presisi.
Hasil pengujian ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kesiapan sistem untuk diimplementasikan secara lebih luas, menjembatani kesenjangan antara pengembangan konsep dan realitas penggunaan di masyarakat. Dalam pengembangan sistem autonomous tram yang revolusioner ini, keberhasilan tidak terlepas dari peran sentral sensor yang dipergunakan.
Sensor Kamera
Sensor kamera menjadi mata digital yang merekam dan menganalisis visual sekitar trem, memberikan informasi penting seperti deteksi objek, pengenalan pola lalu lintas, dan tanda-tanda jalan. Radar dan lidar, sebagai sistem deteksi jarak jauh, memberikan dimensi ekstra dalam melacak objek dan mengukur jarak dengan presisi tinggi.
Keduanya bekerja bersama untuk menciptakan pemahaman mendalam tentang lingkungan sekitar, memungkinkan sistem untuk merespons secara dinamis terhadap perubahan yang terjadi. GPS menjadi pemimpin navigasi, memastikan trem selalu mengetahui posisi dan arahnya dalam konteks peta kota. Integrasi ketat semua komponen ini dilakukan dalam satu program yang diinstal pada komputer embedded, menciptakan otak pintar yang menggerakkan sistem autonomous ini.
Perintah yang dihasilkan dari pemrosesan data sensor akan diteruskan ke sistem drive by wire, menjadi otak mekanis yang mengontrol semua aspek kendaraan. Mulai dari memberikan perintah percepatan hingga pengereman yang presisi, semua dilakukan dengan tepat sesuai dengan analisis sensor.
Tak hanya itu, sistem juga dilengkapi dengan fitur canggih seperti membunyikan horn, emergency braking, speed limit, dan adaptif cruise control. Mekanisme emergency braking menjadi fitur krusial untuk meningkatkan keamanan, merespons situasi darurat yang mendadak.
Sementara itu, adaptif cruise control memastikan bahwa trem beroperasi pada kecepatan yang optimal, mengoptimalkan laju kendaraan untuk meminimalkan kemacetan dan meningkatkan efisiensi bahan bakar. Dengan integrasi yang mulus dan teknologi sensor yang canggih, sistem ini mewakili langkah signifikan menuju transportasi kota yang lebih aman, efektif, dan ramah lingkungan.
Inisiatif kolaboratif antara ITB dan PT INKA dalam mengembangkan sistem autonomous tram menjadi contoh bagaimana kerja sama antara akademisi dan industri dapat menciptakan solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sistem ini bukan hanya akan memajukan dunia transportasi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam kancah teknologi global.
Melalui upaya bersama ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi pelopor dalam penerapan teknologi otonom di sektor transportasi. Meskipun proyek ini menjanjikan banyak potensi, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti regulasi, penerimaan masyarakat, dan pengembangan infrastruktur pendukung. Dengan kolaborasi yang solid antara akademisi dengan industri dan didukung oleh pemerintah, diharapkan proyek ini dapat menjadi model untuk pengembangan teknologi transportasi otonom yang canggih di Indonesia.
(Penulis Dosen ITB Bambang Riyanto Trilaksono, Mahasiswa S3 ITB Ari Wibowo, perwakilan PT INKA Dewi Nala Husna)
Advertisement