Liputan6.com, Jakarta - Satu wabah penyakit baik lokal maupun global selalu bermula dari satu orang. Ini disebut sebagai zero case atau kasus nol.
Kasus nol adalah individu yang terjangkit penyakit menular, bisa karena keteledoran atau ketidakpatuhan, misalnya dalam menjalankan prosedur laboratorium. Bisa pula karena berperilaku tidak bersih dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
“Kasus nol itu ada satu individu yang entah karena keteledoran, ketidakpatuhan dalam menerapkan prinsip kehati-hatian. Bisa di laboratorium, bisa di pasar, bisa di manapun,” kata epidemiolog Dicky Budiman kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara dikutip Sabtu (27/1/2024).
Prinsip kehati-hatian yang dimaksud Dicky salah satunya adalah perilaku hidup bersih sehat (PHBS).
“Mungkin misalnya begini, di hutan ada pemburu madu, enggak pakai masker, ada buah liar dia makan saja padahal mungkin buahnya dikencingi kelelawar buah yang ada virusnya.”
“Atau orang di pasar, pasar kita kan masih belum tertata baik, Masih gabung antara pasar basah dan pasar kering. Orang motong hewan di situ, enggak pakai masker, enggak pakai sarung tangan,” papar Dicky.
Maka dari itu, dalam terciptanya wabah, setiap individu memiliki peran dalam berbagai aspek. Termasuk aspek kebersihan saat bekerja hingga kebersihan sehari-harinya.
Contoh Penerapan PHBS dalam Kehidupan Sehari-hari
Dicky pun memberi contoh beberapa jenis PHBS yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Bicara cuci tangan, kalau pulang kerja ya mandi, bajunya dicuci. Nah ini adalah hal-hal baru, kenormalan baru tuh seperti itu.”
“Kalau sakit jangan dipaksakan kerja, kalau risiko tinggi tapi selalu mobilitas ya segera lakukan (vaksin) booster. Kan sekarang Indovac sangat efektif mencegah infeksi dalam konteks keparahan dan kematian. Nah, hal-hal itulah yang harus kita perankan.”
Advertisement
Ancaman Penyakit X
Penerapan PHBS masih penting meski COVID-19 sudah menjadi endemi karena masih ada berbagai ancaman penyakit lain yang bisa muncul, misalnya Penyakit X.
Penyakit X adalah istilah untuk menggambarkan penyakit yang belum diketahui patogennya tapi berpotensi menyebabkan krisis kesehatan global.
Penyakit ini sudah dibahas oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan menurut para ilmuwan dapat 20 kali lebih mematikan ketimbang COVID-19.
Menurut Dicky, Penyakit X berpotensi menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.
Indonesia Termasuk Negara Rawan Sebaran Penyakit Infeksi
Dia mengatakan, Indonesia adalah salah satu yang sebetulnya sudah sejak lama dikategorikan sebagai negara yang rawan untuk kemunculan penyakit infeksi baru, termasuk Penyakit X.
“Karena beberapa faktor, secara geografis Indonesia ini negara kepulauan dengan keragaman geografi dan dekat dengan negara-negara lain seperti Australia. Ditambah populasi yang besar dengan frekuensi perjalanan yang sangat tinggi. Ini dapat memfasilitasi terjadinya penyebaran penyakit infeksi,” kata Dicky.
Dicky menambahkan, tingginya densitas populasi atau kepadatan penduduk di beberapa area bisa mempermudah penularan penyakit. Misalnya, di kota-kota besar yang padat dengan interaksi tinggi.
Faktor berikutnya yang membuat Indonesia menjadi negara rentan terhadap penyakit infeksi adalah biodiversity atau keragaman hayatinya.
“Indonesia adalah negara yang kaya dengan biodiversity, meski secara ekologi ini sangat bermanfaat, tapi ini juga meningkatkan risiko pada penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.”
Kedekatan atau keintiman kontak antara hewan liar dan hewan domestik termasuk dengan manusianya itu sendiri bisa berpotensi meningkatkan peluang perpindahan patogen dari satu spesies ke spesies lain.
“Artinya risiko terjadinya penyakit zoonosis menjadi sangat besar. Dan kita tahu, 70 persen dari penyakit infeksi baru termasuk yang menjadi pandemi adalah zoonotic disease, khususnya viral zoonotic disease,” pungkasnya.
Advertisement