Liputan6.com, Yogyakarta - Siapa sangka Banjarnegara langkah maju dengan memulai meresmikan Coffee Learning Center (Pusat Pembelajaran Kopi) di Desa Babadan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Tim Fakultas Pertanian UGM, Taryono dalam keterangannya tertulisnya kepada wartawan mengatakan pusat pembelajaran kopi ini adalah komitmen dan dukungan UGM dalam menggerakkan sektor pertanian, khususnya pertanian kopi.
“Pusat pembelajaran kopi ini hasil kolaborasi antara UGM, BI Purwokerto, dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui gabungan kelompok tani Desa Babadan - Gapoktan Sido Makmur dalam Koperasi Sikopel Mitreka Satata,” katanya Senin 22 Januari 2024 .
Menurutnya sejak tahun 2008 pihaknya sudah mendampingi masyarakat Desa Babadan dalam budidaya kopi yang lebih intensif dengan program penguatan konservasi lahan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan UGM. Kegiatan dimulai dengan kajian kesesuaian lahan, penyemaian, pembibitan dan penanaman.
Baca Juga
Advertisement
“Kajian kesesuaian lahan dilaksanakan pada tahun 2010 dan dari hasil kajian tersebut diketahui bahwa wilayah Pagentan atas khususnya desa Babadan, Margosari dan Tegal Jeruk dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut disimpulkan sangat sesuai digunakan untuk pengembangan kopi arabika,” katanya terkait cerita pusat pembelajaran kopi.
Cerita berjalan di tahun 2011 dimana mulai tersedia bibit kopi arabika dan memberikannya ke masyarakat. Tetapi budidaya kopi ini membutuhkan waktu lama yaitu 3 tahun sehingga beberapa petani tidak merawatnya dengan baik membuat pohon kurang terawat dan bahkan beberapa di antaranya dibongkar.
“Saat kopi mulai panen, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh petani. Karena perencanaan program penguatan konservasi lahan dari PT PLN hanya sampai pada tahap menghasilkan buah kopi dan pasar juga hanya mengikuti yang sudah ada, maka buah kopi arabika dibeli dengan harga lebih murah dari buah kopi robusta dengan alasan kandungan air tinggi,” jelasnya.
Akhirnya kelompok tani Sida Makmur dalam acara sarasehan dengan pelaku kopi dari Jakarta, Surabaya dan Gayo mendapatkan pencerahan. Sehingga seharusnya kopi arabika mempunyai keunikan cita rasa dengan harga yang lebih baik dibandingkan kopi robusta.
“Setelah selesai kegiatan tersebut, petani mulai merencanakan pembentukan badan usaha yang sesuai untuk dapat mengelola kopi petani,” paparnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Pengembangan Budidaya Kopi
Pada tahun 2018 pengembangan budidaya kopi arabika didukung oleh Bank Indonesia (BI) Purwokerto dengan program Local Economy Development (LED) kelompok tani mulai mendapatkan bantuan bibit, sarana prasarana pengolahan kopi dan pelatihan produksi dan pemasaran.
Taryono mengatakan laju kopi arabika Banjarnegara telah menarik minat masyarakat khususnya generasi milenial untuk terlibat dalam pengembangan industri kopi arabika Banjarnegara baik hulu maupun hilir.
“Ada 11 Koperasi Produsen kopi bekerja sama dengan UGM, merencanakan adanya pembangunan “Sekolah Kopi” untuk peningkatan hasil dan mutu kopi. Pada tahun 2023, BI memberikan dana untuk pembangunan fasilitas Sekolah Kopi Banjarnegara meliputi pusat pembelajaran kopi, perlengkapan umum, serta perlengkapan khusus menikmati kopi (cupping) dan laboratorium kopi,” katanya.
Ketua Koperasi Sikopel Mitreka Satata, Desa Babadan, Turno, menyambut baik adanya pusat pembelajaran kopi di desa Babadan, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Babadan. Hal senada juga disampaikan oleh Alif Zein, tokoh penggiat kopi di Desa Babadan yang mengharapkan pusat pembelajaran kopi dapat difungsikan sebagai rumah belajar bagi petani dan masyarakat Banjarnegara.
“Nantinya dari rumah ini bisa meningkatkan keterampilan SDM dan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Banjarnegara juga semakin lebih baik,” katanya.
Advertisement