Peradangan Mata Bisa Jadi Tanda Autoimun, Ini Bedanya dengan Gangguan Mata Ringan

Tidak semua peradangan mata disebabkan oleh penyakit autoimun

oleh Tim Health diperbarui 28 Jan 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi Mata Merah Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Ada sejumlah gejala peradangan mata yang mengindikasikan penyakit autoimun pada pasien, seperti disampaikan Spesialis Mata Konsultan Infeksi Imunologi dr Rina La Distia Nora, Ph.D, Sp.M(K). Menurutnya, mata bisa menjadi refleksi bagi kondisi tubuh.

"Mata bisa menjadi suatu refleksi apa yang terjadi di tubuh kita, termasuk penyakit yang autoimunitasnya bersifat sistemik atau seluruh tubuh, contohnya lupus,” kata Rina dalam talkshow secara daringdi Jakarta, Jumat, dilansir Antara.

Dokter berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ini kemudian menjelaskan autoimun atau autoimunitas adalah suatu penyakit dengan sel imunitas yang menyerang tubuh sendiri dan dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk mata.

Namun, tidak semua peradangan mata disebabkan oleh penyakit autoimun, jelas Rina. Bisa jadi hal itu berupa gangguan kesehatan mata ringan.

"Contohnya, konjungtivitis atau peradangan pada selaput mata. Gejalanya memang mata merah, tetapi, biasanya disertai belekan (kotoran mata), tertular dari orang di sekitarnya, dan tidak buram. Jika itu terjadi, baiknya perawatan di rumah saja, kompres dingin atau tetes mata,” kata Rina.

Apabila kondisi mata merah tidak disertai penglihatan buram dan membaik dalam dua-tiga hari setelah mendapat perawatan di rumah, bisa jadi kondisi itu tidak terkait penyakit autoimun.

Sedangkan kondisi mata yang mengalami peradangan karena penyakit autoimun akan terjadi pada kedua mata dengan interval waktu dan derajat keparahan yang berbeda. Semisal mata kanan lebih dulu mengalami peradangan, kemudian disusul mata kiri yang mengalami peradangan. 

 

 


Pengobatan Radang Mata Indikasi Autoimun

Oleh karena itu, Rina menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami peradangan pada salah satu mata sebelum mengenai keduanya. Pemeriksaan diperlukan untuk mencegah peradangan yang semakin parah dan risiko gangguan kesehatan lain.

“Pengobatan yang cepat dan tepat bisa mencegah (keparahan radang) lebih lanjut. Apalagi baru kena satu mata, harus diberikan pengobatan yang cepat supaya mata sebelahnya tidak sampai terkena (radang),” kata Rina. 

Ada sejumlah pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien radang mata terindikasi penyakit autoimun, misalnya pasien dengan sindrom sjorgen akan diberikan obat khusus dari dokter spesialis penyakit dalam.

Meskipun sebagian besar penyakit autoimun tidak dapat disembuhkan, dokter akan berusaha menekan peradangan agar tidak memperparah kondisi pasien dan memberikan obat sesuai kebutuhan.

 


Autoimun Tidak Bisa Dicegah

Penyakit autoimun tidak mungkin dicegah karena genetik. Namun ada cara untuk mengurangi risiko seperti pola makan sebagaimana disampaikan Kepala Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo Dr dr Sukamto Koesnoe, SpPD-KAI, dalam kesempatan berbeda.

"Dengan makan makanan sehat, seimbang dan teratur, kaya antioksidan dan nutrisi itu bisa mengurangi kemungkinan autoimun," kata dia dalam diskusi daring yang digelar RSCM, Kamis.

Sukamto mengatakan walau penyakit autoimun sepenuhnya karena ada faktor genetik, namun merujuk sejumlah teori menyatakan beberapa makanan tertentu memiliki sifat merusak tubuh seperti radikal bebas bisa mengubah perilaku sistem kekebalan tubuh seseorang.

Sukamto menyarankan agar orang-orang menerapkan pola makan sehat, termasuk konsumsi probiotik seperti yogurt dan kefir guna mendukung sistem kekebalan tubuh. Probiotik juga diketahui bermanfaat bagi kesehatan sistem pencernaan serta tubuh secara keseluruhan.

 


Segera Konsultasi Jika Punya Riwayat Autoimun di Keluarga

Selain itu, Sukamto menyarankan berolahraga untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan membantu menjaga berat badan ideal.

"Berat badan meningkat chance mendapatkan autoimun tinggi," kata dia.

Cara lainnya untuk mengurangi risiko terkena penyakit autoimun, yakni menghindari merokok, tidur malam cukup dan mengelola stres karena stres kronik sangat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

"Lalu jika memiliki riwayat keluarga dengan penyakit autoimun segera konsultasi ke dokter untuk pemeriksaan dan diagnosis dini," saran Sukamto.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya