Liputan6.com, Jakarta - Raksasa teknologi akan hadapi ujian berikutnya setelah kinerja keuangan kuartalan yang suram dari Tesla membuat sahamnya merosot.
Dikutip dari CNN, Minggu (28/1/2024), saham Tesla anjlok lebih dari 26 persen pada 2024 setelah produsen kendaraan listrik tersebut melaporkan margin operasi kuartal IV berkurang setengahnya menjadi 8,2 persen dari periode tahun sebelumnya. Tesla juga peringatkan mengenai perkiraan pertumbuhan penjualan yang melambat pada 2024.
Advertisement
Hal ini terjadi di tengah magnificent seven lainnya Nvidia, Microsoft, Meta Platforms, Amazon, Apple dan Alphabet terus menguat. Saham Nvidia, Microsoft, Meta Platforms dan Alphabet ditutup pada level rekor beberapa kali pada pekan lalu.
Kini, saham teknologi tersebut hadapi ujiannya sendiri. Microsoft dan Alphabet akan melaporkan kinerja laba pada Selasa pekan depan. Diikuti Amazon, Meta Platforms dan Apple pada Kamis depan. Sedangkan Nvidia akan melaporkan hasil kuartalan pada 21 Februari 2024.
Tidak termasuk Tesla, magnificent sevent diprediksi catat pertumbuhan laba kuartal IV secara agregat sebesar 53,7 persen dari tahun sebelumnya, menurut FactSet.
Selain itu, perusahaan-perusahaan dalam indeks S&P 500 akan melaporkan penurunan laba 10,5 persen dikurangi dari enam perusahaan itu.
Bakal Hadapi Standar Lebih Tinggi
Hasil kuartalan the Magnificent Seven akan menjadi salah satu yang paling banyak jadi perhatian pada musim laporan keuangan karena pengaruh besar yang dimiliki grup tersebut terhadap pasar yang lebih luas sejak tahun lalu.
Tingkat pengembalian investasi magnificent seven mendorong sekitar 62 persen dari total pengembalian indeks acuan sebesar 26 persen tahun lalu, menurut analis senior S&P Dow Jones Indices, Howard Silverblatt.
Beberapa investor mengatakan meskipun masih belum jelas apakah kelompok perusahaan teknologi elit akan terus mendominasi pasar tahun ini, akan sulit bagi saham-saham tersebut untuk mengulangi kenaikan besar yang dialami pada 2023.
“Anda menghadapi tantangan yang lebih ketat dan tinggi tahun ini. Hal ini akan menjadi hambatan bagi teknologi untuk kembali pada tahun ini,” ujar Chief Investment Officer Nuveen, Saira Malik.
Mencermati Laporan Keuangan Perusahaan Teknologi
Adapun investor memburu saham teknologi kapitalisasi besar tahun lalu setelah peluncuran ChatGPT pada akhir 2022 memicu gelombang euforia yang dibuat-buat. Reli pasar meski meluas pada akhir 2023 karena optimisme the Federal Reserve (the Fed) akan segera mulai menurunkan suku bunga, wall street masih belum hentikan pedoman lamanya.
Sepanjang 2024, indeks S&P 500 dan Dow telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa dan beberapa kali melampaui rekor penutupannya. Begitu pula dengan indeks Nasdaq.
Namun, indeks Russell 2000 yang melacak kinerja saham-saham berkapitalisasi kecil turun 2,4 persen pada 2024 dibandingkan kenaikan 2,5 persen pada indeks S&P 500.
Sementara itu, menurut data Bespoke Investment Group, magnificent seven tidak termasuk Tesla memiliki kapitalisasi pasar gabungan sekitar USD 12 triliun hingga penutupan perdagangan Rabu, 24 Januari 2024. Itu setara dengan lebih dari 65 persen kapitalisasi pasar Russell 2000.
Analis Motley Fool Asset Management, Shelby McFaddin menuturkan, pihaknya akan mencermati arus kas saat laporan laba kuartalan dari perusahaan teknologi besar pekan ini. Pihaknya memiliki seluruh saham magnificent seven kecuali Tesla.
Advertisement
Perluas Dominasi
Beberapa investor menuturkan, magnificent seven dapat memperluas dominasinya bahkan jika the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS tidak menurunkan suku bunga seperti yang diharapkan, berkat statusnya sebagai salah satu pemain defensif favorit di wall street.
Investor mencari saham-saham teknologi besar tahun lalu saat masa penuh gejolak seperti krisis perbankan regional, dengan pertimbangan neraca keuangan yang besar dan keterlibatan artificial intelligence atau kecerdasan buatan menjadikannya sebagai aset yang dapat diandalkan.
The Fed prediksi penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024 sebanyak tiga kali pada 2024, dan data yang dirilis sepanjang tahun ini menunjukkan perekonomian tetap tangguh terhadap suku bunga yang saat ini berada di kisaran level tertinggi dalam 23 tahun. Namun, hal ini tidak menjamin berlanjutnya kekuatan di pasar.
“Kekhawatiran saya lebih pada menjelang akhir tahun ini. Pengiklan, apakah akan ada permintaan? Apakah kita sedang menuju resesi, saya tidak tahu,” ujar Direktur Charles Schwab, Joe Mazzola.