Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan saham Senin pagi (29/1/2024) menjelang rilis data produk domestik bruto (PDB) dan inflasi di wilayah tersebut pada pekan ini.
Dikutip dari CNBC, investor juga akan mengamati keputusan suku bunga pertama the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS pada 2024 yang akan rilis Rabu, 31 Januari 2024 di Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Adapun peristiwa penting pekan ini adalah angka aktivitas pabrik China pada Januari dan inflasi kuartal IV Australia pada Rabu pekan ini. Data ini akan menjadi kumpulan data penting terakhir sebelum pertemuan Reserve Bank of Australia pada 5 Februari 2024.Pada Rabu pekan ini, Taiwan dan Hong Kong juga akan merilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal IV.
Di Australia, indeks ASX 200 cenderung mendatar. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,46 persen. Indeks Topix mendaki hampir 1 persen.Di Korea Selatan, indeks Kospi bertambah 0,47 persen, dan indeks Kosdaq tergelincir 0,16 persen.
Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 16.084, menunjukkan pembukaan lebih kuat dari penutupan perdagangan indeks Hang Seng sebelumnya di posisi 15.952,23.
Di wall street, tiga indeks acuan cenderung beragam. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 0,07 persen dan 0,36 persen, serta menghentikan kenaikan dalam enam hari berturut-turut. Koreksi ini juga menandai mundurkan indeks S&P 500 dari penutupan tertinggi sepanjang masa.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti AS tumbuh 0,2 persen pada Desember dibandingkan bulan sebelumnya dan 2,9 persen secara tahunan. Ekonom yang disurvei Dow Jones prediksi kenaikan masing-masing 0,2 persen dan 3 persen.
Di sisi lain, laporan PCE pada Jumat pekan ini muncul sehari setelah data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal IV. Selain itu, memperkuat harapan investor kalau perekonomian telah menghindari resesi yang mendalam.
Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 26 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar melemah pada perdagangan Jumat pekan ini seiring stok kendaraan listrik di wilayah tersebut turun pada hari kedua. Sedangkan investor juga mencerna data inflasi dari Tokyo.
Dikutip dari CNBC, saham Xpeng dan Li Auto masing-masing turun lebih dari 4 persen. Sementara itu, saham BYD turun 4,2 persen. Indeks Hang Seng merosot 1,8 persen, sedangkan indeks Hang Seng teknologi susut 4 persen.
Saham Tesla merosot 12 persen di wall street pada perdagangan Kamis, 25 Januari 2024 setelah raksasa kendaraan listrik itu gagal memenuhi harapan laba dan memperingatkan perlambatan volume kendaraan pada 2024 yang juga memicu aksi jual di saham perusahaan kendaraan listrik di Asia.
Indeks CSI 300 China merosot 0,27 persen dan ditutup ke posisi 3.333,82, dan mundur dari kenaikan dua persen dari sesi perdagangan sebelumnya. Pada pekan ini, indeks Hang Seng naik 4,2 persen.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 merosot 1,34 persen, jatuh di bawah 36.000 dan berakhir ke posisi 35.751,07 setelah rilis inflasi Januari dari Tokyo lebih lemah dibandingkan Desember. Inflasi Tokyo dianggap sebagai indikator utama inflasi nasional. Indeks Topix susut 1,35 persen ke posisi 2.497,65.
Tingkat inflasi utama dan inti di Tokyo pada Januari sebesar 1,6 persen dibandingkan masing-masing 2,4 persen dan 2,1 persen pada Desember.
Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,3 persen ke posisi 2.478,56. Indeks Kosdaq naik 1,64 persen ke posisi 837,24.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 26 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 26 Januari 2024. Indeks S&P 500 melemah tipis jelang akhir pekan, tetapi mencatat kenaikan secara mingguan seiring data ekonomi terbaru menambah gambaran positif perekonomian.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (27/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah terbatas 0,07 persen ke posisi 4.890,97. Indeks Nasdaq tergelincir 0,36 persen ke posisi 15.455,36. Koreksi indeks Nasdaq terjadi seiring penurunan laba di Intel.
Indeks Dow Jones melawan tren dengan menguat 60,30 poin atau 0,16 persen ke posisi 38.109,43. Indeks Dow Jones mencatat posisi tertinggi sepanjang masa. Rata-rata indeks acuan tersebut kini meraih kenaikan lebih dari 100 persen dari posisi terendah akibat pandemi COVID-19.
Sesi perdagangan saham meski bervariasi pada perdagangan Jumat pekan ini, rata-rata indeks acuan utama mencatat kinerja positif selama sepekan. Indeks S&P 500 naik 1,1 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,9 persen dan indeks Dow Jones mendaki 0,7 persen.
Koreksi saham yang terjadi pada Jumat pekan ini mengakhiri kenaikan selama enam hari berturut-turut untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq. Sepanjang akhir sesi perdagangan Kamis pekan ini, indeks acuan S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi selama lima hari perdagangan berturut-turut,rekor terpanjang sejak November 2021.
Saham mendapatkan dorongan pekan ini seiring data ekonomi yang menggembirakan. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti Desember sejalan dengan perkiraan ekonomi dari bulan ke bulan, tetapi sedikit lebih rendah dari perkiraan secara tahunan berdasarkan data yang dirilis pada Jumat pekan ini. Ini adalah ukuran inflasi pilihan bagi the Federal Reserve (the Fed) yang menetapkan kebijakan moneter.
Hindari Resesi
Laporan Personal Consumption Expenditure atau indeks harga belanja personal (PCE) pada perdagangan Jumat pekan ini muncul sehari setelah data produk domestik bruto (PDB) menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal IV.
Hal ini memperkuat harapan investor kalau perekonomian telah terhindari dari resesi yang mendalam.
“Semua data ekonomi baik PDB dan PCE bagus pekan ini. Itu menghibur semua orang. Dan menurut saya, hal itu menunjukkan kita masih berada dalam potensi goldilocks, di mana perekonomian sedikit melemah tetapi tetap positif,” ujar Chief Strategist Spouting Rock Asset Management, Rhys Williams.
Namun, aksi jual saham di antara beberapa saham terkenal akibat lappran laba membatasi kenaikan pekan ini. Produsen chip Intel anjlok hampir 12 persen pada Jumat pekan ini setelah menyebutkan prospek tahun fiskal kuartal pertama yang mengecewakan.
Saham KLA turun lebih dari 6 persen pada sesi tersebut setelah perusahaan semikonduktor tersebut membukukan panduan ringan pada kuartal ketiga tahun fiskal.
Sementara itu, saham American Express reli lebih dari 7 persen setelah menyediakan perkiraan laba setahun penuh yang lebih baik dari perkiraan. Hal ini membantu indeks Dow Jones mengurangi koreksi akibat penurunan Intel.
Advertisement