Pondok Cabe Bakal Punya Mal Mewah, Investasinya Capai Rp 1 Triliun

SouthCity sendiri merupakan superblok dengan luasan 57 hektare yang fokus untuk mengembangkan proyek apartemen, perumahan, ruko, dan pusat komersial. Kawasan ini terletak di lokasi yang prospektif sebagai penghubung antara Jakarta Selatan, Cinere, dan Pondok Cabe.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Jan 2024, 16:49 WIB
Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Summarecon Agung Tbk melalui anak perusahaannya, PT Summarecon Investment Property bersama PT Setiawan Dwi Tunggal melakukan joint venture untuk membangun mal seluas 6,4 ha di kawasan superblok SouthCity. Pusat perbelanjaan dengan nilai investasi lebih dari Rp 1 triliun ini terletak di area Pondok Cabe, Kota Tangerang Selatan. 

SouthCity sendiri merupakan superblok dengan luasan 57 hektare yang fokus untuk mengembangkan proyek apartemen, perumahan, ruko, dan pusat komersial. Kawasan ini terletak di lokasi yang prospektif sebagai penghubung antara Jakarta Selatan, Cinere, dan Pondok Cabe.

Direktur PT Setiawan Dwi Tunggal Peony Tang mengatakan, untuk membangun  pusat perbelanjaan dan hiburan ini dibutuhkan lahan sekitar 6,4 ha di dalam kawasan SouthCity. 

"Rencananya mal ini akan dibangun dengan arsitektur kontemporer, serta memiliki berbagai fasilitas seperti pusat perbelanjaan dengan berbagai tenant,  bioskop, pusat hiburan keluarga, taman bermain anak, dan ruang terbuka hijau," jelasnya, Senin (29/1/2024).

Peony menambahkan, setelah lebih dari dua tahun pembahasan, pihaknya menemukan partner yang memiliki values yang sama dengan SouthCity, yakni fokus untuk membangun komunitas dengan ekosistem kehidupan yang harmonis. 

"Saya yakin kita dapat membangun partnership jangka panjang yang saling menguntungkan bagi PT Setiawan Dwi Tunggal dan PT Summarecon Investment Property," imbuh dia.

Potensi Pasar Besar

Sementara Sales & Marketing General Manager PT Setiawan Dwi Tunggal Alberto Sutejo menyampaikan, kawasan SouthCity memiliki potensi pasar yang besar dengan jumlah penduduk yang terus meningkat.

Alberto menilai keberadaan mal di lokasi ini, selain dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terkait tempat liburan, juga bisa meningkatkan nilai properti kawasan dan menguntungkan masyarakat sekitar karena terciptanya lapangan kerja baru. 

"Saat ini konsumen selalu mengutamakan hunian yang terjangkau dengan lingkungan sekitar yang hijau serta dekat dengan pusat Jakarta. Letak SouthCity sendiri mampu mendukung mobilitas sehari-hari penghuni, lantaran dibekali dengan berbagai pilihan moda transportasi publik. Mulai dari RoyalTrans, serta adanya stasiun MRT Lebak Bulus dan Fatmawati," tuturnya.


Bisnis Mal Diramal Lesu Pasca Lebaran 2024

Mall Taman Anggrek (Sumber: dok MTA)

Sebelumnya, pengusaha pusat perbelanjaan memprediksi akan terjadi stagnasi pertumbuhan ritel di Indonesia pasca momen ramadhan dan Idul Fitri tahun 2024.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja (APPBI) Alphonzus Widjaja, mengatakan stagnasi pertumbuhan ritel tersebut diperkirakan imbas dari penerapan pembatasan impor, sehingga akan membuat barang impor ilegal membanjiri Indonesia.

"Kami memprediksi setelah idul fitri jika tidak diatasi (barang impor ilegal dan pembatasan impor), maka akan terjadi stagnasi pertumbuhan ritel Indonesia. karena ramadhan dan idul fitri high season puncaknya penjualan ritel di Indoensia, setelah itu akan stagnasi itu yang kami prediksi," kata Alphonzus dalam konferensi pers Revisi Kebijakan & Pengaturan Impor APRINDO dan APPBI, di Kawasan Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (18/1/2024).

Oleh karena itu, APPBI mengusulkan kepada Pemerintah agar membatalkan rencana pembatasan impor dan mengatasi impor barang ilegal masuk ke dalam negeri.

"Usulan kami kepada Pemerintah produk lokal ini harus didukung diberikan kemudahan bukan dibatasi impor, kalau produk ilegalnya tidak dicegah dan diatasi maka akan terjadi ancaman. Situasi ini menjadi keprihatinan supaya pemerintah bisa membatalkan rencana pembatasan impor," tegasnya.

Sebab, memasuki tahun 2024 banyak retailer-retailer yang membatalkan membuka usaha ritel baru di pusat perbelanjaan, dikarenakan mereka kesulitan mendapatkan barang merek global imbas pembatasan impor.

"Saat memasuki tahun 2024 ini banyak retailer-retailer yang membatalkan membuka usaha retail baru. Padahal untuk mengembalikan usaha itutidak bisa mengandalkan toko-toko yang ada, untuk mendapatkan pertumbuhan yang signifikan harus dilakukan dengan membuka toko-toko yang baru," katanya.


Dampak Buruk

Lebih lanjut, dampak buruk lainnya dari pembatasan impor akan menyebabkan kelangkaan barang, sehingga harga barang menjadi mahal dan membebani konsumen. Alhasil, industri ritel akan lesu.

"Dengan pembatasan impor ini akan terjadi kelangkaan barang, sehingga harga mahal dan membebani konsumen, kalau terjadi industri peritel akan lesu. Jadi, inilah kekhawatiran kami terhadap situasi ini, sebetulnya kami sudah menghimbau kepada pemerintah bukan membatasi impor, tapi diimpor ilegal," pungkasnya.

Ada Mal atau Pusat Perbelanjaan Sepi, Karena Ada Perubahan Gaya Belanja?. (Triyasni/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya