Liputan6.com, Jakarta - Saham properti China Evergrande dihentikan setelah anjlok lebih dari 20 persen pada awal perdagangan Senin, 29 Januari 2024. Hal ini setelah pengadilan Hong Kong memutuskan untuk melikuidasi pengembang properti itu.
Dikutip dari CNBC, Senin (29/1/2024), hal tersebut terjadi di tengah meningkatnya krisis utang di China. Evergrande China yang pernah menjadi salah satu pengembang properti terbesar di China dalam beberapa tahun terakhir dilanda krisis utang.
Advertisement
The Wall Street Journal sebelumnya melaporkan kreditor Evergrande di luar negeri gagal mencapai kesepakatan akhir pekan ini untuk melakukan restrukturisasi yang dapat berarti likuidasi dalam waktu dekat bagi pengembang real estate tersebut.
Para pembuat kebijakan di China telah berupaya keras untuk membendung krisis utang di sektor properti yang terpuruk. Pekan lalu, Bank Sentral China dan Kementerian Keuangan mengumumkan langkah-langkah untuk membantu meningkatkan likuiditas yang tersedia bagi pengembang properti.
Langlah-langkah tersebut yang akan berlaku hingga akhir tahun ini akan membantu meringankan krisis uang tunai yang berkepanjangan bagi pengembang China setelah Beijing melakukan tindakan keras terhadap sektor itu untuk mengatasi tingkat utang yang membengkak di sektor real estate.
Sementara itu, mengutip CNN, pengadilan mengatakan akan mengadakan sidang lagi pada sore hari ini yang mungkin mengarah pada penunjukan likuidator Evergrande.
Pengembang ini meminjam uang dalam jumlah besar dan gagal membayar utang-nya pada 2021, sehingga memicu krisis properti besar-besaran pada ekonomi China yang dampaknya terus dirasakan. Pengembang yang berbasis di Shenzhen dengan total kewajiban 2,39 triliun yuan atau USD 333 miliar pada akhir Juni tahun lalu, telah mengajukan kebangkrutan di New York pada 2023.
Kemunduran bagi Sektor Real Estate
Likuidator yang ditunjuk pengadilan akan mengelola perusahaan dan menjual asetnya untuk melunasi utangnya. Setelah proses itu selesai, perusahaan yang sebelumnya merupakan perusahaan real estate terbesar kedua di China akan tidak ada lagi.
"Likuidasi Evergrande di luar negeri sebagian besar sudah diperkirakan, tetapi ini masih merupakan kemunduran yang signifikan bagi sektor real estate dalam negeri yang sudah bermasalah, yang akan semakin melemahkan sentimen investor,” ujar Chief Investment Officer Kaiyuan Capital, Brock Silvers.
Evergrande menjadi contoh krisis properti di China meluncurkan rencana restrukturisasi bernilai miliaran dolar Amerika Serikat pada Maret lalu.
Namun, rencana itu gagal pada September setelah pihak berwenang China mengatakan, pendiri dan pimpinan perusahaan Evergrande Xu Jiayin dicurigai melakukan “kejahatan” dan ditahan polisi.
Advertisement
Sektor Properti Tertekan
Krisis properti yang meningkat telah memberikan pukulan telak terhadap ekonomi China. Selama beberapa dekade, pertumbuhan pesat China didorong oleh ledakan perumahan yang dipicu pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang pesat.
Industri ini menyumbang 30 persen produk domestik bruto (PDB) China, dan lebih dari dua pertiga kekayaan rumah tangga China terikat pada sektor real estate.
Namun, sektor ini mengalami masalah setelah pemerintah membatasi pinjaman berlebihan oleh pengembang pada 2020 dalam upaya mendinginkan gelembung properti. Sejak itu, puluhan pengembang China gagal membayar utangnya.
Sejak saat itu, industri ini telah menjadi penghambat perekonomian yang lebih luas, yang sedang bergulat dengan pemulihan yang lambat setelah tiga tahun lockdown akibat pandemi COVID-19 dan serangkaian hambatan, mulai dari tingginya angka pengangguran kaum muda hingga meningkatnya tekanan keuangan di pemerintah daerah.
Pada Desember, harga rumah baru turun dengan jumlah tertinggi dalam hampir sembilan tahun dan investasi properti merosot 9,6 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, menandai penurunan tahun kedua berturut-turut.
Saham Emiten Properti China Evergrande Anjlok 25 Persen, Kenapa?
Sebelumnya diberitakan, saham pengembang China Evergrande Group anjlok 25 persen saat pembukaan perdagangan pada Senin, 18 September 2023. Hal itu terjadi setelah munculnya kabar penangkapan beberapa karyawan perusahaan yang terlilit utang di China.
Melansir Channel News Asia, Senin (18/9/2023), harga saham Evergrande merosot ke 0,47 dolar Hong Kong pada perdagangan pagi hari, terendah dalam dua minggu. Indeks ini mengalami kerugian pada pukul 10 pagi waktu setempat, turun 11 persen, tertinggal dari penurunan 0,9 persen pada Indeks Hang Seng.
Penurunan saham Evergrande terjadi dua hari setelah polisi di kota Shenzhen, Tiongkok selatan, mengatakan dalam sebuah pernyataan beberapa karyawan anak perusahaan keuangan Evergrande, Evergrande Wealth Management ditangkap.
Meski demikian, pihak berwenang tidak merinci jumlah karyawan atau tuduhan terhadap mereka. Pernyataan tersebut mengimbau masyarakat untuk melaporkan setiap kasus dugaan penipuan.
Evergrande, pengembang properti dengan utang terbesar di dunia dengan perkiraan utang sebesar USD 328 miliar pada akhir Juni, telah menjadi pusat krisis pasar yang semakin parah di China, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan dampak global.
Perdagangan saham perusahaan dihentikan selama 17 bulan hingga 28 Agustus. Pernah menjadi pemain bintang dalam industri yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Tiongkok, utang Evergrande yang sangat besar dipandang oleh Beijing sebagai risiko yang tidak dapat diterima bagi sistem keuangan negara tersebut.
Pihak berwenang secara bertahap memperketat akses pengembang terhadap kredit sejak 2020, dan gelombang gagal bayar pun menyusul, terutama yang terjadi di Evergrande.
Pada Jumat, regulator keuangan nasional Tiongkok memberi lampu hijau untuk pengambilalihan anak perusahaan asuransi Evergrande yang bangkrut, Evergrande Life Insurance, oleh Haigang Life Insurance.
Advertisement