Temuan Kasus Tuberkulosis atau TBC Tinggi, Capai 809 Ribu pada 2023

Perbaikan sistem deteksi membuat temuan kasus tuberkulosis atau TBC naik di kisaran 700-800 ribu. Padahal sebelum pandemi tak mencapai 600 ribu kasus per tahun.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 09 Agu 2024, 13:40 WIB
Ilustrasi Bakteri TB (Tuberkulosis) di Saluran Pernapasan. Bagaimana Juga Penanganan Penyakit Tuberkulosis di Indonesia. Serta Bagaimana Pula Nasib Pasien Tuberkulosis Resisten Obat atau TB Resisten Obat (Sumber: Illumina Inc)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat terdapat peningkatan kasus tuberkulosis atau TBC pada 2023. Pada 2022 capai 724 ribu kasus TBC, lalu meningkat menjadi 809 ribu kasus pada 2023.

Angka di atas jauh lebih tinggi dibandingkan temuan kasus sebelum pandemi COVID-19 yang rata-rata penemuan di bawah 600 ribu kasus TBC per tahun seperti disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, Imran Pambudi.

“Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya mencapai 40-45% dari estimasi kasus TBC jadi masih banyak kasus yang belum ditemukan atau juga belum dilaporkan,” kata Imran di Jakarta, Senin (29/1/2024).

Peningkatan temuan kasus itu lantaran ada perubaikan sistem deteksi dan pelaporan agar data menjadi real time.

Selain itu, laboratorium/fasilitas kesehatan dapat melaporkan langsung dari sehingga data dan penemuan kasus menjadi lebih baik.

“Hasilnya, dari 60% kasus yang tadinya tidak temukan, saat ini hanya 32% kasus yang belum ditemukan. Oleh karena itu, laporan atau notifikasi kasus juga menjadi lebih baik karena menemukan lebih banyak sesuai angka perkiraan yang diberikan WHO,” kata Imran dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Perbaikan yang Dilakukan

Imran mengatakan saat ini terdapat perbaikan sistem pelaporan data. Yakni dengan pembentukan sistem pelaporan khusus untuk TBC, yaitu Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) yang dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Perbaikan juga dilakukan melalui penerapan program Public Private Mix (PPM) untuk meningkatkan pelibatan fasyankes baik pemerintah maupun swasta dalam penanggulangan TBC.

Dengan langkah intervensi tersebut, kata Imran, fasyankes dapat segera melaporkan terduga TBC yang ditemukan melalui SITB. Kemudahan pelaporan itu mengakibatkan data penemuan kasus TBC meningkat.


Temuan Kasus Tinggi, Bisa Segera Lakukan Pengobatan

Dengan temuan kasus yang meningkat maka semakin banyak orang dengan tuberkulosis yang dapat diobati. Sehingga di tahun-tahun berikutnya berkurang angka penularan kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini.

“Jika penemuan kasus dan pengobatan TBC terus dilakukan terhadap saudara-saudara kita yang sakit TBC, maka diharapkan jumlah kasus TBC di Indonesia dapat semakin berkurang jumlahnya di tahun-tahun mendatang,” kata Imran. 


Upaya Mencegah TBC

Selain mengupayakan temuan, upaya pencegahan agar tak terkena tuberkulosis juga perlu dilakukan dengan beberapa upaya. Diantaranya seperti disampaikan Imran berikut:

  • disiplin menjalankan pola hidup bersih dan sehat
  • menghindari kontak langsung dengan penderita TBC
  • menjaga kekebalan tubuh dengan pola makan seimbang dan olahraga.
  • Jika berisiko tinggi, masyarakat diminta mempertimbangkan vaksinasi BCG dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

 


TBC Tantangan Indonesia dan Global

Tuberkulosis. Sumber: Freepik

Selain Indonesia, beberapa negara juga masih menghadapi tantangan akan TBC. India memiliki jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India, diikuti Indonesia, kemudian China.

"TBC tetap menjadi tantangan global dalam dunia kesehatan. Dengan meningkatkan kesadaran, akses ke perawatan, dan langkah-langkah pencegahan, kita dapat bersama-sama mengatasi penyebaran penyakit ini dan melindungi kesehatan masyarakat," ucapnya.

Banyak Aduan Peserta BPJS Kesehatan di RS?(Abdillah/Liputan6.com)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya