Harga Nikel Anjlok Gara-Gara Ada yang Tak Suka Dimonopoli China

Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menduga kemerosotan harga nikel di awal 2024 disebabkan oleh sejumlah pedagang

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Jan 2024, 20:09 WIB
Ilustrasi tambang nikel (dok: Foto AI)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menduga kemerosotan harga nikel di awal 2024 disebabkan oleh sejumlah pedagang yang tidak suka komoditas bahan mentah tersebut dikuasi oleh segelintir pihak, khususnya China.

"Kalau saya ditanya, saya mempunyai teori sendiri. Tapi bahwasannya ada orang yang tidak suka, trader yang tidak suka harga ini dimainkan oleh beberapa gelintir industri yang dikuasai oleh industri yang namanya orang-orang Tiongkok," ujarnya dalam sesi diskusi bersama Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) di Jakarta, Senin (29/1/2024).

Menurut teori Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2005-2009, penurunan harga nikel di London Metal Exchange (LME) diakibatkan oleh sejumlah kelompok yang tidak suka China menguasai komoditas tersebut. Dengan tujuan, membuat pasar industri di Negeri Tirai Bambu terkejut.

"Dia shock the market, harganya turun, kejebak tuh Tsingshan segala macam dan kawan-kawan gitu ya. Tsingshan-nya mati, yang di Hong Kong terpaksa jual macem-macem. Saya punya teori sendiri, ini ada orang yang gak suka emang sengaja dimatiin, di London Metal Exchange," ungkapnya.

Tak Mau Ambil Pusing

Meskipun begitu, ia mengajak pemerintah dan pelaku industri nikel di Tanah Air tetap mengikuti situasi pasar yang ada saat ini.

"Tapi kita gak mau berspekulasi gitu kan ya, market is market. Tapi bahwasannya ada orang-orang besar yang kepingin mengontrol permainan ini, itu teori tersendiri. Tapi, sudahlah, kita gak usah ikut campur," imbuh Lutfi.

 


Akan Terus Dibutuhkan

Ilustrasi bijih nikel. (Deon/Liputan6.com)

Oleh karenanya, ia menyarankan agar Indonesia tetap bersatu di tengah penurunan harga nikel. Sebab menurutnya, nikel tetap jadi pusaka Indonesia yang akan terus berguna di masa depan. Tak hanya untuk industri baterai kendaraan listrik, tapi juga produk teknologi lainnya.

"Kita juga mesti sama-sama kompak bersama-sama untuk memainkan pasar. Hari ini, kita baru punya suplainya. Teknologinya dan demand-nya masih dikuasai oleh orang," pinta Lutfi.

"Baterai terutama untuk gadget tetap harus menggunakan nikel. Karena yang digunakan untuk yang gadget-gadget itu belum ada substitusi," pungkas dia.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya