Produksi Nikel Vale Indonesia Tembus 70.728 Metrik Ton pada 2023

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat produksi 70.728 metrik ton (t) nikel dalam matte. Produksi nikel itu tumbuh 18 persen dari produksi 2022. Pada kuartal IV 2023 saja, produksi nikel 19.084 t.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jan 2024, 09:07 WIB
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan pencapaian produksinya sepanjang 2023. (Dok. PT Vale Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan pencapaian produksinya sepanjang 2023. Pada periode tersebut, perseroan berhasil memproduksi 70.728 metrik ton (t) nikel dalam matte, naik 18 persen dari produksi 2022 yang sebesar 60.090 t.

Produksi pada kuartal IV 2023 saja mencapai 19.084 t nikel dalam matte, lebih tinggi 18 persen dibandingkan dengan volume produksi pada kuartal IV 2022 yang sebesar 16.183 t.

Secara kuartalan, volume produksi pada kuartal IV naik 6 persen dibandingkan kuartal III 2023 yang tercatat sebesar 17.953 t.

CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy mengatakan kenaikan ini adalah hasil dari strategi pemeliharaan yang efektif serta peningkatan kinerja di area tambang dan pabrik pengolahan perseroan sepanjang tahun. Upaya tersebut mendorong produksi lebih tinggi dari kuartal ke kuartal pada tahun lalu.

“Kami sangat bersyukur dengan pencapaian ini. Meskipun menghadapi berbagai tantangan di sepanjang tahun, kami berhasil melampaui target produksi untuk tahun 2023. Ini tentu saja merupakan bukti dari dedikasi, komitmen, dan semangat kolaborasi yang tinggi dari seluruh karyawan di Perseroan”, ujar Febriany dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (30/1/2024).

Menyusul pengumuman tersebut, saham Vale Indonesia ditutup turun 3,02 persen ke posisi 3.860 pada perdagangan Senin, 29 Januari 2024. Saham INCO dibuka pada posisi 3.980 dan bergerak pada rentang 3.830-4.000.

Melansir data RTI, Frekuensi perdagangan saham INCO tercatat sebanyak 13,94 juta lembar senilai Rp 54,41 miliar. Dalam sepekan, harga saham INCO susut 4,46 persen. Sedangkan dalam satu tahun terakhir, harga saham INCO turun 46,20 persen.

 

 


Harga Belum Cocok, Bagaimana Progres Divestasi Saham Vale Indonesia?

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) (Foto: tangkapan layar/laman Vale Indonesia)

Sebelumnya diberitakan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) angkat suara mengenai perkembangan divestasi saham perseroan. Sekretaris Perusahaan Vale Indonesia, Filia Alanda menjelaskan, Perseroan bersama Vale Canada Limited (VCL), PT Mineral Industri Indonesia (Persero) (MIND ID), dan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd ( SMM ) telah menandatangani Perjanjian Induk Divestasi.

Dalam Perjanjian tersebut diatur bahwa VCL dan SMM akan mengalihkan kepemilikan sahamnya secara proporsional di Perseroan sekitar 14 persen kepada MIND ID, dan transaksi diharapkan selesai pada 2024.

"Hingga saat ini, negosiasi masih berlangsung di tataran pemegang saham dan Perseroan berkomitmen untuk mendukung penyelesaian proses divestasi dalam waktu yang ditargetkan," ungkap Filia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/1/2024).

Divestasi ini merupakan persyaratan perpanjangan Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Perseroan telah mengajukan permohonan IUPK pada April 2023 sebagai bentuk perpanjangan KK Perseroan yang akan berakhir pada Desember 2025. Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral masih mengevaluasi permohonan Perseroan serta dokumen pendukungnya.

"Proses divestasi saat ini terus berjalan di level pemegang saham mayoritas dan Perseroan berkomitmen untuk terus mendukung proses tersebut sebagai bagian dalam penerbitan IUPK tersebut," imbuh Filia.

Sebelumnya, Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral menyampaikan kepada Perseroan tentang pentingnya segera menyelesaikan proses divestasi sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan perpanjangan Kontrak Karya (KK) dalam bentuk Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan memberikan kepastian bagi investasi Perseroan.

Namun Kementerian ESDM bersikukuh ada harga yang cocok terkait divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk. Harapannya, ada diskon yang diberikan dari harga saham di pasar bursa.

 

 


Proses Negosiasi Saham

PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID kembali menegaskan komitmen untuk menjadi pemegang saham pengendali PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Foto: MIND ID

Direktur Pembinaan Program Minerba Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan proses negosiasi harga saham masih terus berlanjut hingga saat ini. Dia menginginkan ada harga khusus yang disepakati dalam negosiasi pelepasan saham perusahaan berkode INCO itu.

"Jadi, kemahalan atau tidak, kalau misalnya dilihat dari rata-rata harga saham 3 bulan terakhir memang Rp 4.600, kalau misalnya saham INCO saat ini kan sudah Rp 4.300, itu pun kalau sesuai harga saham, tetapi ini kan mesti tanda petik ada diskon tertentu, mungkin," ujar Tri.

Pada perdagangan hari Rabu, 17 Januari 2024, saham INCO ditutup turun 1,20 persen ke posisi 4.100. Melansir sata RTI, frekuensi perdagangan saham INCO hari ini tercartat sebanyak 3.933 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 9,67 juta lembar senilai Rp 39,85 miliar.

Dalam sepekan, harga saham INCO turun 1,44 persen dengan pergerakan pada rentang 4.090-4.180. Sedangkan dalam tiga bulan terakhir, saham INCO turun 24,42 persen, dengan pergerakan pada rentang 4.010-5.835. Adapun dalam satu tahun terakhir, saham INCO terkoreksi 44,03 persen dengan level harga pada rentang 4.010-7.750.


Jurus Vale Indonesia Raup Cuan saat Harga Nikel Melemah

Teknisi PT Vale Indonesia mengamati proses produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTA Balambano sebagai salah satu sumber energi terbarukan dari tambang di Luwu Timur. (Dok. PT Vale Indonesia)

Sebelumnya diberitakan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) optimistis bisa meraup keuntungan di tengah kondisi pelemahan harga nikel. Bahkan, harga nikel turun hingga menyentuh level USD 16 ribu. 

Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menuturkan, penurunan harga nikel tersebut sejalan dengan penurunan biaya produksi perusahaan. 

"Tetapi unit cost kami juga menurun, bahkan pada tiga bulan terakhir sudah berada di bawah USD 10 ribu jadi kalau mau breakeven harga nikel harus USD 12-13 ribu," kata dia dalam Public Expose 2023, Selasa (29/11/2023). 

Meski demikian, ia melihat harga nikel tidak akan jatuh di bawah USD 13 ribu.Alhasil, Vale Indonesia masih bisa membukukan kinerja yang positif. 

"Margin masih cukup aman dan saya tidak perkirakan harga nikel akan jatuh di bawah USD 13 ribu dengan melihat faktor yang ada saat ini," kata dia. 

Dalam rangka menjalankan bisnisnya, Vale Indonesia pun berkomitmen untuk terus mencapai pertumbuhan secara berkelanjutan. Perseroan melakukan beberapa efisiensi dalam kegiatan produksinya. 

"Utamanya adalah inisiatif yang terkait dengan energy cost. Kami mengoptimalkan blending energy sources yang ada, dari minyak, batu bara, dan lain sebagainya," kata Irmanto. 

Selanjutnya, Vale Indonesia juga juga secara bertahap mengurangi konsumsi energi yang ada. Terakhir, adalah bagaimana mendapatkan sumber energi yang lebih kompetitif. 

"Jadi, dari tiga inisiatif ini tentu saja kami mengharapkan biaya produksi kami, terutama energy cost, yang representing sekitar 30-35 persen dari biaya produksi, itu betul-betul bisa kami jaga dalam level yang efisien, sehingga margin yang ada itu masih bisa tetap dijaga ke depannya," ujar dia. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya