4 Bahaya dari Kebiasaan Menahan Kencing Bagi Kesehatan

Meskipun melakukannya sesekali relatif tidak berbahaya, menahan kencing berulang kali mungkin tidak seaman yang dikira.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 30 Jan 2024, 12:04 WIB
4 Bahaya dari Kebiasaan Menahan Kencing Bagi Kesehatan - Credit: unsplash.com/Jesper

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian besar dari kita akrab dengan situasi ketika tidak ada toilet di dekatnya, dan Anda harus menahan kencing untuk sementara waktu. Meskipun melakukannya sesekali relatif tidak berbahaya, menahan kencing berulang kali mungkin tidak seaman yang dikira.

Selain menyebabkan ketidaknyamanan sementara, ada beberapa alasan untuk menghentikan kebiasaan ini untuk selamanya.

Oleh karena itu, ketahui bahaya menahan kencing bagi kesehatan, seperti melansir dari Bright Side, Selasa (30/1/2024).

1. Merusak ginjal

Meskipun sesekali menahan kencing tidak menimbulkan risiko kesehatan yang serius, beberapa orang mungkin ingin menghindari hal tersebut.

Misalnya, menahan kencing dalam waktu lama akan membuatmu rentan terkena infeksi, terutama jika Anda memiliki penyakit ginjal.

Dalam kasus yang parah, hal ini bisa menyebabkan urine menumpuk di ginjal, sehingga menyebabkan kerusakan serius.

2. Melemahkan otot kandung kemih

Meskipun menahan kencing sesekali tampak tidak berbahaya, namun melakukannya secara teratur bisa menimbulkan beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan.

Menahan kencing dalam waktu lama akan memberi tekanan pada kandung kemih dan otot dasar panggul. Sering waktu, hal ini bisa menyebabkan inkotinensia dan menyebabkan kesulitan mengosongkan kandung kemihmu.

3. Memicu memicu infeksi saluran kemih

Mengosongkan kandung kemih membantu bakteri yang secara alami ada di saluran kemih keluar dari tubuhmu. Namun saat Anda menahan urine, bakteri mulai menumpuk dan berkembang biak, yang bisa menyebabkan infeksi dalam jangka panjang.

 


4. Menyebabkan kandung kemih meregang

Ilustrasi sakit perut. (Unsplash)

Biasanya, ketika kandung kemih Anda penuh, ia meregang dan kemudian kembali ke bentuk asilnya. Namun, menahan kencing secara teratur pada akhirnya bisa mengubah bentuk kandung kemihmu, sehingga mencegahnya untuk kembali normal.


Studi Ungkap Penyebab Air Kencing Bewarna Kuning

(CDC/unsplash.com)

Warna urine dianggap sebagai parameter kesehatan yang baik dan corak warna urine yang berbeda digunakan untuk mendiagnosis penyakit. Namun jawaban mengapa urine bewarna kuning baru-baru ini terungkap oleh tim peneliti di Universitas Maryland dan Institut Kesehatan Nasional.

Urine merupakan produk limbah cair yang dikeluarkan oleh ginjal sebagai hasil penyaringan darah. Terdiri dari air, elektrolit dan produk sisa metabolisme, urine berfungsi sebagai mekanisme penting untuk menjaga keseimbangan internal tubuh dan menghilangkan zat berlebih.

 Komponen utama urine adalah air, yang memudahkan pembuangan bahan limbah, termasuk urea, kreatinin, amonia dan berbagai garam.

Urea, produk sampingan dari metabolisme protein, memberikan bau khas seperti amonia pada urine. Ginjal memainkan peran penting dalam mengatur konsentrasi dan komposisi urine, memastikan pembuangan racun sekaligus mempertahankan nutrisi penting dan menjaga keseimbangan cairan.

Warna, bau dan komposisi air kencing bisa menjadi indikator status hidrasi, kebiasaan makan dan kesehatan seseorang secara keseluruhan.

Produksi dan ekskresi urine yang teratur merupakan bagian integral dari detoksifikasi tubuh dan proses homeostatis, yang berkontribusi terhadap pemeliharaan fungsi fisiologis yang optimal.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa enzim mikroba, bilirubin reduktase bertanggung jawab memberikan warna kuning pada air kencing.

"Penemuan enzim ini akhirnya mengungkap misteri di balik warna kuning urine," kata penulis utama studi tersebut, Brantley Hall, asisten profesor di Departemen Biologi Sel dan Genetika Molekuler Universitas Maryland, seperti mengutip dari Times of India, Senin (8/1/2024).

Selengkapnya...

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya