Tren Wisuda Mewah di Hotel Bintang 5 Menjangkiti Malaysia: Tidak Semua Orangtua Mampu

Keputusan kepala sekolah mengadakan wisuda di hotel bintang lima dinilai seperti pemerasan emosional pada orangtua dan siswa.

oleh Asnida Riani diperbarui 31 Jan 2024, 12:00 WIB
Ilustrasi perayaan wisuda (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Berita tentang wisuda tidak hanya ramai jadi perbincangan di Indonesia, tapi juga Malaysia. Melalui sebuah video viral yang dibagikan aktris Negeri Jiran Adrea Abdullah di TikTok, baru-baru ini, narasi mempertanyakan tren wisuda sekolah di hotel yang membebankan biaya tinggi pada siswa pun jadi sorotan online.

Di rekaman yang dimaksud, seperti dirangkum Says, Selasa, 30 Januari 2024, Adrea mempertanyakan keputusan tersebut karena terkesan meminggirkan suara atau situasi terkini yang dihadapi sebagian besar wali murid yang tidak mampu karena harus memprioritaskan kebutuhan lain yang lebih mendesak.

"Keputusan Kepala Sekolah mengadakan wisuda di hotel bintang lima itu seperti pemerasan emosional (pada orangtua dan siswa). Ingin menunjukkan sekolah kita 'punya-punya' (kaya) di media sosial?" protesnya.

Ia menyambung,"Toh, orangtua yang mungkin punya banyak anak, juga berarti butuh banyak biaya. Masa bayar (wisuda) 200 ringgit (sekitar Rp678 ribu) setiap tahun. Bagaimana kalau punya lima anak? Tidak masuk akal sama sekali karena (keputusan wisuda di hotel bintang lima) seperti menganiaya orangtua, dan seperti diperas secara emosional. Kalau saya tidak membayar, kasihan anak saya karena semua orang membayar."

"Yang memperparah keadaan adalah mereka membuat grup WhatsApp. Ada orangtua siswa yang menyatakan hal ini dan ada (daftar) orangtua yang sudah membayar dan ini orangtua yang belum membayar (biaya wisuda). Ini membuat orangtua stres karena orang lain sudah membayar, tapi saya, anak saya, belum," ujarnya.

 


Minta Kementerian Turun Tangan

Ilustrasi wisuda. (Photo by Pixabay from Pexels)

Adrea juga berharap Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) turun tangan karena penyelenggaraan wisuda di hotel mewah dianggap sebagai tindakan yang tidak masuk akal. Ia menambahkan, mungkin sikap ingin berkompetisi dan pamer pada segelintir sekolah membuat sebagian orangtua, bahkan guru, risih dengan keputusan yang diambil kepala sekolah.

"Kenapa tidak di sekolah misalnya? Atau balai desa. Jadi tidak mahal. Kalau sekolah internasional tidak apa-apa karena mereka kaya dan tidak keberatan membayar 500 ringgit. Kalau sekolah elit bisa membiayai, tapi kalau sekolah biasa mengadakan acara luar biasa demi citra sekolah, itu tidak masuk akal," bebernya.

"Ada juga orangtua yang mengeluh karena anaknya harus (membeli) baju baru. Itu menambah (pengeluaran). Itu juga menimbulkan tekanan yang tidak perlu (ditanggung orangtua). Utangnya banyak dan orangtua masih banyak komitmen lain yang harus mereka bayar."

"Jadi mau mengeluarkan uang untuk sesuatu yang konyol itu ... Subhanallah. Kementerian perlu mengatakan sesuatu karena hal ini tidak masuk akal bagi orangtua untuk membayar uang agar anak-anaknya dapat menghadiri acara wisuda tersebut," ungkapnya.


Kontroversi Seputar Wisuda di Indonesia

Orangtua murid menuntut peniadaan wisuda anak TK sampai SMA pada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. (dok. Twitter @ekakunjeri)

Sementara di Indonesia, protes tiada henti soal penghapusan wisuda di jenjang TK hingga SMA karena dinilai memberatkan orangtua telah disuarakan pertengahan tahun 2023. Keluhan orangtua siswa ini akhirnya ditanggapi pihak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Terkait fenomena dan budaya kegiatan wisuda yang dilakukan satuan pendidikan, mulai dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP hingga SMA, dengan ini pihak Kemendikbudristek menegaskan bahwa kegiatan wisuda merupakan kegiatan yang opsional," kata Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek Anang Ristanto dalam tayangan Liputan 6 SCTV pada 16 Juni 2023.

Anang melanjutkan, Kemendikbudristek melalui Permendikbud Nomor 75 tahun 2016 tentang komite sekolah menegaskan bahwa kegiatan bersama antar satuan pendidikan yang melibatkan orangtua dapat didiskusikan dan dimusyawarahkan bersama komite sekolah.

"Selain itu, dapat kami sampaikan juga bahwa Kemendikbudristek mengimbau agar pihak sekolah dapat berkomunikasi juga bekerja sama dengan komite sekolah dan persatuan orangtua murid dan guru untuk menentukan pilihan yang terbaik untuk setiap sekolah, pilihan yang ditetapkan tidak boleh membebani pihak orangtua," tutupnya.


Protes Orangtua Murid

Ilustrasi wisuda. (Photo created by Racool_studio on www.freepik.com)

Wisuda dianggap sebagai momen selebrasi yang menandakan seseorang telah menyelesaikan pendidikan. Namun, tidak semua orangtua murid setuju tradisi itu diberlakukan untuk anak TK sampai SMA dan memprotes hal tersebut ke Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.

Hal tersebut disampaikan orangtua murid melalui komentar di sejumlah unggahan Instagram Nadiem. Salah satunya saat Mendikbudristek tampak mengapresiasi seorang seniman dalam video yang dibagikan pada 12 Juni 2023.

"Tolong Pak Nadiem sekarang dihapuskan acara Wisuda dari TK - SMA karena hanya memberatkan biaya para orangtua. Wisuda hanya untuk lulusan Universitas aja bukan dari TK," tulis akun @mikhaylaeka2023 di kolom komentar.

Ia melanjutkan, "Terus juga masuk SD jangan dipersulit kaya sekarang lah. Kembalikan kaya ke zaman dulu. Masuk SD, SMP, SMA Negeri berdasarkan nilai, bukan berdasarkan umur atau zona dulu. Orangtua jangan dibikin susah."

Warganet lain turut mengaminkan narasi tersebut. "Iya setuju, bun. Buang-buang duit. Waktu anak saya sekolah Tk bayar perpisahan (Rp)300 ribu, padahal nanti msuk SD harus bayar pendaftaran (Rp)600 ribu untuk biaya keprluan lain, mending uangnya buat makan," demikian balas warganet tersebut.

Infografis Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Pengganti BSNP (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya