Wisatawan Terlunta-lunta akibat Protes Warga Peru yang Memblokade Machu Picchu

Kemarahan masyarakat setempat atas sistem tiket baru yang menghentikan transportasi kereta api ke situs ikonik Inca juga menyebabkan beberapa wisatawan yang ingin ke Machu Picchu terlunta-lunta.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 31 Jan 2024, 03:00 WIB
Wisatawan yang hendak ke Machu Picchu terlunta-lunta karena blokade warga Peru yang protes. (Dok: AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Protes di Peru membuat akses ke salah satu situs warisan paling populer di Amerika Selatan, Machu Picchu terblokir. Kemarahan masyarakat setempat atas sistem tiket baru yang menghentikan transportasi kereta api ke situs ikonik Inca juga menyebabkan beberapa wisatawan terlunta-lunta.

Mengutip dari laman Travel and Tour World, Selasa, 30 Januari 2024, terhambatnya akses ke Situs Warisan Dunia UNESCO ini sangat berdampak pada pariwisata, yang merupakan sektor penting bagi perekonomian Peru. Dua operator tur, pada hari Senin, mengonfirmasi bahwa jalur perjalanan tetap ditutup, sehingga tidak dapat mengunjungi situs bersejarah tersebut.

Protes terkait sistem tiket online telah memicu ketidakpuasan yang meluas, terutama di kalangan komunitas lokal dan bisnis yang berhubungan dengan perjalanan. Mereka khawatir bahwa platform penjualan tiket elektronik baru, yang dirancang untuk memusatkan penjualan tiket akan meminggirkan perusahaan lokal, dan secara efektif menyerahkan kendali keuntungan kepada satu perusahaan.

Leslie Urteaga, Menteri Kebudayaan Peru, mengunjungi wilayah tersebut pada hari Minggu untuk mengatasi "pemogokan tanpa batas" yang dipimpin oleh serikat perjalanan, operator tur, dan penduduk setempat. Meskipun ada upaya-upaya ini, resolusi belum tercapai dan dialog antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa terus berlanjut.

Inti perselisihannya terletak pada pengelolaan jumlah pengunjung. Pihak berwenang berada di bawah tekanan untuk menemukan keseimbangan antara melestarikan situs dan mengakomodasi peningkatan jumlah wisatawan. 

 


Sistem Tiket Jadi Persoalan

Operator tur dan warga berdemonstrasi pada 25 Januari 2024 di rel kereta dekat Machu Picchu Pueblo menentang pembukaan penjualan tiket online ke reruntuhan benteng Inca. (Dok: AFP)

Pengelola situs tersebut telah menyuarakan keprihatinan tentang kepadatan yang berlebihan dan penjualan tiket yang berlebihan. Situasi ini memerlukan penerapan langkah-langkah baru untuk mengendalikan arus pengunjung, terutama ketika perjalanan global kembali pulih pascapandemi.

Pemerintah mempertahankan sistem tiket baru, yang membatasi jumlah tiket masuk harian sebanyak 4.500, meningkat dari batas sebelumnya yaitu 3.800. Mereka berpendapat bahwa sistem ini, yang mulai berlaku pada bulan Januari, sangat penting untuk pengelolaan jumlah pengunjung yang lebih baik.

Namun, kekacauan yang terjadi baru-baru ini dan penutupan tiga kawasan di Machu Picchu pada bulan September lalu karena kerusakan situs menggarisbawahi rapuhnya keajaiban kuno ini. Kerusuhan yang sedang berlangsung tidak hanya mengancam situs warisan tersebut tetapi juga membahayakan perekonomian Peru yang bergantung pada pariwisata.​

Sebelumnya diberitakan, kuota kunjungan ke reruntuhan Inca kuno Machu Picchu ditambah menjadi 4.500 per hari. Kementerian Kebudayaan Peru pun mengatakan bahwa pada tanggal-tanggal tertentu, kuota dapat ditingkatkan menjadi 5.600 mulai 1 Januari 2024. 


Kunjungan Dibatasi hingga 3.800 per Hari

Pemandangan umum reruntuhan Inca kuno Machu Picchu untuk pertama kalinya setelah ditutup untuk umum, di atas lembah Urubamba, Peru, Rabu (15/2/2023). Rombongan turis pertama terlihat memasuki taman arkeologi pagi-pagi sekali, memanfaatkan hari cerah yang tidak biasa saat mereka mengunjungi berbagai situs dan kuil suci yang membentuk "llaqta" ("benteng" di Quechua). (Carolina Paucar / AFP)

Dikutip dari AFP, Kamis, 7 Desember 2023, Machu Picchu saat ini mengizinkan 3.600 hingga 3.800 pengunjung per hari. Pada September 2023, Peru menutup sementara tiga sektor Machu Picchu akibat dampak padatnya pengunjung di lokasi tersebut.

Machu Picchu, 130 kilometer dari Cusco, dibangun pada abad ke-15 di ketinggian 2.500 meter atas perintah penguasa Inca Pachacutec. Bangunan ini dianggap sebagai keajaiban arsitektur dan teknik dan dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO pada 1981.

Pariwisata merupakan kunci bagi perekonomian Peru. Negara ini telah mendatangkan sekitar 4,5 juta pengunjung sebelum pandemi Covid-19 pada 2020.

Jumlah kunjungan diperkirakan akan berakhir tahun ini dengan sekitar setengah dari jumlah tersebut, yaitu 2,2 juta. Dikenal sebagai "kota Inca yang hilang", Machu Picchu ditemukan pada 1911 oleh penjelajah Amerika Hiram Bingham. Di layar perak, karakter petualang Indiana Jones sebagian terinspirasi oleh Bingham.

Pada awal 2023, kegiatan wisata di Machu Picchu dan Inca Trail Network -paket perjalanan menyusuri jejak masyarakat Inca di masa lalu- terpaksa dihentikan sementara sampai batas waktu yang belum ditentukan. Hal ini merupakan dampak dari kerusuhan politik di Peru.

 


Wisatawan Sempat dapat Pengembalian Dana

Machu Picchu, Peru, Amerika Selatan. Dok. Victor He, Unsplash

Dikutip dari CNN, Senin, 23 Januari 2023, Direktorat Kebudayaan Terdesentralisasi dan Direktorat Suaka Sejarah Machu Picchu mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat, 20 Januari 2023, bahwa turis yang memiliki tiket masuk tertanggal 21 Januari 2023 atau setelahnya dapat mengklaim pengembalian uang hingga satu bulan setelah protes berakhir.   

Sementara, menurut situs berita pemerintah Peru, Andina, sebagian jalur kereta api Urubamba - Ollantaytambo - Machu Picchu rusak selama protes anti-pemerintah pada Kamis, 19 Januari 2023. Situasi itu memaksa penghentian layanan kereta hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Layanan kereta yang ditangguhkan menyebabkan 417 orang, termasuk 300 warga negara asing, terdampar di Distrik Machu Picchu. Setidaknya 300 dari turis itu adalah orang asing, kata Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pariwisata Peru Luis Helguero. 

Helguero mengatakan pihak berwenang sedang mengevaluasi serta memperbaiki kerusakan agar para wisatawan dapat dievakuasi. Beberapa turis telah dievakuasi dengan berjalan kaki, tetapi perjalanan itu, kata Helguero, memakan waktu setidaknya enam hingga tujuh jam.

 

Infografis Destinasi Wisata Bahari yang Populer di Indonesia.  (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya