Upaya Turunkan Angka Kematian Ibu dan Anak Serta Cegah Stunting Lewat Peran Puskesmas dan Posyandu

Adanya alat timbang bayi digital atau antropometri, diharapkan pertumbuhan bayi di Indonesia dapat dipantau secara teratur untuk mendeteksi stunting lebih dini.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 31 Jan 2024, 08:36 WIB
Ilustrasi kehamilan. (dok. Unsplash.com/@annaelise)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus berupaya menurunkan angka kematian ibu dan anak serta mencegah stunting. Salah satu langkahnya adalah dengan mendistribusikan alat ultrasonografi (USG) untuk membantu pemeriksaan kehamilan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai upaya deteksi dini.

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada 23 Januari 2024 melakukan kunjungan kerja ke Puskesmas Toroh 1, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah, untuk mengevaluasi ketersediaan USG di fasilitas kesehatan tersebut.

Dalam keterangan pers yang dikutip dari situs resmi Presiden RI, Jokowi menegaskan manfaat penting alat ini bagi ibu hamil dan bayi dalam kandungan.

“Kita harapkan nanti semuanya memiliki USG sehingga kehamilan ibu, bayi bisa dideteksi lebih dini dan semuanya data masuk ke pusat data di Jakarta. Ini penting sekali dalam rangka pengentasan stunting,” ujar Presiden.

Selain mendistribusikan alat USG, pemerintah juga memasok alat timbang bayi ke posyandu di seluruh Indonesia. Dengan adanya alat timbang bayi digital atau antropometri ini, diharapkan pertumbuhan bayi di Indonesia dapat dipantau secara teratur untuk mendeteksi stunting lebih dini.

“Ada 300 ribu timbangan yang sudah kita berikan, yang sebelumnya tidak ada semuanya sekarang diberikan sehingga juga cek berat badan bayi, panjang balita, semuanya bisa dicek. Ini saya kira penanganan sejak dini seperti ini yang akan terus kita perbaiki,” tutur Presiden.

Pada awal Januari 2023, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis data distribusi USG dan antropometri. Pada tahun 2022, 66,7% dari total 6.886 Puskesmas telah menerima alat USG. Pada 2023, ditargetkan 1.943 Puskesmas akan mendapatkan bantuan alat USG. Selanjutnya, pada tahun 2024, sebanyak 1.492 Puskesmas ditargetkan akan dilengkapi dengan alat USG. 

 


Distribusi Antropometri ke Posyandu

Adapun untuk alat antropometri, Kemenkes mencatat total kebutuhan untuk pos pelayanan terpadu (posyandu) di Indonesia sebanyak 313.737 dari total 303.416 posyandu. Distribusi alat ukur timbang bayi ini dilakukan secara bertahap oleh Kemenkes. Pada 2019, sebanyak 25.177 Puskesmas dilengkapi dengan kit antropometri, diikuti oleh 1.823 posyandu pada 2020, 16.936 posyandu pada 2021, 34.256 posyandu pada 2022, dengan target 127.033 posyandu pada 2023, dan 81.512 posyandu pada 2024, sehingga target pemberian antropometri dapat terpenuhi pada tahun tersebut.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, dalam kunjungan kerja di Banyuwangi, Jawa Timur, pada 8 Juli 2023, menyatakan bahwa alat antropometri sebelumnya didistribusikan ke puskesmas, namun dalam dua tahun terakhir dialihkan ke posyandu karena dinilai sangat efektif dalam mencegah stunting.

"Kementerian Kesehatan dalam dua tahun terakhir telah mendistribusikan 300 ribu timbangan antropometri ke seluruh posyandu," jelas Menkes Budi di Banyuwangi.

 


Distribusi USG ke Puskesmas

Pencegahan stunting juga sangat bergantung pada kondisi ibu saat hamil. Menurut Menkes Budi, untuk mengetahui kesehatan bayi dalam kandungan diperlukan USG.

Sebelumnya, hanya ada dua ribu USG dari 10 ribu puskesmas yang membutuhkannya. Dalam dua tahun terakhir, Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan 10 ribu USG ke seluruh puskesmas.

"Saya telah melakukan pengecekan ke sejumlah puskesmas di berbagai wilayah, ternyata USG sudah dipakai. Jadi, saya senang sekali program kita sudah berjalan," ujar Budi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya