BRI Cetak Laba Bersih Rp 60,4 Triliun, Tumbuh 17,5% pada 2023

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mencatat laba bersih Rp 60,4 triliun pada 2023. Laba tersebut tumbuh 17,5 persen year on year (YoY). Sementara itu, aset BRI naik 5,3 persen menjadi Rp 1.965 triliun sepanjang 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Jan 2024, 13:40 WIB
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat kinerja keuangan positif sepanjang 2023 di tengah tantangan ekonomi global.(Foto: tangkapan layar/Agustina Melani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat kinerja keuangan positif sepanjang 2023 di tengah tantangan ekonomi global. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan laba bersih pada 2023.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mencatat laba bersih Rp 60,4 triliun pada 2023. Laba tersebut tumbuh 17,5 persen year on year (YoY). Sementara itu, aset BRI naik 5,3 persen menjadi Rp 1.965 triliun sepanjang 2023.

Direktur Utama BRI Sunarso menuturkan, BRI menutup kinerja 2023 dengan kinerja yang cemerlang seiring strategi dan respons yang tepat untuk hadapi berbagai tantangan. Perseroan mengubah tantangan itu menjadi kesempatan dan mengubah kesulitan jadi kemudahan sehingga mendukung kinerja keuangan dan hadapi tantangan eksternal.

“Dirasakan bersama 2023 banyak sekali tantangan bersifat eksternal, era suku bunga dan inflasi tinggi, geopolitik yang menimbulkan ketidakpastian, beberapa bank di Amerika Serikat kolaps. BRI mampu lewati tantangan tersebut dengan catatan impresif,” ujar Sunarso, saat konfrensi pers, Rabu (31/1/2024).

Sunarso menambahkan, kinerja BRI pada 2023 didukung penyaluran kredit tumbuh double digit dan di atas industri perbankan. Penyaluran kredit tersebut juga berkualitas dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang memadai dengan fokus dana murah atau current accoung saving account (CASA). Selain itu, BRI juga meningkatkan transformasi digital sehingga berdampak terhadap efisiensi.

"Aset grup BRI sentuh Rp 1.965 triliun, atau tumbuh 5,3 persen YoY, pertumbuhan itu diiringi laba selama satu tahun. BRI bukukan laba Rp 60,4 triliun atau tumbuh 17,5 persen YoY,” kata Sunarso.

Sunarso menuturkan, pertumbuhan laba tersebut mencapai Rp 60,4 triliun sebagai bukti BRI menjalankan fungsi BUMN sebagai agen perubahan yang mampu menjalankan dua fungsi menciptakan nilai ekonomi dan sosial secara simultan. 

"Filosofi apa yang buat laba BRI tumbuh terus, laba terbesar di industri perbankan karena BRI dikelola secara profesional dengan kedepankan prinsip good corporate governance yang benar,” kata dia.

Dengan raihan laba tersebut, BRI berkomitmen untuk mengembalikan kepada negara sebagai salah satu pemegang saham dalam bentuk pajak dan dividen. Hal itu selanjutnya digunakan negara untuk kepentingan rakyat melalui berbagai program pemerintah.


Penyaluran Kredit

Gedung BRI (Istimewa)

Sementara itu,BRI juga mencatat penyaluran kredit tumbuh 11,2 persen secara tahunan menjad Rp 1.266,4 triliun. Sunarso menuturkan, pencapaian kredit BRI lebih tinggi dari penyaluran kredit industri perbankan nasional yang mencapai 10,4 persen YoY.

Penyaluran kredit itu didukung pertumbuhan kredit mikro sebesar 10,9 persen menjadi Rp 611,2 triliun, segmen konsumer naik 11,4 persen menjadi Rp 190 triliun, kredit kecil dan menengah naik 8,6 persen menjadi Rp 267,5 triliun, dan kredit korporasi tumbuh 13,8 persen menjadi Rp 190,7 triliun. “Artinya apa jika di-total produk kredit UMKM 84,4 persen dari total penyaluran kredit BRI atau Rp 1.068,7 triliun,” kata Sunarso.

Pertumbuhan kredit itu juga berdampak positif terhadap pendapatan bunga. Sunarso menuturkan, pendapatan bunga BRI tumbuh 16,9 persen menjadi Rp 188,1 triliun. Hal itu juga didukung dari pertumbuhan nasabah ultra mikro.

"Akhir Desember jumlah nasabah holding ultra mikro sebesar 37,3 juta nasabah peminjam. Keberhasilan integrasi segmen ultra mikro ini berdampak terhadap penurunan masyarakat yang belum dapatkan akses masyarakat yang butuh support keuangan dari industri keuangan dan perbankan jumlahnya banyak, dengan naikkan akses holding ultra mikro turunkan jumlah masyarakat yang butuh pembiayaan tapi belum dapat akses pembiayaan formal,” kata dia.

 


Pertumbuhan DPK

Gedung BRI

Selain itu, BRI juga berhasil menjaga kualitas kredit dengan mencatat non performin loan (NPL) 2,95 persen. Hal ini terjadi dengan Perseroan yang hati-hati kelola portofolio kredit dengan prinsip risk management yang baik dan benar. “NPL terkendali 2,95 peren. 2,95 persen untuk bank yang 84,4 persen portfolio UMKM dengan NPL di bawah 3 persen kita sangat concernd dan hati-hati kelola portfolio kredit,” tutur dia.

BRI juga mencatat loat at risk (LAR) pada kuartal IV 2023 sebesar 13,8 persen. Angka tersebut turun signifikan dari LAR BRI saat puncak tertinggi COVID-19 2020 sebesar 29,8 persen.  

Selain, itu dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 3,9 persen menjadi Rp 1.358,3 triliun. Sunarso menuturkan, pencapaian ini dinilai lebih baik dari pertumbuhan DPK nasional 3,8 persen YoY. “Di pasar sedang terjadi likuiditas yang termanage dengan baik untuk menjaga inflasi kita bisa pahami,” kata dia.

Selain itu, BRI juga mencatat penghimpunan dana murah atau CASA mencapai Rp 874,1 triliun. Jumlah itu setara 64,35 persen dari total DPK.


BRI Bayar Dividen Interim, Negara Kantongi Rp 6,8 Triliun

Penerapan ESG dalam Menara BRILiaN.

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah membayarkan dividen interim pada Kamis 18 Januari 2024. BRI membagikan dividen senilai Rp12,7 triliun atau sebesar Rp 84 per lembar saham akan dibayarkan yang mana sebesar Rp6,8 triliun disetorkan kepada pemerintah dan Rp5,9 triliun akan dibagikan kepada publik.

Keputusan BRI dalam membagikan dividen interim tersebut tak lepas dari kinerja cemerlang perseroan hingga akhir kuartal III 2023.

Hingga akhir September, BRI mampu menjaga profitabilitas yang berkelanjutan serta pertumbuhan Kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang solid dibarengi dengan kualitas aset yang terjaga dengan baik. Di sisi lain, BRI juga mampu menjaga likuiditas secara memadai serta permodalan yang cukup.

Keberhasilan BRI Group menjaga kinerja positif tersebut ditunjukkan dari aset yang secara konsolidasian meningkat 9,93% year on year (yoy) menjadi Rp 1.851,97 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diiringi dengan perolehan laba dalam 9 bulan yang mencapai sebesar Rp 44,21 triliun atau tumbuh 12,47% yoy.

Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir September 2023 BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 12,53% yoy menjadi Rp 1.250,72 triliun. Khusus penyaluran kredit UMKM juga tercatat tumbuh 11,01% dari semula Rp935,86 triliun pada akhir kuartal III 2022 menjadi Rp1.038,90 triliun pada akhir kuartal III 2023, sehingga porsi kredit UMKM BRI terhadap total kredit mencapai 83,06%.

BRI juga mampu menjalankan fungsi intermediasi dengan diimbangi manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang manageable dan terus menurun di level 3,07%.

Di sisi lain, BRI menyiapkan pencadangan yang cukup sebagai langkah antisipatif. NPL Coverage BRI tercatat sebesar 228,65% dengan menggunakan pencadangan tersebut untuk melakukan write-off atas kredit yang mengalami pemburukan.

Dalam hal penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan kinerja positif. Hingga akhir kuartal III 2023, DPK BRI tercatat tumbuh positif menjadi Rp1.290,29 triliun. Dana murah (CASA) menjadi pendorong utama pertumbuhan DPK BRI, dimana secara year on year meningkat sebesar 13,21%. 

 


Komitmen BRI

Gedung BRI.

Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan juga didukung dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat. Hal ini terlihat dari LDR bank secara konsolidasian yang terjaga di level 87,76% dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 27,48%.

Berkaca pada hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan pembagian dividen interim ini menjadi komitmen BRI dalam menciptakan value, baik economic value maupun social value utamanya bagi para shareholders.

"Keberhasilan yang telah kita raih tidak hanya mencerminkan ketahanan kita dalam merespons berbagai tantangan, tetapi juga menegaskan tekad kita untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik bagi negara dan masyarakat Indonesia,” ujar Sunarso dalam keterangan resminya, Kamis (18/1/2024).

Ia menuturkan, BRI memiliki potensi untuk membagikan dividen payout ratio lebih tinggi dari kondisi normal. Hal tersebut telah dicapai perseroan ketika BRI membayarkan 85% dari net profit 2021 dan 2022 kepada shareholders sebagai dividen.

"Perseroan memastikan pembagian dividen interim ini tidak mengganggu permodalan BRI, dan disisi lain semua kebutuhan investasi, seperti investasi untuk IT, telah terpenuhi serta cadangan untuk meng-cover berbagai risiko telah disediakan dengan memadai,” pungkasnya.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya