Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Alwashliyah (PP HIMMAH) Abdul Razak Nasution angkat bicara terkait kritikan Thomas Lembong soal hilirisasi. Dia menilai pria yang juga dikenal dengan nama Tom Lembong itu tak paham tentang Nikel.
"Dia tak mengetahui betul ihwal nikel, sehingga melontarkan pernyataan demikian," ungkap Razak melalui keterangan tertulis, Rabu (31/1/2024).
Advertisement
Ia juga mempertanyakan investor nikel mana yang kabur sebagaimana pernyataan Tom Lembong sebelumnya.
"Tak mengerti nikel itu dia. Tak ada pasar kabur dari Indonesia, melainkan lebih kepada perkembangan teknologi baru yang kian maju dalam perkembangan baterai listrik. Bahan baku dasarnya ini ke nikel," ucap Razak.
Ia menjelaskan bahwa ekspor nikel itu tak semata-mata hanya baterai belaka. Menurut Razak, ada dua jenis nikel yang menjadi feronikel dan nikel kimia.
"Nikel kimia menjadi baterai, sedangkan feronikel menjadi stainless steel yang hari ini banyak digunakan sebagai rangka mobil dan pesawat terbang. Jadi jangan serta merta nikel itu hanya untuk baterai, bukan," papar Razak.
Razak mengakui banyak negara yang resah dengan kebijakan larangan ekspor nikel tersebut. Karena, kata dia, negara lain menyadari bahwa Indonesia sebentar lagi akan menjadi negara maju sehingga mereka tidak akan memiliki sumber bahan baku lagi.
"Mereka merasa dirugikan lantaran suplai bahan baku nikel menjadi turun. Ya mereka merasa nanti pabrik mereka yang ada di China, di sana tutup karena kita enggak suplai bahan baku," terang Razak.
Diharap Tak Sebarkan Narasi
Razak juga mengimbau Tom Lembong untuk tidak menyebarkan narasi yang keliru ihwal program-program yang dijalankan pemerintah saat ini.
"Sudahlah kalau sudah tidak bagian dari pemerintah lagi tidak usah sok paling berprestasi, jangan membuat narasi yang keliru," kata dia.
"Kita bangsa Indonesia tidak mau negara Kita sebagai negara hanya sebagai negara pasar dan sebagai sumber asing untuk mengambil bahan baku, Kita akan buat pabrik, industri sendiri negara Kita, Kita harus menjadi negara kuat yakni negara yang berdiri di kaki sendiri," tutup Razak.
Advertisement
Kata Tom Lembong soal Nikel
Sebelumnya, Co-Captain Timnas AMIN Thomas Trikasih Lembong menilai, pemerintah Presiden Jokowi masih terlalu fokus pada hilirisasi SDA yang padat modal, seperti pembangunan smelter nikel. Padahal, menurut dia, harga komoditas ini tengah melemah.
"Contoh tahun ini harga nikel sudah turun 50%, dengan melemahnya ekonomi global tahun depan pasti harga-harga komoditas akan turun lagi. Jadi kita mulai dengan realita bahwa kita tidak lagi bisa mengandalkan ekspor dan komoditas," ujar pria yang juga karib disapa Tom Lembong.
Dia menilai, kebijakan ini akan berpotensi menekan perekonomian masyarakat di tengah besarnya potensi resesi global. Sebab, kata Lembong, industri padat modal tidak banyak membutuhkan tenaga kerja karena rantai produksinya sudah didominasi teknologi robotik atau otomasi.
"Kalau kita kunjungi sebuah pabrik mobil listrik itu semua yang kerja robot. Saya pernah kunjungi sebuah pabrik mobil listrik di Korea, dan saya kaget hampir tidak ada manusia, kosong, semua jadi rantai produksinya assembly line semua mesin yang melipat, menggulung, dan merakit baterai itu," terang dia.
"Tapi pemerintah belakangan ini sangat fokus pada industri nikel, industri baterai, industri mobil listrik karena dianggap masa depan, dianggap high tech, dianggap sangat seksi," jelas Lembong.