Liputan6.com, Jakarta - Nabi Muhammad SAW meriwayatkan kemunculan Ya'juj dan Ma'juj menjelang kiamat. Ya'juj dan Ma'juj bahkan digambarkan lebih berbahaya daripada Dajjal.
Ya'juj dan Ma'juj digambarkan akan muncul di sebuah tempat yang tinggi. Kemudian, dia merajalela sehingga sampai ke kawasan Danau Thabariyah atau Tiberias dalam penyebutan barat.
Baca Juga
Advertisement
Air danau Thabariyah akan habis oleh balatentara Ya'juj dan Ma'juj. Jika itu terjadi, niscaya kiamat tinggal tunggu waktu.
عن النواس بن سمعان -رضي الله عنه- أن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال :وَيَبْعَثُ اللَّهُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ ، فَيَمُرُّ أَوَائِلُهُمْ عَلَى بُحَيْرَةِ طَبَرِيَّةَ فَيَشْرَبُونَ مَا فِيهَا
Dari An-Nuwas Rasulullah SAW bersabda, “Kemudian Allah SWT mengeluarkan Yajuj dan Majuj, mereka turun dengan cepat dari bukit-bukit yang tinggi. Setelah itu gerombolan atau barisan pertama dari mereka melewati Danau Thabariyah dan meminum habis semua air dalam danau tersebut. (HR Muslim, At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah).
Sebuah tempat yang disebut Nabi SAW, terlebih terkait dengan peristiwa besar akhir zaman tentu bukanlah tempat biasa. Ada berbagai fakta unik Danau Thabariyah, seperti banyak diulas oleh para cendekiawan muslim.
Riwayat Thabariyah atau Danau Tiberias membentang sejak ribuan tahun silam.
Simak Video Pilihan Ini:
1. Danau Thabariyah dari Zaman ke Zaman
Mengutip Republika, dalam hadis tentang tanda-tanda menjelang datangnya hari kiamat atau akhir zaman di atas tercantum kata "Danau Thabariyah". Danau itu juga dikenal dengan nama Tiberias.
Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas al-Hadith an-Nabawi mengatakan, dalam bahasa Arab, kata thabar berarti melompat atau bersembunyi.
"Tiberia merupakan nama danau dan kota di utara Palestina," ujar Dr Syauqi Abu Khalil.
Tepatnya terletak di dekat Dataran Tinggi Golan di sebelah utara Palestina, di Lembah Celah Besar Yordan yang memisahkan Afrika dan patahan Arab. Saat ini, wilayah tersebut termasuk daerah kekuasaan Israel.
Danau ini mempunyai panjang sekitar 25,5 kilometer dan lebar 12 kilometer. Dengan luas total 166 meter persegi, danau ini menjadi danau air tawar terluas di Israel.
Danau tersebut juga menjadi danau kedua terdalam setelah Laut Mati, yaitu dengan kedalaman 43 meter. Di dasar danau terdapat mata air yang ikut mengisi danau meskipun sumber utamanya berasal dari Sungai Yordan yang mengalir dari utara ke selatan.
Advertisement
2. Ada Riwayat Kaisar Tiberius
Sungai Tiberias mempunyai banyak nama, salah satunya Danau Galilee atau Danau Kinneret. Di sekitar lokasi danau merupakan tempat yang rentan akan gempa bumi dan--pada zaman dahulu--aktivitas gunung api.
Hal itu terbukti dari banyaknya batu basalt dan batuan beku lainnya yang menentukan kondisi geografis di daerah Galilee.
Di bagian barat laut danau ini terdapat sebuah kota yang bernama sama dengan danau tersebut. Menurut sejarah, Kota Tiberia dibangun sejak 20 Masehi dan dinamakan Tiberia untuk menghormati Kaisar Tiberius yang berasal dari Romawi.
Kota yang terletak di sepanjang Pantai Kinneret ini dibangun oleh Herodes Antipas, anak Herodes Agung. Kota ini merupakan satu dari empat kota yang dianggap suci oleh orang-orang Yahudi.
Kota Tiberias ini terletak di atas ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Iklim di wilayah itu merupakan perbatasan antara musim panas Mediterania dan musim semi. Curah hujannya setiap tahun kita-kira 400 mm.
Pada musim panas, suhu tertinggi mencapai 37 derajat Celsius. Suhu minimumnya sekitar 21 derajat. Pada musim dingin, suhu di kota tersebut mulai dari 18 hingga 8 derajat. Kota Tiberia terletak di dekat sumber air panas dan mineral alam. Baca juga: Dajjal, Ibnu Sayyad dan Kisah Tamim Ad-Dari
Geografer Arab, al-Muqaddasi, menggambarkan Tiberias sebagai ibu kota Provinsi Yordania dan kota di Lembah Kanaan. "Kotanya sempit, panas ketika musim panas, dan sangat tidak sehat. Di sana terdapat delapan sumber mata air panas dan tidak memerlukan bahan bakar, dan kolam dengan air mendidih tak terhitung banyaknya," ujarnya.
3. Saat Dikuasai Islam
Menurut al-Muqqadasi, ketika dikuasai peradaban Islam, di kota itu terdapat masjid yang luas dan indah yang berdiri di pusat perdagangan. Lantainya dari kerikil dan batu yang disusun rapat. Di zaman kekuasaan Islam, kata dia, orang-orang yang menderita kudis atau borok dapat datang ke Tiberia dan berendam di air panas selama tiga hari.
"Setelah itu, lakukanlah pada musim semi ketika airnya dingin. Maka mereka menjadi sembuh."
Pada 1220, ahli geografi dari Suriah, Yakut, menulis Tiberia sebagai kota yang kecil, panjang, dan sempit. Ia juga menggambarkan tentang mata air panas dan asin. Kota itu merupakan bekas kuburan kuno. Hal itu dianggap najis oleh bangsa Yahudi sehingga mereka tidak mau tinggal di sana.
Antipas memaksa sebagian dari orang Yahudi yang berada di Galilee untuk tinggal di kota tersebut. Namun, selama beberapa tahun berikutnya, orang-orang Yahudi ini dijauhi.
Kota ini diatur oleh 600 dewan kota dan 10 komite hingga 44 Masehi, ketika prokurator Roma menguasai kota setelah kematian Raja Agripa I. Pada 61 Masehi, Agripa II merebut kota tersebut dan menjadikannya bagian dari daerah kekuasaannya. Namun, perang yang berlangsung antara Yahudi dan Romawi membuat kota ini menjadi salah satu pusat orang-orang Yahudi. Baca juga: Saat Dajjal Keluar dari Khurasan
Selama Perang Salib yang pertama, kota ini diduduki oleh kaum Frank segera setelah penaklukan Yerusalem. Lalu, kota diberikan kepada Tancred yang menjadikan Tiberias sebagai pusat kota dari Kerajaan Galilee. Daerah itu sering disebut sebagai Kerajaan Tiberias.
Advertisement
4. Salah Satu Kota Neraka
Sebuah hadis yang disampaikan Ibnu Asakir dari Damaskus mengatakan bahwa nama Tiberia merupakan salah satu dari "empat kota neraka". Hal itu menunjukkan fakta bahwa pada saat itu kota ini memiliki populasi non-Muslim yang sangat banyak.
Pada awal abad ke-20, komunitas Yahudi di daerah tersebut mencapai 50 keluarga. Dan, pada saat yang sama, sebuah manuskrip Torah ditemukan di sana. Pada 1265, pasukan tentara Salib diusir dari kota tersebut oleh Dinasti Mamluk. Dinasti Islam itu menguasai Tiberia hingga akhirnya ditaklukkan oleh Kekhalifahan Turki Usmani.
Di bawah pemerintahan Sultan Selim I, wilayah kekuasaan Turki Usmani membentang hingga pantai selatan Mediterania. Banyak sekali orang Yahudi yang melarikan diri karena takut akan kekuatan Ottoman. Pada 1558, seorang Portugis, Dona Gracia, mengumpulkan pajak dari Tiberia dan desa-desa di sekitarnya atas nama Sulaiman Yang Agung.
Dia berusaha untuk membuat kota tersebut menjadi tempat perlindungan yang aman bagi Yahudi dan dapat membuat otonomi Yahudi di sana. Pada 1561, keponakannya, Josef Nasi, menjadi raja di Tiberia dan mendorong Yahudi untuk tinggal di sana.
5. Rentan Gempa Bumi
Berdasarkan kondisi geografisnya, Tiberias sangat rentan terguncang gempa. Sejarah mencatat, gempa pernah terjadi di Tiberia sebanyak 16 kali, yaitu pada 30, 33, 115, 306, 363, 419, 447, 631, 1033, 1182, 1202, 1546, 1759, 1837, 1927 dan 1943 M.
Sebanyak 600 orang, termasuk 500 Yahudi, meninggal karena gempa di Tiberias pada 1837. Namun, kota tersebut kembali diperbaiki dan pada 1842 terdapat setidaknya 4.000 penduduk yang terdiri atas orang Yahudi, Turki, dan orang Kristen.
Pada 1863, tercatat penduduk yang beragama Islam dan Kristen hanyalah sepertiga dari total penduduk yang berjumlah sekitar 3.600 orang. Pada 1902, terdapat 4.500 penduduk Yahudi dan 1.600 Muslim dari total 6.500 penduduk. Sisanya beragama Kristen.
Sebuah teater Romawi yang berumur 2.000 tahun ditemukan di bawah tanah di dekat Gunung Bernike di Bukit Tiberias. Terdapat lebih dari 7.000 ribu penduduk di dalamnya. Penggalian di dekat pantai menemukan koin dengan gambar Yesus di satu sisi dan tulisan Yunani di sisi lain.
Advertisement