Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah tentara Israel menyamar jadi dokter dan warga sipil untuk menerobos masuk Rumah Sakit Ibn Sina di Jenin, Tepi Barat. Mereka lalu menembak mati tiga pasien pria Palestina yang sedang tidur pada Selasa, 30 Januari 2024.
"Pagi ini, tiga pria muda tewas oleh peluru tentara pendudukan (Israel) yang menyerbu masuk Rumah Sakit Ibn Sina di Jenin dan menembak mereka," kata Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (1/2/2024).
Advertisement
Tentara israel mengatakan pasukannya telah 'menetralisir' para pria yang bersembunyi di rumah sakit dan bagian dari 'sel teroris Hamas.' Kamera pengawas yang beredar viral menunjukkan sekitar belasan tentara menyamar, tiga di antaranya berpakaian wanita dan dua lainnya jadi petugas medis, berjalan melewati koridor rumah sakit dengan senjata laras panjang.
Militer Israel mengidentifikasi salah satu pria yang terbunuh sebagai Mohammad Jalamneh (27) yang diklaim merencanakan serangan dalam waktu dekat dan telah mentransfer senjata dan amunisi pada anggota lainnya. Dua pria lain yang terbunuh, kakak beradik Basil dan Mohammad Ghazawi, bersembunyi di dalam rumah sakit dan terlibat dalam serangan, kata militer.
"Sebuah senjata ditemukan pada orang yang dicari, yang disita oleh pasukan," klaim pernyataan militer.
Charles Stratford dari Al Jazeera, melaporkan dari Ramallah di Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan, "Orang hanya bisa membayangkan teror terhadap pasien dan staf di rumah sakit di Jenin."
"Ini hanyalah contoh lain betapa bertekadnya tentara Israel untuk terus menyerang ketika mereka menargetkan pejuang perlawanan bersenjata di seluruh wilayah pendudukan Palestina," tambahnya.
Kejahatan Tidak Bisa Dibiarkan
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 'kejahatan tentara Israel tidak akan dibiarkan begitu saja.' Pihaknya juga menambahkan bahwa pembunuhan tersebut adalah 'kelanjutan dari kejahatan pendudukan yang sedang berlangsung terhadap rakyat kami dari Gaza hingga Jenin.'
Salah satu pria, Basil Ghazawi, terluka dan terbaring di tempat tidur ketika ia dibunuh, kata kelompok bersenjata Palestina. Basil terluka karena pecahan rudal menyusul serangan pesawat tak berawak Israel pada 25 Oktober 2024 yang menargetkan sekelompok pria di dekat pemakaman kamp Jenin dan telah menerima perawatan di rumah sakit selama tiga bulan, menurut sumber Al Jazeera.
Hamas membenarkan bahwa Jalamneh adalah salah satu anggotanya. Brigade Jenin, yang mencakup sejumlah kelompok perlawanan bersenjata Palestina, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dua dari tiga pria tersebut adalah anggota Jihad Islam.
Ayah Jalamneh, Walid, mengatakan pada Al Jazeera dari Jenin bahwa jalan yang diambil putranya adalah 'jalan yang terhormat untuk kebebasan.'
"Jalan yang diambil putra saya Mohammad, telah dilalui banyak putra kami sebelum dia. Dia tidak sendirian; mereka tidak menemukan cara lain untuk menghadapi pendudukan ini, selain dengan senjata, karena pendudukan dan musuh ini tidak menghadapi kami, bahkan anak-anak kami, kecuali dengan senjata," kata Walid.
Advertisement
Mengutuk Pembunuhan Tiga Pria Palestina
"Mereka berusaha mencapai 'perdamaian' selama puluhan tahun. Saya ingin bertanya kepada mereka yang bertaruh pada 'perdamaian', apakah musuh ini menginginkan perdamaian?" tanya Walid.
Ia menyebut proses negosiasi yang berlangsung puluhan tahun sejauh ini tak pernah menguntungkan Palestina. Israel, sambung dia, mencuri lebih banyak tanah dan membunuh ribuan warga Palestina. "Bersikeras untuk membiarkan rakyat Palestina berada di bawah pendudukan, di depan mata dunia, karena mereka menganggap diri mereka kebal hukum," lanjutnya.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk pembunuhan tiga pemuda oleh pasukan pendudukan. Ribuan warga Palestina memadati jalan-jalan di Jenin saat upacara pemakaman ketiga pria tersebut sedang berlangsung. Mereka akan dimakamkan di pemakaman di kamp pengungsi Jenin.
Ibu dari Ghazawi bersaudara ini mengatakan, keduanya disayangi semua orang. "Terakhir kali saya melihat mereka adalah kemarin malam… Saya berada di rumah sakit," katanya dalam video yang direkam oleh media lokal, menambahkan bahwa dia pulang ke rumah karena Mohammad mengatakan dia akan tinggal bersama Basil.
"Saya masih terbangun pagi ini ketika saya mendengar pasukan khusus menggerebek rumah sakit… Mereka dibunuh saat mereka sedang tidur," kata sang ibu.
Dirawat karena Terluka
Ahmad Shawish, teman Mohammed, mengatakan dia adalah orang yang 'sangat baik'. "Mohammad sangat dicintai," kata Shawish kepada Al Jazeera dari Jenin.
"Dia tidak akan membiarkan siapa pun marah padanya. Jika ada teman atau keluarganya yang merasa terganggu, dia akan meminta maaf dan memperbaiki keadaan meskipun itu bukan kesalahannya," lanjut Shawish.
Menurut staf medis, salah satu dari tiga warga Palestina yang tewas di rumah sakit tersebut sedang dirawat karena cedera yang dideritanya dalam serangan tentara sebelumnya beberapa bulan lalu, lapor Stratford dari Al Jazeera.
"Tentara Israel sering mengepung dan dalam beberapa kasus menyerang tiga rumah sakit Palestina di Jenin selama penggerebekan malam hari di kota tersebut," katanya.
"Tetapi ini adalah pertama kalinya mereka memasuki fasilitas medis sipil dalam operasi pembunuhan yang tampaknya direncanakan dengan baik dan ditargetkan, yang oleh pihak berwenang Palestina disebut sebagai pelanggaran lain terhadap hukum internasional," tambahnya.
Bentrokan berdarah dilaporkan terjadi di sekitar area rumah sakit. Sejak awal perang dengan Israel kembali meletus di Gaza, tentara Israel terus menggerebek dan menangkapi warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki setiap hari.
Baca Juga
Serbu Rumah Sakit, Tentara Israel Tahan Puluhan Petugas Kesehatan Laki-laki dan Tewaskan 2 Pasien Anak Gaza Utara
Kantor PM Israel Rilis Foto Benjamin Netanyahu di Bunker Saat Serangan ke Iran, Sembunyi?
7 Ledakan Terdengar Saat Israel Serang Fasilitas Militer Iran, Picu Wilayah Udara Teheran Ditutup
Advertisement