Liputan6.com, Paris - Puluhan petani yang mengunjungi pasar makanan di luar Paris telah ditangkap, seiring meningkatnya ketegangan akibat protes menuntut kondisi yang lebih baik.
Pemerintah Prancis telah memperingatkan bahwa gangguan di Rungis, pusat distribusi makanan yang memberi makan 12 juta orang, akan melewati garis merah.
Advertisement
"Sekitar 91 petani yang berkumpul di pasar telah ditahan," kata polisi seperti dikutip dari BBC, Kamis (1/2/2024).
Para petani bertujuan untuk menghentikan pengiriman makanan ke supermarket, demi mendapatkan upah yang lebih baik dan mengurangi birokrasi.
Rungis, yang terletak di tepi selatan ibu kota, dikenal sebagai the belly of Paris (perut Paris), menyediakan banyak ikan segar, buah, daging, dan sayuran yang dikonsumsi wilayah tersebut setiap hari. Ini adalah pasar terbesar kedua di dunia.
Untuk mengantisipasi kedatangan mereka, unit polisi dengan kendaraan lapis baja telah dikerahkan di sepanjang jalan raya A6 menuju pasar, dan pos pemeriksaan polisi didirikan di sekitar titik aksesnya.
Para pengunjuk rasa memasuki tempat penyimpanan pasar dan menyebabkan kerusakan sebelum mereka dibawa keluar oleh pasukan keamanan, kata seorang sumber kepada kantor berita AFP.
Kepala polisi Paris Laurent Nunez mengatakan pihak berwenang "tidak dapat mentolerir gangguan terhadap ketertiban umum", lapor BFMTV.
Sebelumnya, 18 orang yang mencoba memblokade Rungis telah ditangkap karena "mengganggu lalu lintas", kata polisi.
Jaksa mengatakan 15 dari mereka kemudian ditahan.
Hal ini terjadi ketika konvoi traktor petani memblokir jalan-jalan utama menuju ibu kota Prancis – yang dijuluki “pengepungan Paris” – selama seminggu terakhir.
Prancis jadi Pusat Perselisihan di Eropa
Prancis telah menjadi pusat perselisihan yang berkembang di seluruh Eropa, dengan puluhan ribu petani di Jerman, Polandia, Rumania, Belgia dan Italia juga melakukan demonstrasi.
Arnaud Rousseau, ketua Fédération nationale des syndicats d'exploitants agricoles (FNSEA), serikat pertanian utama Prancis, mengatakan ada "harapan besar" di kalangan petani, namun tidak semua tuntutan mereka dapat segera dipenuhi.
"Saya mencoba menyerukan ketenangan dan kewajaran," tambahnya.
Protes tersebut telah menciptakan krisis bagi Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal, yang baru menjabat selama tiga minggu.
Attal mengatakan pada hari Selasa (30/1) bahwa pemerintahannya siap menyelesaikan krisis ini dan memuji sektor pertanian sebagai "kekuatan dan kebanggaan kami".
Dia mengatakan Attal "langkah-langkah dukungan baru" akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang.
Advertisement
Demo Memanas, Petani Prancis Kepung Paris
Sebelumnya, ratusan ribu petani bergerak memblokir jalan raya utama menuju Paris, Prancis, pada Senin (29/1/2024). Mereka melabeli aksinya "pengepungan Paris".
Petani berpendapat mereka terdampak oleh menurunnya pendapatan, peraturan lingkungan hidup, meningkatnya birokrasi, dan persaingan dengan produk impor.
Sementara itu, pihak berwenang Prancis mengumumkan 15.000 polisi telah dikerahkan untuk menghentikan traktor memasuki ibu kota dan kota-kota lain.
Protes tidak hanya dilakukan petani Prancis, namun juga Jerman, Belgia, dan Belanda.
"Kami tidak bisa bertani secara murah ... padahal kami harus bisa mencari nafkah dari perdagangan kami," kata seorang pengunjuk rasa di Paris kepada BBC, seperti dilansir pada Selasa (30/1).
Meskipun serikat petani mengklaim aksi mereka mengepung Paris, namun jalan-jalan sekunder menuju kota tersebut tetap terbuka.
Tuntutan Petani
Para petani mengatakan tujuan mereka adalah menghentikan pengiriman makanan ke supermarket – sesuatu yang telah diperingatkan oleh para pejabat agar mereka tidak melakukannya.
Polisi dilaporkan telah diberi perintah untuk tidak melakukan intervensi dan sejauh ini tidak ada tanda-tanda kekacauan.
Ketua serikat petani terbesar di Prancis, Federasi Nasional Serikat Pemilik Pertanian (FNSEA) Arnaud Rousseau menegaskan tujuannya adalah memaksa pemerintah menemukan penyelesaian cepat atas kebuntuan tersebut.
Advertisement