Kepala BPIP: Harlah ke-101 Tahun NU Jadi Lompatan Besar

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi, menyambut baik peresmian Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta pada momentum Hari Lahir NU Ke-101 Tahun ini.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 01 Feb 2024, 14:06 WIB
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi, menyambut baik peresmian Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta pada momentum Hari Lahir NU Ke-101 Tahun ini. Ia menuturkan, keberadaan UNU Yogyakarta yang sebelumnya sebuah keniscayaan, kini terimplementasi dan menjadi titik tolok kemajuan NU dalam dunia akademik.

“Ini merupakan sebuah lompatan besar. Pada saat digagas, saya termasuk orang yang tidak percaya UNU akan berdiri di Yogyakarta karena keilmuannya pada umumnya agama dan sosial,” kata Prof Yudian dalam keterangan pers diterima, Kamis (1/2/2024).

Prof Yudian menambahkan, teorinya terpatahkan ketika UNU berdiri pada tahun 2017 dsn sekarang teori saya semakin tenggelam ketika NU memasuki ruang-ruang digital yang di situ saya katakan NU secara kelembagaan tidak punya basisnya.

Sebagai santri lulusan Harvard Law School, Prof Yudian menerangkan, sejarah Islam yang sempat mundur karena hilangnya generasi penerus yang menguasai ilmu-ilmu terapan. Dirinya melihat, adanya UNU Yogyakarta menjadi harapan yang sangat menjanjikan.

“UNU Yogyakarta merupakan kemajuan NU yang diproyeksi 50 tahun mendatang, namun sudah nampak hari ini,” yakin dia.

Prof Yudian menilai, Islam mundur karena membuang ilmu-ilmu terapan (kimia, biologi, fisika, kedokteran). Tetapi hal itu tidak lagi karena saat ini menyatu menjadi future studies yang bukan sekadar social scienties, tapi sudah memasuki dunia digital.

“Ini yang dikatakan oleh PBNU tadi, lompatan 50 tahun itu tidak salah karena saya mengikuti kajiannya”, ungkap dia.

Prof. Yudian menambahkan, ikatan Pancasila dengan NU sangat erat kaitannya sebagai salah satu benteng Pancasila. NU memiliki peran besar dalam sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia.

“Saya berharap NU selalu konsisten dalam menjaga Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan berkontribusi lebih banyak bagi kemajuan Bangsa dan Negara Indonesia,” harap dia.


NU dan Pancasila Bak Saudara Kandung

Dalam hal bermoderasi agama, Prof Yudian melihat Kementerian Agama yang dimulai dari Lukman Hakim dan dilanjutkan oleh Yaqut Cholil Qoumas dalam membumikan Pancasila dengan NU karena keduanya sudah bak saudara kandung.

“Kalau diganggu, NU ikut melawan, untuk membela Pancasila”, tamba Prof Yudian.

Senafas dengan Kepala BPIP, Ketua Umum Pengurus Besar NU, Gus Yahya dalam sambutannya menyampaikan, selama 101 tahun persaudaraan, kebersamaan, perdamaian, toleransi, dan harmoni, terus-menerus menjadi penanda yang paling kuat dari kehadiran Nahdlatul Ulama.

“Nahdlatul Ulama tidak akan berpangku tangan. NU akan sungguh-sungguh berupaya turut menyumbang kepada maslahat bangsa dan negara,” yakin Gus Yahya.

Gus Yahya menambahkan, NU bertekad dan tidak akan pernah luntur untuk terus mengabdi kepada bangsa dan mengabdi kepada kemanusiaan sekuat-kuatnya.

“UNU Yogyakarta telah mendapat bantuan dari Pemerintah UEA untuk membangun Pusat Studi Masa Depan, termasuk dengan gedung bangunannya. Gedung bangunan berlantai 9 itu nantinya akan didirikan di samping Kampus UNU Yogyakarta saat ini, tepatnya di Jl. Ring Road Yogyakarta,” dia menandasi.

Infografis Deklarasi Kampanye Pemilu Damai 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya