Liputan6.com, Jakarta - Hari akhir atau kiamat pasti akan terjadi, walau tak ada satupun makhluk yang mengetahui kapan waktu pasti peristiwa hancurnya alam semesta itu.
Dalil kepastian terjadinya kiamat bisa diperkuat melalui firman Allah SWT dalam surah Al-Hajj ayat 7.
وَّاَنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيْهَاۙ وَاَنَّ اللّٰهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ
Artinya: “Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.”
Allah SWT memberi petunjuk mengenai tanda-tanda kiamat. Dalam khazanah Islam, ada yang disebut sebagai tanda besar ada pula tanda kecil kiamat.
Baca Juga
Advertisement
Ulama kharismatik asal Cirebon, KH Yahya Zainal Maarif atau Buya Yahya mengungkapkan tanda-tanda kiamat kubra, di antaranya kemunculan Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Nabi Isa AS, terbitnya matahari dari sebelah barat, hingga keluar api dari kawah Aden.
“Kita bicara versi mazhab kita ahlus sunnah wal jama'ah asy'ariyyah. Ada kiamat sugra, (tanda-tanda kiamat) sugra termasuk gede-gedean bangunan, banyaknya perempuan, tersebarnya kejahatan, diutusnya Nabi Muhammad. Itu adalah menunjukkan kiamat dekat, alamat sugra,” jelasnya, mengutip tayangan YouTube Al Bahjah TV, via kanal Islami Liputan6.com, Jumat (2/2/2024).
Menurut dia, datangnya Mahdi sebagai tanda kiamat kubra. "Kalau sudah Imam Mahdi datang dekatlah hari kiamat sesungguhnya. Kita yakin, ahlussunnah wal jamaah meyakini (datangnya Imam Mahdi). Tapi kalau ada orang yang mengingkari tidak kita katakan kafir. Tapi kalau (tidak meyakini) dajjal, ya’juj wa ma'juj kafir mereka,” katanya.
“Tolong dibedain ini ya. Ada furuil akidati sama usuil akidati. Memang sebagai kita ahlussunnah wal jamaah merentet dalilnya Imam Mahdi seolah-olah derajat mutawatir, akan tetapi kesepakatan tentang riwayat tentang mahdi tidak sampai sepakat seperti tentang dajjal, ya’juj ma’juj, dan lainnya,” jelas Buya Yahya.
Simak Video Pilihan Ini:
Ciri-Ciri Imam Mahdi dan Derajat Kesahihan Hadis
Menenai ciri-ciri Imam Mahdi, melansir laman NU Online, banyak sekali hadis yang menjelaskan tentang Imam Mahdi dan ciri-cirinya, serta masa munculnya. Namun tidak semua hadis tersebut bisa kita jadikan sebagai landasan atau dalil.
"Terlebih sekarang banyak sekali kelompok atau individu yang mengatasnamakan diri mereka sebagai al-Mahdi atau Imam Mahdi," demikian ulasan Ustadz Muhammad Alvin Nur Choironi di NU Online, dikutip Jumat (2/2/2024).
Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi-nya menjelaskan bahwa kebanyakan hadits yang berkisah tentang Imam Mahdi tidak bisa dipertanggungjawabkan kesahihannya. Al-Mubarakfuri melanjutkan bahwa hadits-hadits tersebut diriwayatkan oleh beberapa orang yang cukup bermasalah dan tidak memenuhi kriteria-kriteria perawi yang dapat diterima periwayatan hadis, yang artinya:
“Hadits-hadits yang berkaitan dengan kemunculan Imam al-Mahdi banyak sekali. Tetapi sebagian besarnya adalah hadits dhaif. Tidak diragukan lagi bahwa hadits Abdullah bin Mas’ud yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi pada bab ini tidak sampai pada derajat hasan. Namun hadits ini memiliki beberapa syahid, baik hasan maupun dhaif. Adapun hadits Abdullah bin Masud ini serta syawahid dan tawabi’nya cukup pantas untuk dalil (kemunculan Imam Mahdi) tanpa keraguan. Pendapat tentang kemunculan Imam Mahdi adalah pendapat yang benar dan hanya Allah yang Maha Mengetahui.” (al-Mubarakfuri, Tuḥfatul Aḥwadzi bi Syarḥi Jamiʽ al-Tirmidzi, [Madinah: Al-Maktabah al-Salafiyah, 1963], j. 6, h. 485)
Hadits Abdullah bin Masud yang dimaksud oleh al-Mubarakfuri adalah hadits yang menjelaskan bahwa akan muncul seorang yang namanya mirip dengan Nabi Muhammad sebelum kiamat terjadi.
عن عَبْدِ الله قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: لاَ تَذْهَبُ الدّنْيَا حَتّى يَمْلِكَ العَرَبَ رَجُلٌ مَنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمَهُ اسْمِي
Artinya, “Dari Abdullah (bin Masud) berkata, Rasulullah bersabda, “Tidak hancur dunia (kiamat) sampai orang Arab memiliki seorang laki-laki dari keturunanku yang namanya sama dengan namaku.” (HR. At-Tirmidzi).
Oleh al-Mubarakfuri, hadits yang oleh at-Tirmidzi disebut sebagai hadits hasan sahih ini cukup dijadikan landasan akan kemunculan Imam Mahdi sebelum datangnya kiamat, daripada hadits-hadits tentang al-Mahdi lain, yang kebanyakan dhaif.
Advertisement
Hadis Sahih tentang Imam Mahdi
Walaupun dalam hadits tersebut sama sekali tidak menyebutkan nama al-Mahdi, namun at-Tirmidzi sendiri memasukkan hadits tersebut dalam bab tentang kemunculan al-Mahdi (Bâb Mâ Jâ’a fi al-Mahdi).
Imam at-Tirmidzi sendiri hanya meriwayatkan tiga hadits saja yang berkaitan dengan al-Mahdi. Selain at-Tirmidzi, Abu Daud juga meriwayatkan hadits yang hampir sama, hanya berbeda pada akhir hadits saja.
يواطئ اسمه اسمي واسمأبيه اسم أبي
Artinya, “Namanya cocok dengan namaku sedangkan nama ayahnya adalah sama dengan nama ayahku.” (al-Mubarakfuri, Tuḥfatul Aḥwadzi bi Syarḥi Jamiʽ al-Tirmidzi, [Madinah: Al-Maktabah al-Salafiyah, 1963], j. 6, h. 485-486).
Ini menunjukkan bahwa nama asli dari al-Mahdi adalah Muhammad bin Abdullah, sebagaimana nama Rasul dan nama ayahnya. Selain itu dalam hadits Abu Daud juga diriwayatkan bahwa ciri al-Mahdi adalah dahinya lebar dan hidungnya mancung. (Lihat: Abu Daud, Sunan Abu Daud, (Beirut: Dar Kutb, T.t), j. 4, h. 174).
Selain hadits riwayat Tirmidzi dan Abu Dawud di atas, banyak juga ulama hadits yang meriwayatkan hadits-hadits tentang al-Mahdi, di antaranya Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Thabarani, dan Abu Ya’la. Sanad hadits mereka sampai pada sejumlah sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Thalhah, Abdullah bin Mas’ud, Abu Hurairah, Abu Sa’id Al-Khudri, Ummu Habibah, Ummu Salamah, Tsauban, Qurrah bin Iyas, Ali Al-Hilali, Abdullah bin Haris bin Jaz’i.
Sanad yang menghubungkan antara ahli hadits dengan para sahabat beraneka macam kualitasnya. Ada yang sahih, hasan, dan ada juga yang dhaif.
Ciri-Ciri Imam Mahdi
Kata al-Mahdi sendiri dalam hadits sering disebutkan sebagai laqab (julukan). Rasul hanya menyebutkan nama al-Mahdi itu dengan ciri: mirip namanya dan nama ayahnya mirip nama ayah Rasul .
Kata al-Mahdi berarti orang yang mendapatkan hidayah (alladzi qad hadâhullahu ilâ al-ḥaq). Hal ini nanti terkait tugas yang diemban oleh al-Mahdi, yaitu memberikan kemakmuran dan kejayaan bagi umat, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat al-Hakim dalam al-Mustadrak-nya.
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، قال : « يخرج في آخر أمتي المهدي يسقيه الله الغيث ، وتخرج الأرض نباتها ، ويعطي المال صحاحا ، وتكثر الماشية وتعظم الأمة ، يعيش سبعا أو ثمانيا » يعني حججا « هذا حديث صحيح الإسناد ، ولم يخرجاه »
Artinya, “Dari Abu Said al-Khudri RA, sesungguhnya Rasul bersabda: “Akan muncul di masa akhir umatku seorang yang diberikan petunjuk (al-Mahdi), (yang pada masa itu) Allah SWT memberikan hujan kebaikan, bumi mengeluarkan tanaman-tanamannya, harta akan dibagikan secara merata, binatang ternak melimpah dan umat menjadi mulia, dia akan hidup selama tujuh atau delapan,” yaitu musim haji. (Hadits ini sahih sanadnya, namun tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim). (HR. Al-Hakim).
Hadits-hadits di atas adalah hanya sebagian kecil tentang Imam Mahdi yang berstatus hasan dan sahih. Kebanyakan hadits tentang Imam Mahdi statusnya dhaif. Oleh karena itu, sebenarnya ciri Imam Mahdi jika kita mengacu pada hadits hasan dan sahih di atas adalah hanya tiga:
(1) keturunan Nabi Muhammad
(2) namanya mirip dengan Nabi Muhammad dan nama ayahnya mirip dengan nama ayah Nabi Muhammad
(3) dan dahinya lebar serta hidungnya mancung.
Selain ciri-ciri di atas, apalagi jika mengatasnamakan hadits selain di atas, perlu dikaji ulang dan secara mendalam. Terlebih akhir-akhir ini banyak orang maupun kelompok yang mendaku sebagai al-Mahdi.
Advertisement
Al-Mahdi Palsu Menurut Imam as-Suyuthi
Imam as-Suyuthi pernah menyebutkan bahwa ciri-ciri al-Mahdi palsu adalah mereka membuat standar keimanan sendiri bahwa umat Islam yang mendukungnya sebagai mukmin dan yang menolak bergabung bersama mereka disebut kafir. Ciri lainnya, mereka berani membunuhi para ulama. (Lihat: Al-Suyuthi, Syarah Sunan Ibn Majah, [Karaci: Qadimi Kutb Khanah, t.t], j. 1, h. 300).
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa para ulama hadits memang sepakat bahwa kemunculan al-Mahdi telah disebutkan dalam hadits. Namun tidak semuanya sahih, bahkan ada yang hasan, dhaif maupun maudhu’ (palsu).
Walaupun begitu kita tidak bisa memastikan tanda-tanda tersebut. Terkait hadits-hadits tentang al-Mahdi yang digunakan oleh pihak-pihak tertentu, kita perlu hati-hati untuk menyikapinya.
Terlebih di zaman sekarang, zaman fitnah, jangan sampai kita terperdaya oleh kelompok-kelompok yang mengaku sebagai al-Mahdi, sebagaimana disebutkan al-Suyuthi. Wallahu A’lam.