Upbit Sebut Teknologi Blockchain Bakal Topang Pasar Kripto

Resna menuturkan ada beberapa penerapan teknologi blockchain di berbagai sektor yang dapat mendorong pasar kripto menjadi positif pada 2024. Adapun beberapa sektornya sebagai berikut:

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 02 Feb 2024, 10:31 WIB
Industri aset kripto di Indonesia sepanjang 2023 terus mengalami perkembangan. Perjalanannya tidak mudah dan terus menghadapi pasang surut. (Foto: Unsplash/Traxer)

Liputan6.com, Jakarta - Industri aset kripto di Indonesia sepanjang 2023 terus mengalami perkembangan. Perjalanannya tidak mudah dan terus menghadapi pasang surut.

Pada 2023, menjadi tahun menarik bagi industri cryptocurrency dengan hadirnya sejumlah proyek baru dan tren menarik yang mulai bermunculan di pasar. 

VP of Operations Upbit Indonesia, Resna Raniadi mengungkapkan salah satu tren utama yang patut diperhatikan adalah adopsi lebih lanjut dari berbagai aspek teknologi blockchain

Resna menuturkan ada beberapa penerapan teknologi blockchain di berbagai sektor yang dapat mendorong pasar kripto menjadi positif pada 2024. Adapun beberapa sektornya sebagai berikut:

Teknologi Artificial Intelligence

Dengan kemampuan untuk menganalisa data secara cepat dan cerdas, teknologi AI dapat membantu meningkatkan efisiensi, keamanan, dan keandalan dalam ekosistem kripto

Menurut Resna pemanfaatan AI saat ini dapat membantu pengguna mendeteksi penipuan, dan juga dapat memberikan saran dalam hal trading bagi para investor dengan menggunakan algoritma trading.

Peralihan dari Web2 ke Web3

Web3 merupakan ekosistem desentralisasi yang dibangun di atas teknologi blockchain yang menjanjikan pengalaman internet yang berbeda untuk generasi mendatang. 

Namun begitu, transisi dari Web 2.0 ke Web 3.0 terbukti masih mengalami kendala baik bagi pengembang maupun pengguna, mengingat pesatnya kemajuan teknologi di Web 3.0. 

"Di tahun ini terdapat kabar baik dengan munculnya Web 2.5 yang merupakan peralihan internet baru, mencakup teknologi blockchain, desentralisasi, cryptocurrency, NFT, AI, dan metaverse,” jelas Resna dalam siaran pers, dikutip Jumat (2/2/2024).

 


DeFi dan NFT

Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash/Andrey Metelev)

DeFi dan Peningkatan Layanan Keuangan Terdesentralisasi

DeFi tetap menjadi tren yang mendominasi pada 2023. Proyek yang berfokus pada layanan keuangan terdesentralisasi terus berkembang, menawarkan solusi alternatif untuk perbankan tradisional dan layanan keuangan konvensional. 

Platform DeFi menyediakan layanan seperti pinjaman, pertukaran aset digital, dan penghasilan pasif melalui yield farming. Namun, potensi risiko dan volatilitas tetap menjadi perhatian utama di dalam ekosistem ini.

 NFT dan Transformasi Industri Kreatif

2023 juga telah menjadi tahun penting untuk NFT. NFT masih berperan dalam mengubah cara individu melihat hak kepemilikan atas karya seni digital dan barang koleksi lainnya. 

"Seniman, musisi, dan pencipta konten telah memanfaatkan NFT sebagai cara untuk memonetisasi karya mereka secara langsung kepada penggemar dan kolektor, membuka peluang baru dalam ekonomi kreatif,” ujar Resna.

Resna menekankan 2023 telah memberikan gambaran yang menarik tentang perkembangan dunia cryptocurrency. Dengan pertumbuhan proyek-proyek baru dan adopsi teknologi blockchain yang semakin luas, industri ini terus bergerak maju. 

"Meskipun ada tantangan yang perlu diatasi, peluang baru dan inovasi terus bermunculan,” pungkasnya.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Studi: Pertukaran Kripto Upbit Mendominasi Pasar Korea Selatan

Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)

Sebelumnya diberitakan, sebuah studi baru yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Web3 DeSpread.io mengungkapkan keadaan perdagangan mata uang kripto di Korea Selatan. Studi ini menunjukkan bursa terpusat memegang posisi dominan di pasar. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Sabtu (28/10/2023), analisis ini berfokus pada empat bursa teratas Korea yaitu Upbit, Bithumb, Coinone, dan Korbit. Studi ini menemukan meskipun terjadi penurunan volume perdagangan global sejak Maret, bursa Korea telah melawan tren tersebut. 

Volume perdagangan di bursa utama Korea naik 37 persen dari Juni hingga Juli. Hal ini menunjukkan semakin besarnya pengaruh platform dalam negeri. Saat ini, bursa teratas Korea Selatan menyumbang sekitar 10 persen volume dibandingkan dengan Binance, dan 16 persen dibandingkan dengan Coinbase.

Upbit berdiri sendiri di posisi teratas di Korea Selatan, bertanggung jawab atas 80 persen volume di pasar Korea. Jalur Bithumb berada di posisi kedua dengan pangsa 15-20 persen. Coinone dan Korbit memiliki kehadiran minimal.

Dalam upaya untuk merebut pangsa pasar, Bithumb memperkenalkan struktur tanpa biaya pada awal Oktober. Namun, kebijakan ini tidak memiliki dampak jangka panjang, sehingga volume Bithumb kembali turun di akhir bulan.

 

 


Investor Kripto Korea Selatan Memiliki Selera Risiko Tinggi

Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Analisis menunjukkan pedagang Korea memiliki selera risiko yang tinggi, dengan volume Bitcoin dan Ethereum yang minimal dibandingkan dengan pasar global. Sebaliknya, altcoin seperti Loom Network, eCash, dan Flow merupakan perdagangan terbesar.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa bursa Korea bertindak sebagai gerbang fiat, dengan pengguna menarik diri ke platform seperti Binance untuk mengakses produk yang tidak ditawarkan di dalam negeri. Jaringan Tron lebih disukai untuk transfer melalui Ethereum, karena biayanya lebih rendah.

Laporan lengkapnya memberikan analisis lebih mendalam tentang pola perdagangan, perilaku investor, kebijakan bursa, dan aspek lain dari lanskap mata uang kripto Korea.

 

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya