Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia turun di tengah langkah para pedagang terus memantau upaya-upaya negosiasi gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas.
Harga minyak dunia jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun USD 2,03 untuk Maret, atau 2,68%, menjadi USD 73,82 per barel. Adapun kontrak minyak Brent untuk April turun USD 1,85, atau 2,30% menjadi USD 78,70 per barel.
Advertisement
Patokan harga minyak telah naik lebih dari 1% di awal sesi karena pasar mencerna hasil pertemuan komite OPEC dan keputusan Federal Reserve tentang suku bunga.
Komite OPEC mengatakan, anggota kelompok tersebut tetap mempertahankan pengurangan produksi setelah meninjau data dari November dan Desember 2023.
Komite mengusulkan tidak ada perubahan pada keputusan OPEC untuk memangkas 2,2 juta barel per hari dari pasar pada kuartal ini.
Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan dan mengindikasikan bahwa suku bunga kemungkinan telah mencapai puncaknya. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi yang mendukung permintaan minyak.
Ketua Jerome Powell, bagaimanapun, mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga tidak mungkin terjadi pada bulan Maret.
"Setiap kicker yang dicari investor dari keputusan suku bunga pasca-FOMC Jerome Powell, yang tidak berubah, sayangnya tidak ada," tulis John Evans dari pialang minyak PVM dalam sebuah catatan.
Namun, ditambahkan, bahasa Powell menyiratkan bahwa pasar kemungkinan akan mendapatkan keringanan suku bunga di beberapa titik tahun ini.
Harga minyak yang membukukan kenaikan bulanan pertama sejak September pada bulan Januari karena pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari yang diharapkan di AS, gangguan pada produksi AS karena badai musim dingin, dan stimulus di China.
Tahun Sehat Pasar Minyak
AS dan Iran juga berada di ambang konfrontasi yang lebih langsung di Timur Tengah. Ini setelah adanya serangan pesawat tak berawak oleh militan yang bersekutu dengan Teheran menewaskan tiga tentara AS di Yordania akhir pekan lalu.
Kecemasan mengenai perekonomian China ikut membebani pasar selama beberapa bulan terakhir, namun JPMorgan memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9% pada tahun ini akan terjadi usai Beijing menambah stimulus.
"Hanya ada sedikit tanda-tanda bahwa permintaan minyak RRT melambat," menurut Natasha Kaneva, Kepala Strategi Komoditas global di bank investasi ini.
Advertisement
Kisaran Berapa?
"Terlepas dari geopolitik, pandangan kami tetap bahwa 2024 pada dasarnya akan menjadi tahun yang sehat untuk pasar minyak dan kami merekomendasikan untuk menggunakan aksi jual bulan Desember sebagai peluang pembelian," kata Kaneva kepada klien dalam sebuah catatan.
"Kami percaya posisi terendah telah berlalu dan terus melihat perdagangan minyak Brent di level tinggi USD 80-an pada bulan Mei dengan kemungkinan minyak mentah melampaui target harga kami ke atas," tulis Kaneva.