Wall Street Melesat, Indeks Nasdaq Melambung Usai Aksi Jual Saham

Wall street melejit pada perdagangan saham Kamis, 1 Februari 2024 waktu setempat. Indeks Nasdaq memimpin penguatan.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Feb 2024, 07:24 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 1 Februari 2024. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 1 Februari 2024. Indeks Dow Jones menguat seiring pulih dari aksi jual saham setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga tetap isyaratkan penurunan suku bunga pada Maret tidak mungkin terjadi.

Dikutip dari CNBC, Jumat (2/2/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melambung 369,54 poin atau 0,97 persen ke posisi 38.519,84. Posisi indeks Dow Jones tersebut merupakan rekor penutupan baru bagi indeks.

Indeks S&P 500 melesat 1,25 persen ke posisi 4.906,19. Indeks Nasdaq menguat 1,3 persen ke posisi 15.361,64.

Laporan keuangan sejumlah perusahaan teknologi yang masuk Magnificent Sevent rilis setelah pasar tutup. Saham Apple naik lebih dari 1 persen, membantu mengangkat indeks S&P 500. Saham Amazon bertambah 2,6 persen dan saham Meta melesat 1,2 persen.

Menjelang pembukaan pasar, saham perusahaan farmasi Merck mencatat kinerja terbaik pada kuartal IV yang membantu menopang indeks Dow Jones. Saham Merck naik lebih dari 4 persen.

Wall street keluar dari sesi yang buruk. Indeks Dow Jones turun 317 poin atau 0,8 persen, dan mencatat hari terburuk sejak Desember. Indeks S&P 500 terpangkas 1,6 persen pada perdagangan Rabu pekan ini yang merupakan hari terburuk sejak September. Indeks Nasdaq melemah 2,2 persen, dan merupakan sesi terburuk sejak Oktober.

Penurunan indeks saham yang terjadi pada Rabu pekan ini setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell memupus harapan investor untuk penurunan suku bunga secepatnya pada Maret 2024, sehingga menyebabkan saham tertekan.

“Saya pikir pasar telah bergerak terlalu cepat, dengan memperkirakan akan lebih banyak penurunan suku bunga karena hal ini akan dikaitkan dengan perekonomian yang jauh lebih lemah jika mereka memangkas suku bunga sebanyak yang diperkirakan pasar saat ini,” ujar Ekonom Apollo Global Management, Torsten Slok.

 


Imbal Hasil Obligasi AS

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencapai titik terendah dalam satu bulan. Imbal hasil obligasi turun 9 basis poin menjadi 3,87 persen.

Investor sekarang akan mengalihkan perhatiannya untuk laporan pekerjaan pertama pada 2024 yang akan dirilis pada Jumat pagi.

Sementara itu, Head of US Equity Strategy RBC Capital Markets, Lori Calvasina menuturkan, komentar dari ketua the Federal Reserve Jerome Powell setelah keputusan suku bunga bank sentral mendorong pasar tertatih-tatih.

"Ada begitu banyak hal di pasar ini sehingga Powell merasa seperti yang terakhir,” ujar dia.

Calvasina merekomendasikan pelaku pasar untuk hadapi koreksi di pasar. Ia juga menuturkan, laba yang mengecewakan dari perusahaan-perusahaan teknologi besar tidak terduga, tetapi masuk akal karena standar yang ditetapkan sanga tinggi setelah kinerja pasar yang lebih baik baru-baru ini.


Penutupan Wall Street pada 31 Januari 2024

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Rabu, 31 Januari 2024. Koreksi wall street terjadi setelah ketua the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS Jerome Powell menuturkan, bank sentral mungkin tidak akan siap menurunkan suku bunga pada Maret 2024.

Dikutip dari CNBC, Kamis (1/2/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 317,01 poin atau 0,82 persen ke posisi 38.150,30. Indeks S&P 500 merosot 1,61 persen ke posisi 4.845,65. Indeks Nasdaq terpangkas 2,23 persen ke posisi 15.164,01.

Pada perdagangan saham Rabu pekan ini, kinerja indeks saham tidak terlalu baik. Ini merupakan kinerja terburuk Dow Jones sejak Desember. Bagi indeks S&P 500 ini adalah hari terburuk sejak September, dan sejak Oktober untuk indeks Nasdaq.

“Saya kira komite tidak akan mencapai tingkat kepercayaan pada pertemuan Maret untuk mengidentifikasi pada Maret adalah waktu yang tepat untuk melakukan hal tersebut,” ujar Powell.

Rata-rata indeks saham acuan di wall street tertekan usai komentar the Fed tersebut. Pelaku pasar mencermati pengumuman the Fed untuk mencari tanda-tanda kapan bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga.

Jerome Powell dinilai tidak menanggapi harapan pasar mengenai penurunan suku bunga pada Maret, dan mencatat data inflasi lebih lanjut yang menggembirakan diperlukan.

Akan tetapi, bank sentral tetap melakukan sesuatu yang diinginkan pelaku pasar yaitu menghapus bagian dari pernyataan yang mengisyaratkan bank sentral masih memiliki bias pengetatan. The Fed menghapus frasa yang merujuk pada penguatan kebijakan tambahan.

"Kami percaya kebijakan suku bunga kami kemungkinan akan berada pada titik puncaknya dalam siklus pengetatan ini dan jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diperkirakan, maka akan tepat untuk mulai mengurangi pembatasan kebijakan, pada suatu saat pada tahun ini,” Powell menambahkan.

 

 


Kinerja Saham di Wall Street

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Imbal hasil treasury atau obligasi pemerintah AS bergejolak dengan imbal hasil acuan tenor 10 tahun diperdagangkan sekitar 3,9 persen.

Di sisi lain, saham Alphabet merosot lebih dari 7 persen, untuk hari terburuk sejak 25 Oktober karena pendapatan iklan yang mengecewakan menutupi laba dan penjualan yang lebih baik dari perkiraan.

Saham Microsoft dan AMD masing-masing tergelincir hampir 3 persen karena panduan ke depan yang lebih rendah dari perkirana setelah rilis kinerja kuartalan.

Saham Boeing naik lebih dari 5 persen seiring kinerja kuartalan yang mengalahkan perkiraan analis untuk kinerja laba dan pendapatan. CEO Boeing, Dave Calhoun menuturkan, Boeing baru-baru ini dilanda masalah yang terkait dengan pesawat 737 Max 9 yang mendorong Boeing untuk fokus pada keselamatan di masa depan.

Koreksi saham yang terjadi pada Rabu pekan ini telah mengikis kenaikan bulanan di wall street. Akan tetapi, rata-rata tiga indeks acuan itu mengakhiri Januari dengan catatan positif. Indeks S&P 500 menguat 1,6 persen, indeks Dow Jones bertambah 1,2 persen dan indeks Nasdaq naik 1 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya