Ahli Gizi Tak Sarankan Racik MPASI dengan Blender atau Juicer, Kenapa?

Ketika memberikan pepaya atau pisang sebagai makanan pendamping ASI, Tan mengatakan, ibu bisa memotong dan mengerok pepaya untuk kemudian disuapkan pada bayi.

oleh Tim Health diperbarui 02 Feb 2024, 08:19 WIB
Feeding rules sebagai aturan dasan makan untuk anak. (Foto: Unsplash/Hui Sang)

Liputan6.com, Jakarta - Ahli Gizi Masyarakat Dr dr Tan Shot Yen mengatakan, perkakas makan yang digunakan untuk menyiapkan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) berisiko menyebabkan makanan terkontaminasi. Terlebih pada bayi yang masih sensitif dan baru belajar makan. Oleh karena itu, Tan mengimbau agar orangtua tidak menggunakan alat elektronik penghalus makanan seperti blender atau juicer.

"Jadi seperti pepaya dikerok, pisang dikerok. Nah ini dia, tidak menggunakan blender atau juicer, kenapa? Risiko diare," tuturnya dalam sebuah diskusi MPASI, Kamis (1/2), dilansir Antara.

Ketika memberikan pepaya atau pisang sebagai makanan pendamping ASI, Tan mengatakan, ibu bisa memotong dan mengerok pepaya untuk kemudian disuapkan pada bayi yang sudah cukup usia mendapat makanan pendamping ASI.

"Jadi alangkah baiknya kalau misalnya kita pakai pepaya, itu kan dibelah, satu-satunya alat yang kita pakai cuma sendok bayi. Kerok, suap, kerok, suap. Begitu pula dengan pisang," ujarnya.

Menggunakan blender untuk menghaluskan MPASI bisa menyebabkan teksturnya jadi terlalu cair dan tidak disukai bayi yang menyukai makanan yang lunak, kental, dan tidak cair.

Metode Ulek-Saring

Alih-alih menggunakan blender atau juicer, Tan menganjurkan metode ulek dan saring dalam menyiapkan makanan pendamping ASI (MPASI). Metode tersebut direkomendasikan dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dibagikan pemerintah.

"Kenapa ulek-saring? Kenapa di buku KIA ditulisnya ulek-saring? Karena begitu kalian ulek-saring, mkaa serat yang tidak larut, itu akan tertinggal di atas saringan," jelasnya. 

 


Serat Larut Cegah Bayi Sembelit

Menurutnya, serat yang tidak larut penting untuk dikonsumsi bayi agar bayi tidak sembelit, lancar buang air besar. Sebaliknya dengan blender yang dinilai tidak dapat menyaring serat tidak larut.

"Nah, kalau Anda pakai blender itu mau serat larut, serat tidak larut, itu tertelan sama anaknya. Padahal serat yang tidak larut itu penting banget," tambahnya. 

 


Metode Six Pas

Dalam memberikan makanan pendamping ASI, orangtua bisa menggunakan metode Six Pas yakni:

1. Pas Usianya, pemberian MPASI harus sesuai usia yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni enam bulan.

2. Pas Komposisinya, MPASI harus diberikan sesuai apa yang dimakan oleh keluarga semisal nasi, jagung, atau kentang yang dilengkapi protein hewani seperti daging, ayam, ikan, atau telur.

"Karena protein hewani itu asam aminonya lengkap untuk pertumbuhan anak. Jadi bukan cuma sekedar kenyang, tetapi juga asam aminonya lengkap. Kedua, seharusnya kalsiumnya itu lebih mudah diserap daripada yang (protein) nabati," ujarnya.

3. Pas Jumlahnya, porsi yang diberikan pada bayi usia 8 bulan yaitu sebanyak 125 miligram sebanyak 3 kali sehari.

 


Pas Teksturnya

4. Pas Frekuensinya. "Jadi kalau belajar makan, barangkali baru (pertama) makan (maka diberi) pagi sama makan sore ya. Tapi, nanti naik bertahap jadi tiga kali makan, ditambah dengan kudapan, ditambah dengan buah," tambahnya.

5. Pas Teksturnya, bayi usia 6-8 bulan diberikan MPASI yang diulek dan disaring. Sedangkan bayi usia 9-11 bulan bisa diberikan MPASI berupa nasi tim dengan lauk dicincang. Memasuki usia 12 bulan, anak boleh diberi makanan seperti makanan keluarga sehari-hari.

6. Pas Kebersihannya. "Jadi banyak sekali anak-anak yang sudah mulai makan, sudah aktif dengan fase oralnya, semua masuk mulut, tetapi kemudian diambilin kecil-kecil dari atas lantai, dari atas meja, ya kan? Nah, akhirnya anaknya gampang menjadi diare," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya