Sampah Harian Kota Bandung yang Diangkut ke Sarimukti Diklaim Menurun 400 Ton

Rata-rata tumpukan sampah Kota Bandung yang diangkut ke TPA Sarimukti sebanyak 1.300 ton per hari. Saat ini, ada penurunan hingga 400 ton menjadi 900 ton per hari.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 03 Feb 2024, 04:00 WIB
TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. (Dok. Pemprov Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Volume sampah harian Kota Bandung yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti diklaim menurun. Agar kian memaksimalkan tren itu, Pemerintah kota pun kini telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi menyampaikan, rata-rata tumpukan sampah Kota Bandung yang diangkut ke TPA Sarimukti sebanyak 1.300 ton per hari. Saat ini, ada penurunan hingga 400 ton menjadi 900 ton per hari.

Penurunan itu terjadi pasca terbakarnya TPA Sarimukti beberapa waktu lalu. Dudy menyatakan, kebakaran tersebut ternyata dirasa tidak semata-mata musibah, melainkan jadi momentum untuk meningkatkan pengolahan sampah mandiri di masyarakat.

TPA Sarimukti yang berada di Kabupaten Bandung Barat diketahui terbakar hampir selama tiga bulan, dari pertengahan Agustus hingga Oktober 2023 lalu. TPA sempat ditutup sehingga berpengaruh pada pengangkutan sampah di Bandung Raya.

Sampah-sampah tak bisa dikirim ke TPA Sarimukti dan menumpuk di wilayah-wilayah perkotaan termasuk di Kota Bandung.

Dudy menyebut, dari 1.300 ton sampah harian Kota Bandung, sebanyak 934,5 ton masih dikirim ke TPA Sarimukti. Sementara 220,98 ton sampah dikelola secara mandiri dan 144,52 ton pengurangan sampah di sumber.

"Targetnya pengurangan 580 ton perhari dari optimalisasi kluster, bank sampah, TPS, TPST, termasuk hanggar maggot," kata Dudy lewat keterangannya di Bandung, dikutip Jumat, 2 Februari 2024.

Dudy Prayudi memaparkan ritasi sampah kota Bandung ke Sarimukti terjadi fluktuasi dengan rata-rata 178 rit perhari atau 974 ton per hari dengan sisa kuota 3.168 rit.

Ia menyebut sering terjadi antrean di TPA Sarimukti yang mengakibatkan banyak kendaraan yang menginap dan berdampak pada penumpukan di TPS.

"Kendala tersebut berimbas pada TPS. Dari 255 TPS, ada 13 TPS yang perlu pengangkutan intensif dan perlu penambahan 1-3 tronton untuk menyelesaikan pengangkutan," katanya.

 


Bentuk Satgas

Pemerintah Kota Bandung diaku terus mendorong dan mengakselerasi tren positif pengelolaan dan pengolahan sampah di sumber pasca masa darurat sampah Kota Bandung berakhir.

Pemkot Bandung saat ini telah membentuk Satgas Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah Kota Bandung melalui Keputusan Wali Kota Bandung Nomor: 658.1/Kep.067-DLH/2024 Tanggal 12 Januari 2024.

Sekretaris Daerah Kota Bandung selaku Ketua Harian Satgas Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah, Ema Sumarna mengatakan, setelah lepas dari masa darurat sampah, perlu ada keberlanjutan, sehingga kini kembali dibentuk Satgas Percepatan Pengelolaan Sampah.

"Kebiasaan baru dan keberlanjutan pengolahan sampah adalah keniscayaan. Bagaimana kita terus intens dan kontinyu melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk menghadirkan perilaku terbarukan pengelolaan sampah," kata Ema.

Agar berproses menuju lebih baik, Ema menyebut perubahan positif yang dihasilkan dari adaptasi kebiasaan baru pengelolaan sampah pada masa darurat tersebut perlu terus ditingkatkan.

"Jangan pernah berpikir penanganan sampah kembali ke masa lalu. Harus ada keberlanjutan untuk mewujudkan Bandung zero waste city," ujarnya.

Ema mengatakan, berbagai metode pengolahan sampah harus terus digencarkan dan disosialisasikan termasuk penanganan organik, anorganik, dan residu.

Selain itu, pengelolaan sampah di sumber terus berjalan secara maksimal. Sampah organik diolah menggunakan Kang Empos, maggotisasi skala RW dan kelurahan, serta fasilitas pengolahan sampah organik skala kota, sehingga tidak dibuang ke TPS.

Termasuk optimalisasi kinerja dari kluster-kluster pengolahan sampah. Di antaranya kluster pendidikan, fasilitas kesehatan, perkantoran, pusat perbelanjaan, kepariwisataan, tempat ibadah, taman, pasar dan lingkungan masyarakat.

Namun, kata Ema, melihat kondisi TPA Sarimukti yang sudah overload dan hanya menerima sampah residu saja harus menjadi perhatian bersama.

"Perlu percepatan penanganan sampah mandiri dengan kebiasaan baru. Kinerja kluster harus optimal. Terutama kluster pasar dan masyarakat. Nanti harus terukur," ujarnya.

Ia juga terus mendorong hadirnya Kawasan Bebas Sampah (KBS) baru baik di tingkat RW, kelurahan bahkan kecamatan. Saat ini telah terdapat 329 RW KBS di Kota Bandung.

"Dengan adanya Satgas ini, mudah-mudahan kita punya pengalaman. Tinggal melanjutkan, Pemkot juga terus bergerak dengan optimal," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya