Liputan6.com, Padang - Teh talua adalah minuman khas masyarakat Minangkabau yang tak hanya unik, tetapi juga berkhasiat. Teh talua memadukan teh dan telur menjadi minuman tradisional yang khas.
Bagi sebagian orang, kombinasi dua bahan ini mungkin terdengar aneh. Namun, ternyata minuman ini cukup populer di kalangan masyarakat Minangkabau.
Mengutip dari indonesiakaya.com, masyarakat Minangkabau menyebut minuman ini dengan nama teh telur atau teh talua. Teh ini dapat ditemukan dengan mudah di beberapa warung makan di Sumatra Barat.
Baca Juga
Advertisement
Konon, minuman ini sudah ada di kebudayaan masyarakat Minangkabau sejak ratusan tahun lalu. Teh talua memiliki tekstur yang lembut dengan cita rasa manis dan gurih yang khas.
Cita rasa tersebut sekilas mirip dengan teh yang dicampur susu atau teh tarik. Bedanya, teh talua lebih berbuih.
Menariknya, meski dibuat dengan telur mentah, teh talua nyaris tidak beraroma amis. Justru tambahan kuning telur memberikan rasa gurih yang nikmat. Dari kuning telur inilah tercipta buih-buih yang ada di bagian atas minuman.
Uniknya lagi, racikan teh talua tidak memiliki formulasi yang benar-benar baku. Setiap peracik memiliki rahasia tersendiri untuk menghilangkan rasa amis dari telur.
Salah satu cara meraciknya adalah dengan memisahkan kuning telur dari putihnya. Selanjutnya, ditambahkan dua sendok gula dan air mendidih untuk menghilangkan rasa amis dari kuning telur.
Setelah itu, baru kuning telur dikocok hingga berbuih putih dan mengembang. Selanjutnya, rebusan daun teh dituangkan ke dalam gelas hingga busa telur sedikit meluap.
Biasanya, peracik juga menambahkan kental manis untuk memberikan kenikmatan berbeda. Selain itu, sedikit perasan jeruk nipis juga akan menambah kekayaan rasa teh talua sekaligus menghilangkan aroma amis kuning telur yang masih tersisa.
Tak hanya nikmat, teh talua juga dipercaya cukup berkhasiat, di antaranya dapat membangkitkan tenaga dan memulihkan stamina. Oleh sebab itu, teh talua terus menjadi minuman yang banyak dicari masyarakat Minangkabau dan sekitarnya.
Penuliis: Resla Aknaita Chak
