Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak kerap mendengar atau bahkan jadi korban ujaran kebencian (hate speech), baik secara langsung di lingkungan maupun tidak langsung melalui media sosial.
Dalam upaya menghindarkan anak dari ujaran kebencian, orangtua perlu memberikan edukasi dan menerangkan bahwa itu adalah hal yang keliru.
Advertisement
“Jelaskan kepada anak Anda bahwa setiap orang mempunyai hak untuk merasa aman dalam masyarakat dan diperlakukan dengan bermartabat dan hormat. Perkataan yang mendorong kebencian selalu salah dan merupakan tanggung jawab kita semua untuk menolaknya,” mengutip laman resmi UNICEF, Jumat (2/2/2024).
Percakapan tentang isu-isu seperti ujaran kebencian, rasisme, seksisme, dan xenofobia bisa jadi terasa tidak nyaman bagi banyak orangtua untuk dibicarakan dengan anak. Namun, penting untuk mencoba menciptakan ruang aman bagi anak agar dapat berbicara dengan orangtua dan menyampaikan apa pun yang ada dalam pikirannya.
Percakapan akan terlihat berbeda untuk setiap keluarga, tapi orangtua adalah orang yang paling mengenal anaknya.
Dalam memberikan edukasi soal ujaran kebencian, orangtua perlu menggunakan bahasa yang sesuai dengan usianya.
“Jadilah pendengar yang baik dan berikan ruang bagi mereka untuk berbagi meskipun pelan-pelan dan tidak hanya dalam satu percakapan. Perhatikan reaksi mereka dan peka terhadap tingkat kecemasan mereka.”
Pertanyaan yang Dapat Digali dari Anak Soal Ujaran Kebencian
UNICEF juga menyarankan agar orangtua dapat menjelajahi bersama anak tentang apa itu ujaran kebencian. Sehingga, anak dapat mengidentifikasinya, apakah itu terjadi pada dirinya atau orang lain.
Berikut beberapa pertanyaan yang bisa digali bersama:
- Menurutmu, apa itu ujaran kebencian?
- Kepada siapa ujaran kebencian ditujukan?
- Menurutmu mengapa orang menggunakan ujaran kebencian?
- Bagaimana perasaanmu mendapat ujaran kebencian?
- Menurutmu, bagaimana perasaan orang yang menjadi sasaran hal ini?
- Menurutmu, bagaimana perasaan orang yang mengirimkan ujaran kebencian?
“Dorong anak Anda untuk memiliki sikap terbuka dan rasa ingin tahu yang jujur terhadap orang lain karena beberapa contoh ujaran kebencian didasarkan pada ketidaktahuan atau informasi palsu.”
Advertisement
Ajari Anak Soal Jaga Ucapan
Mengajari anak tentang perbedaan antara niat dan dampak – bahwa apa yang kita katakan dapat menyakiti orang lain meskipun kita tidak sengaja – adalah sebuah pelajaran penting.
Dengan anak-anak yang lebih kecil, orangtua dapat memperkenalkan topik tersebut dengan berbicara tentang keadilan dan tentang memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan.
Dengan anak-anak yang lebih besar, orangtua dapat menelusuri contoh-contoh sejarah untuk melihat bagaimana ujaran kebencian telah memicu banyak konflik dan pelanggaran hak asasi manusia.
Mengenal Ujaran Kebencian
Ujaran kebencian dapat digambarkan sebagai segala jenis komunikasi dalam bentuk ucapan, tulisan, atau perilaku yang menyerang atau mendiskriminasi identitas seseorang atau kelompok. Seperti agama, etnis, kebangsaan, ras, warna kulit, keturunan, disabilitas, usia, jenis kelamin, atau orientasi seksual.
Perkataan yang mendorong kebencian juga dapat mencakup “faktor identitas” lainnya, seperti bahasa, asal usul ekonomi atau sosial, atau status kesehatan.
Ujaran kebencian bukan sekedar kata-kata. Hal ini dapat terjadi secara langsung dan daring serta dapat diungkapkan dalam berbagai cara. Termasuk gambar, kartun, permainan, video, objek, gerak tubuh, dan simbol.
Hal ini bertujuan untuk memancing respons emosional seperti ketakutan, kesusahan, isolasi atau intimidasi pada targetnya, menyebarkan kebencian di masyarakat, bahkan memicu pelecehan dan kekerasan.
Hal ini sering kali ditujukan pada kelompok yang secara historis rentan dan terpinggirkan. Anak-anak dan remaja sangat rentan terhadap ujaran kebencian, baik secara daring maupun secara langsung.
Ketika anak-anak mendengar atau membaca ujaran kebencian yang ditujukan kepada mereka secara langsung karena identitas mereka – seperti ras, warna kulit atau jenis kelamin – hal ini dapat membuat mereka merasa ada sesuatu yang berbeda atau salah dalam diri mereka.
Hal ini dapat berdampak pada harga diri mereka dan menyebabkan penurunan kesehatan mental. Seperti mengalami perasaan cemas dan depresi, bahkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri dan bunuh diri.
Ujaran kebencian dapat memicu kekerasan dan ada banyak contoh yang menyebabkan orang-orang, termasuk anak-anak, diserang dan dibunuh akibat hate speech.
Advertisement