Pengaruh Budaya China pada Busana Nusantara, Terutama Motif Batik Pesisir

Untuk busana, pengaruh budaya China terhadap batik di daerah pesisir sangat terlihat dari beragam motif yang diaplikasikan dalam lambang-lambang yang sarat makna filosofis.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 04 Feb 2024, 20:10 WIB
Patricia Gouw mengenakan cheongsam biru rancangan Hian Tjen. Cheongsam ini juga memiliki outer yang semakin membuat penampilan Patgouw megah. [Instagram].

Liputan6.com, Jakarta - Pengaruh alkulturasi budaya China di Nusantara sangat melekat di kalangan masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu. Mulai dari tradisi makanan sampai pakaian yang pada saat momen besar seperti Imlek menjadi sebuah perayaan terhadap pelestarian budaya bagi para keturunannya dan masyarakat lokal asli Indonesia.

"Dari dulu kan mereka punya sifat untuk merantau ke seluruh penjuru dunia. Nah kebanyakan biasanya kan kalau perantau masuk lewat pelabuhan, jadi sebetulnya pengaruhnya masuk ke kota-kota di pesisir," ungkap Fashion Desainer dan Pengamat Mode kenamaan Indonesia, Musa Widyatmodjo melalui sambungan telepon, Jumat, 2 Februari 2024. 

Pendatang dari Tiongkok yang dibawa oleh Belanda sebagai pekerja membawa pengaruh budaya peranakan China di Indonesia cukup kental dengan makanan, musik, dan terasimilasi dengan budaya lokal. Sebagai desainer, Musa juga sempat menjadikan budaya China sebagai inspirasi.

Sumatera Barat menurutnya salah satu daerah di Indonesia yang pengaruh budaya China begitu terasa. "Saya pernah bikin koleksi Sumatera Barat, kerajinannya banyak dipengaruhi China, seperti selendang, sulaman, bordir, itu semua kalo diruntutkan akarnya menuju kepada kerajinan dan bentuk kain-kain yang memang dibuat di China," papar Musa sambil mengatakan bahwa pelaminan pengantin Sumatera Barat, sebenarnya dari kelambu tirai-tirai yang inspirasinya dari China. 

Alkulturasi juga terjadi di kota pelabuhan lain yang ada di Jawa seperti Jakarta, Cirebon dan Surabaya dengan batik pesisirnya. Untuk busana, pengaruh budaya China terhadap batik di daerah pesisir sangat terlihat dari beragam motif yang diaplikasikan dalam lambang-lambang yang sarat makna filosofis.


Pengaruhi Motif pada Batik Pesisir

Patricia Gouw mengenakan cheongsam dress dengan rok ruffle A-Line yang cantik [@patgouw]

Saat bicara mengenai busana, maka elemen-elemen khas yang ada dalam pakaian China seperti cheongsam menjadi ciri khas yang acap kali diadaptasi. "Kalau di batik itu motif yang digambar di pesisiran seperti Lasem. Batik Lasem sangat kuat dengan motif China," sambung Musa.

Ia juga mencirikan motif pada batik Mega Mendung yang juga termasuk jenis batik pesisir. Sementara lambang-lambang lain yang maknanya bagus adalah burung hong, kupu-kupu, burung phoenix dan bunga lotus sebagai suatu penggambaran dari mitos-mitos tanaman dan tumbuhan yang umum dipakai oleh orang keturunan.

Mengenai tren busana Imlek dari kultur China, setiap tahunnya, kata Musa desainer memiliki rumus dasar yang kurang lebih mirip. Bentuk kerah mandarin dan cheongsam, nuansa merah dan gambar yang terinspirasi dari peranakan seperti naga dan bunga cherry. 

"Bahwa setiap tahun pengembangannya itu memang ada penyesuaiannya, apakah kerah China lebar, warna merahnya sedikit lebih terang, dan penggunaan bordir dengan unsur emas. Jadi sebenarnya setiap tahun pasti ada pembaruan walau nggak jauh-jauh," pungkasnya. 


Koleksi Imlek Sarat Filosofis

Koleksi Imlek dari brand Alleira Batik untuk tahun 2024. (Dok: Alleira Batik)

Banyak fashion brand di Indonesia memanfaatkan momen Imlek untuk membuat koleksi terbaru yang mengambil inspirasi budaya China. COO Alleira Batik, Zaka Hamzah mengatakan budaya China sangat memengaruhi industri Batik di Indonesia, terutama di daerah-daerah pesisir penghasil Batik.

"Dan biasanya di sebut Batik Peranakan, dikarenakan banyak orang-orang cina yang kawin campur dengan penduduk setempat," imbuh Zaka, dalam wawancara tertulis dengan Liputan6.com, Sabtu, 3 Februari 2024.

Setiap Tahun Alleira Batik pun selalu mengeluarkan koleksi Imlek. Tahun ini yang spesial, Alleira mengangkat tema "The Blessing of Peony" yang bermakna keberuntungan Istimewa yang diberkati. Koleksi yang ditawarkan ada long dress siluet siluet encim, outerwear, long outerwear, blouses, dan berbagai bentuk gaun.

Koleksi ini sangat berbeda sekali dari tahun lalu yang merupakan tahun kelinci. "Imlek tahun ini sangat istimewa sekali, karena menyambut Tahun Naga yang dalam budaya Cina atau Tionghoa," bebernya.

Naga sendiri melambangkan kehormatan, ketangguhan serta keberuntungan. Itu sebabnya Alleira mengeluarkan motif yang benar-benar membawa keberuntungan Imlek tahun ini yaitu bunga peony dan sudah pasti dalam nuansa warna merah juga koleksinya. 

 


Lambang Keberuntungan untuk Pemakainya

Koleksi Imlek dari Alleira Batik untuk tahun 2024. (Dok: Alleira Batik)

Lebih lanjut, Zaka menyebut untuk elemen yang dipakai tahun ini selain bunga peony, Allera juga memakai tusuk konde bunga menjuntai yang biasa dipakai wanita-wanita China. Ada pula identitas budaya yang disematkan lewat kancing, seperti kancing batu giok dan lainnya.

Untuk bisa membuat koleksinya makin unik, Alleira menurut Zaka juga selalu mengangkat koleksi sesuai dengan musim yang ada di Indonesia maupun di Internasional. Momen seperti Natal, Imlek, Lebaran, Kartini, Agustusan, selalu ada koleksi spesial.

"Untuk Imlek tahun ini sudah pasti nuansa warna merah yang sangat dominan dari koleksi Alleira yang menggambarkan Keberuntungan, kelimpahan, serta kebahagiaan. Dan sudah pasti siluet China juga dihadirkan sehingga membuat perayaan Imlek lebih terasa," jelasnya.

Pesan khusus yang dihadirkan dari koleksi Alleira di Tahun Naga Kayu ini pun sudah sangat jelas. Mulai arti bunga peony bunga yang membawa keberuntungan dan Tahun Naga yang melambangkan kehormatan, ketangguhan dan keberuntungan. Zaka pun berharap koleksi Imlek Alleira tahun ini membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi setiap pemakainya.

Infografis wisata Pecinan menyambut Imlek. (dok. Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya